Selasa, 01 Februari 2011

proposal Skripsi pendidikan kimia

PENINGKATAN HASIL BELAJAR KIMIA POKOK
BAHASAN STOIKIOMETRI LARUTAN PADA SISWA KELAS
XI SEMESTER II SMA WALISONGO SEMARANG MELALUI
PERMAINAN KIMIA BERWAWASAN CET (Chemoedutainment)

PROPOSAL SKRIPSI
Program Sarjana (S-1)
Jurusan Tadris Kimia (TK)
Disusun Oleh :
ISVIKAWATI
083711026

A. PENINGKATAN HASIL BELAJAR KIMIA POKOK
BAHASAN STOIKIOMETRI LARUTAN PADA SISWA KELAS
XI SEMESTER II SMA WALISONGO SEMARANG MELALUI
PERMAINAN KIMIA BERWAWASAN CET (Chemoedutainment)
B. LATAR BELAKANG MASALAH
Pembaharuan di bidang pendidikan terus dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, di antaranya adalah pemberlakuan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang disempurnakan lagi menjadi Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP). Kurikulum tersebut menekankan keterlibatan siswa secara aktif dan berusaha menemukan konsep sendiri dalam proses pembelajaran di semua mata pelajaran termasuk kimia. Guru sebagai fasilitator dan pendorong siswa untuk menggunakan keterampilan proses serta menerapkan inovasi model pembelajaran sehingga pembelajaran kimia mampu mengembangkan life skill yang merupakan implementasi dari kurikulum KTSP.
Metode mengajar di sekolah dasar sampai perguruan tinggi masih monoton menggunakan metode mengajar secara informatif, pengajar lebih banyak berbicara dan bercerita untuk menginformasikan semua fakta dan konsep sedangkan siswa hanya sebagai obyek pembelajaran saja. Dari fakta tersebut jelas bahwa siswa hanya mendapat sebatas pengetahuan yang nantinya akan terukur dalam penilaian kognitif saja. Padahal dalam KTSP siswa dituntut untuk mencapai ketuntasan belajar yang dicerminkan oleh nilai kognitif, nilai afektif dan nilai psikomotorik. Nilai psikomotorik bisa diambil dari nilai praktikum siswa sedangkan afektif dari tingkah laku siswa sehari-hari .
Salah satu prinsip psikologi belajar manyatakan bahwa makin besar keterlibatan siswa siswa dalam kegiatan, maka makin besar baginya untuk 1 12 mengalami proses belajar. Siswa akan mudah memahami konsep yang rumit dan abstrak jika disertai contoh-contoh yang konkrit, contoh-contoh yang sesuai dengan kondisi sehari-hari dan mempraktekkannya sendiri. Hal ini berarti pembelajaran yang baik harus sesuai dengan indikator KTSP yaitu meliputi aspek kognitif, aspek psikomotorik dan aspek afektif.
SMA Walisongo Semarang merupakan salah satu SMA swasta di tengah-tengah kota Semarang. Sehingga input siswa di sekolah tersebut masih tergolong rendah. Siswa-siswanya sebagian besar dari kalangan menengah ke bawah. Fasilitas yang ada di sekolah tersebut kurang dimanfaatkan secara maksimal. Fenomena tersebut terlihat bahwa perustakan yang ada jarang sekali dikunjungi. Sebagian besar siswa mengatakan hanya 1 kali dalam seminggu ke perpustakaan. Sehingga guru harus bisa mengembangkan pembelajaran yang bisa memotivasi mereka untuk belajar lebih giat, khususnya pelajaran kimia.
Materi kimia merupakan salah satu materi yang kurang diminati oleh siswa, tidak terkecuali siswa-siswi SMA Walisongo Semarang. Berdasarkan angket yang dibagikan pada siswa, 28 dari 34 siswa menjawab kurang tertarik dengan pelajaran kimia.
Berdasarkan survei dari penulis, di SMA Walisongo metode yang digunakan sebagian besar adalah ceramah dengan latihan-latihan soal. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan siswa bahwasanya 19 dari 34 siswa mengatakan metode yang selama ini digunakan adalah ceramah dengan latihan-latihan soal. Selain hal tersebut, mereka mengatakan bahwa mereka baru melakukan praktikum 1 kali di laboratorium. Hal tersebut tidak dipungkiri oleh 3 guru pengampu, karena laboratorium yang digunakan masih bergabung dengan laboratorium biologi dan fisika. Sehingga penggunaan laboratorium kurang maksimal. Guru juga kesulitan dalam melakukan persiapan praktikum karena tidak ada laboran yang membantu dalam persiapan praktikum. Dari fakta tersebut jelas bahwa metode yang digunakan hanya mampu mengukur aspek kognitif dan afektif saja sedangkan aspek psikomotorik belum maksimal terukur.
Selain beberapa hal di atas nilai ulangan blok I yang disurvei menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa kelas XI hanya mencapai 36,91 dengan nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 0. Standar ketuntasan belajar belum bisa tercapai karena standar ketuntasan belajar yang dicapai hanya 29,41%. Oleh karena itu
dibutuhkan suatu metode atau media yang dapat mencakup ketiga aspek tersebut dan meningkatkan ketertarikan siswa terhadap pelajaran kimia, sehingga nilainya meningkat tetapi tidak menambah waktu yang tersedia.
Bertolak dari uraian di atas diajukan suatu penelitian yang menawarkan suatu tindakan dalam proses belajar mengajar di kelas untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang ditunjukkan dengan adanya perubahan pada indikator lebih dari 75% siswa mendapatkan nilai ulangan minimal 60 dan terciptanya suasana kelas yang kondusif untuk pembelajaran. Maka beberapa pokok pikiran bagi penulis memilih judul skripsi :
“PENINGKATAN HASIL BELAJAR KIMIA POKOK BAHASAN STOKIOMETRI LARUTAN PADA SISWA KELAS XI SEMESTER II SMA WALISONGO SEMARANG MELALUI PERMAINAN KIMIA BERWAWASAN CET (Chemoedutainment)”
Penelitian ini berfokus pada peningkatan hasil belajar kimia materi stokiometri larutan siswa kelas XI. Penelitian ini direncanakan dan dikolaborasikan dengan guru pengampu mata pelajaran setiap periode tertentu dilaksanakan diskusi refleksi untuk meningkatkan validitas pengamatan. Intensifnya pelaksanaan penelitian ini tercermin 3 siklus yang direncanakan dan disusun dengan penekanan daya tarik siswa dengan Praktikum Percobaan Permainan Kimia sebagai penerapan CET dalam pembelajaran pada setiap siklusnya.
C. PENEGASAN ISTILAH
Penulis memberikan batasan-batasan istilah dalam judul yang berbunyi “Peningkatan Hasil Belajar Kimia Pokok Bahasan Stoikiometri Larutan Pada Siswa Kelas XI Semester II SMA Walisongo Semarang Melalui Permainan Kimia Berwawasan CET (Chemoedutainment)”. Untuk menghindari salah penafsiran terhadap judul penelitian ini. Istilah-istilah yang perlu mendapatkan kejelasan arti adalah sebagai berikut :
(1) Peningkatan
Peningkatan berasal dari kata tingkat yang mendapatkan awalan pe dan akhiran an. Tingkat artinya tinggi rendah martabat ( kedudukan, jabatan kemajuan peradapan dsb) pangkat, derajat kelas. Sedangkan peningkatan adalah proses, cara, perbuatan meningkatan (usaha, kegiatan, dsb) Selain itu peningkatan sama artinya dengan kenaikan.
(2) Permainan kimia merupakan pengganti kegiatan percobaan (praktikum) di
dalam laboratorium
(3) Chemoedutainment
Chemoedutainment merupakan suatu proses belajar mengajar kimia yang dikemas ke dalam media yang inovatif dan menghibur
(4) SMA Walisongo Semarang
SMA Walisongo Semarang merupakan SMA Swasta yang terletak di jalan Ki Mangun Sarkoro Semarang, tepatnya di depan stadion Diponegoro Semarang.
D. RUMUSAN MASALAH
Dari identifikasi masalah di atas dapat ditemukan suatu rumusan masalah apakah dengan penerapan permainan kimia berwawasan CET (Chemoedutainment) siswa kelas XI SMA Walisongo Semarang dapat mencapai peningkatan ketuntasan hasil belajar kimia pada pokok materi stoikiometri larutan ?
E. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini tidak lain adalah hasil yang akan dicapai dari pemecahan masalah. Maka tujuan dalam penelitian ini adalah : untuk mengetahui apakah siswa kelas XI SMA Walisongo Semarang dapat meningkatkan ketuntasan hasil belajar kimia melalui permainan kimia berwawasan CET (Chemoedutainment) pada pokok materi stoikiometri larutan.
F. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi guru
(1) Mengetahui pola dan strategi pembelajaran yang tepat dalam upaya memperbaiki dan memudahkan mengajar konsep stokiometri larutan.
(2) Memudahkan dalam mengambil nilai kognitif, afektif dan psikomotorik.
2. Bagi siswa
(1) Membuat siswa senang dalam mengikuti pembelajaran kimia khususnya materi stoikiometri larutan.
(2) Proses komunikasi lancar karena terjadi interaksi antara siswa dengan siswa dan antara guru dengan siswa.
3. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran dan peningkatan mutu proses pembelajaran, khususnya mata pelajaran kimia.
G. LANDASAN TEORI
1. Hasil Belajar
Hasil belajar terdiri dari dua kata, yaitu hasil dan belajar. Hasil berarti sesuatu yang diadakan oleh usaha. Sedangkan belajar adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari pada itu, yakni mengalami.
Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan.
Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), anaysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respons), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.
2. Ilmu Kimia
Ilmu kimia merupakan salah satu pelajaran tersulit bagi kebanyakan siswa menengah dan mahasiswa. Kesulitan mempelajari ilmu kimia ini terkait dengan ciri-ciri ilmu kimia itu sendiri sebagai berikut:
(1) Sebagian besar ilmu kimia bersifat abstrak
Atom, molekul, dan ion merupakan materi dasar kimia yang tidak nampak, yang menuntut siswa dan mahasiswa membayangkan keberadaan materi tersebut tanpa mengalaminya secara langsung.
(2) Ilmu kimia merupakan penyederhanaan dari yang sebenarnya
Kebanyakan obyek yang ada di dunia ini merupakan campuran zat-zat kimia yang kompleks dan rumit. Agar segala sesuatunya mudah dipelajari, maka pelajaran kimia dimulai dari gambaran yang disederhanakan, dimana zat-zat dianggap murni atau hanya mengandung dua atau tiga zat saja.
(3) Sifat ilmu kimia berurutan dan berkembang dengan cepat
Seringkali topik-topik ilmu kimia harus dipelajari dengan urutan tertentu. Misalnya, kita tidak dapat menggabungkan atom-atom untuk membentuk molekul, jika atom dan karakteristiknya tidak dipelajari terlebih dahulu.
(4) Ilmu kimia tidak hanya sekedar memecahkan soal-soal
Memecahkan soal-soal yang terdiri dari angka-angka (soal numerik) merupakan bagian yang penting dalam mempelajari kimia. Namun, kita juga harus mempelajari deskripsi seperti fakta kimia, aturan-aturan kimia, peristilahan kimia, dan lain-lain.

(5) Bahan atau materi yang dipelajari dalam ilmu kimia sangat banyak
Ilmu kimia merupakan ilmu yang berlandaskan eksperimen, oleh karena itu pembelajaran kimia di sekolah harus disertai dengan kegiatan laboratorium. Salah satu sasaran praktikum sains adalah menuntun dan melatih siswa untuk berfikir dari konkrit ke abstrak.
Kegiatan di dalam laboratorium (eksperimen) merupakan mata rantai untuk menghubungkan beberapa aspek diantaranya adalah :
(1) Apresiasi aspek estetika dari ilmu kimia
(2) Membangkitkan keingintahuan terhadap ilmu kimia
(3) Mengenal dengan baik zat-zat kimia yang umum serta bagaimana reaksinya.
(4) Siswa dapat berpartisipasi aktif
(5) Mengembangkan dari keadaan konkrit ke hal yang abstrak.
Dalam pembelajaran kimia, eksperimen, deskripsi, dan teori dipadukan dan saling berkaitan. Dalam hal tertentu, eksperimen digunakan untuk melihat persoalan dan mengembangkan pola konsep serta teori, namun bukan untuk mengilustrasikan teori yang sudah diajarkan. Sekitar tahun 1960-1970, sektor pendidikan di Amerika maupun di Eropa menekankan bahwa pelajaran di laboratorium merupakan salah satu cara belajar yang efektif dan menyenangkan.
3. Permainan Kimia Berwawasan CET
Permainan kimia merupakan salah satu metode yang akhir-akhir ini mendapat perhatian dari para guru dan ahli pendidikan kimia. Selain daripada itu para ahli kimia dan ahli pendidikan kimia turut bertanggung jawab untuk mengkomunikasikan ilmu kimia kepada masyarakat luas. Masyarakat luas diberi informasi tentang zat-zat kimia, sifat, kegunaan, dan pengamanannya, sehingga masyarakat dapat memahami dunia kimia kita ini. Hal termudah untuk ini dapat dilakukan melalui demonstrasi dan permainan kimia.
Akan tetapi dalam penelitian ini metode yang digunakan tidak hanya demonstrasi tetapi juga menggunakan metode praktikum agar siswa dapat melakukannya secara mandiri. Alat dan bahan yang digunakan mudah didapatkan karena tidak 100% menggunakan bahan alat-alat kimia seperti biasanya. Sedangkan Chemoedutainment sendiri merupakan suatu proses belajar mengajar kimia yang dikemas ke dalam media yang inovatif dan menghibur. Keterkaitan antara permainan kimia dengan CET adalah dimana dalam permainan kimia merupakan suatu percobaan yang menarik menggunakan bahan dan alat-alat yang mudah didapat, sehingga dapat dikatakan sebagai media yang menghibur dan inovatif.
Beberapa hal yang menjadi alasan dilakukan permainan kimia :
(1) Faktor keamanan
(2) Terbatasnya zat dan bahan
(3) Menghemat waktu.
Permainan kimia haruslah dilakukan dengan :
(1) Baik dan cermat
(2) Mempersiapkan bahan dan alat yang diperlukan
(3) Mempersiapkan cara-cara kerja
(4) Penjelasan pada saat melakukan demonstrasi dan praktikum.
Ada beberapa yang perlu dilakukan sebelum melakukan demonstrasi maupun praktikum dimulai, diantaranya persiapan dan gladi bersih penting dilakukan meskipun demonstrasi dan praktikum itu sudah sering dilakukan berkali-kali. Permainan kimia yang dilakukan tidak perlu rumit, peralatan tidak perlu mahal, dan tidak harus dalam skala besar, sehingga mudah dilakukan dan sesuai dengan tujuan untuk memotivasi siswa bahwa kimia itu menarik walaupun sering kali dianggap sukar.
Permainan kimia dimulai dari proses mengamati, memahami sampai penerapan sehari-hari, tapi hasilnya tidak untuk dimakan atau diminum karena zat kimia bersifat racun, kecuali demonstrasi atau praktikum yang dilakukan menggunakan bahan-bahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
4. Stoikiometri Larutan
Reaksi kimia bisanya berlangsung antara dua campuran zat bukannya antara dua zat murni. Satu bentuk yang paling lazim dari campuran adalah larutan. Di alam sebagian besar reaksi berlangsung dalam larutan air. Sebagi contoh, cairan tubuh baik tumbuhan maupun hewan merupakan larutan dari berbagai jenis zat. Dalam tanah pun reaksi pada umumnya berlangsung dalam lapisan tipis larutan yang diadopsi pada padatan.
Perhitungan kimia untuk reaksi yang berhubungan dalam larutan disebut juga stokiomeri. Di dalam stokiometri larutan, materi-materi yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
4.1 Sifat-sifat Berbagai Macam Zat yang Terkait dengan Reaksi dalam
Larutan Elektrolit.
4.1.1. Jenis Zat yang Direaksikan
4.1.1.1. Asam
Terkait dengan pelarut air, maka pengertian asam dan basa umumnya dikaitkan dengan teori asam basa Arrhenius. Jadi asam adalah zat-zat yang dalam air menghasilkan ion H+ dan ion sisa asam.
Contoh : HCl dan H2SO4 yang mengion sebagai berikut :
HCl(aq) → H+(aq) + Cl-(aq) H2SO4(aq) → 2H+(aq) + SO42-(aq)
HCN(aq) ↔ H+(aq) + CN-(aq) CH3COOH ↔ H+(aq)+ CH3COO-(aq)
4.1.1.2. Basa
Zat yang dalam air menghasilkan ion OH- dan suatu kation logam.
Contoh : NaOH dan Ca(OH)2
NaOH(aq) → Na+(aq) + OH-(aq)
Ca(OH)2 → Ca2+(aq) + 2OH-(aq)
NH4OH ↔ NH4+ + OH-(aq)
4.1.1.3 Garam
Garam adalah suatu senyawa ion yang terdiri dari kation basa dan anion sisa asam.
Contoh NaCl, Ca(NO3)2
NaCl(aq) → Na+(aq) + Cl-(aq)
Ca(NO)2(aq) → Ca2+(aq) + 2NO3-(aq)
4.1.1.4. Oksida Basa dan Oksida Asam
Senyawa yang tersusun dari suatu unsur dengan oksigen disebut oksida. Bergantung pada jenis unsurnya (logam atau non logam). Oksida dapat dibedakan atas oksida logam dan oksida non logam. Oksida logam cenderung berifat asam.
Oksida logam yang bersifat basa disebut oksida basa, sedangkan oksida non logam yang bersifat asam disebut oksida asam.
(1) Oksida Basa
Oksida basa tergolong senyawa ion, terdiri dari kation logam (selain Mn(4,6,7), Cr(6) dan semilogam kiri dengan anion oksida (O-).
Contoh : Na2O mengandung ion Na+ dan ion O2-, sedangkan CaO terdiri dari ion Ca2+ dan O2-.
(2) Oksida Asam
Oksida asam merupakan senyawa molekul. Oksida asam dapat bereaksi dengan air membentuk asam. Penyusunnya non logam kecuali C(2), S(2), N(1,2,4), semilogam kanan, Cr(6), Mn(6,7),.
4.1.1.5 Logam
Di dalam reaksi-reaksinya, logam bertindak sebagai spesi yang melepas elektron. Pelepasan elektron akan menghasilkan ion logam. Jumlah elektron yang dilepaskan bergantung pada bilangan oksidasi logam tersebut.


4.1.2. Kelarutan elektrolit
Semua asam mudah larut dalam air. Adapun basa dan garam ada mudah larut ada pula yang sukar larut.
4.1.3. Kekuatan Elektrolit
Diantara asam dan basa yang biasa, yang tergolong elektrolit kuat adalah :
Asam kuat : HClO4, HNO3, H2SO4, HI, HBr, HCl.
Basa kuat : NaOH, KOH, Ca(OH)2, Sr(OH)2, Ba(OH)2, (semua basa dari golongan IA dan IIA kecuali Mg(OH)2, Be(OH)2).

4.1.4. Senyawa-senyawa Hipotesis
Beberapa senyawa yang tidak stabil dan peruraiannya adalah :
4.1.4.1. Asam
Asam karbonat (H2CO3) :
H2CO3 → H2O(I) + CO2(g)
Asam nitrit (HNO2) :
2HNO2 → H2O(I) + NO(g) + NO2(g)
Asam sulfit (H2SO3) :
H2SO3 → H2O(I) + SO2(g)
Asam tiosulfat (H2S2O3) :
H2S2O3 → H2O(I) + S(g) + SO2(g)
4.1.4.2. Basa
Amonium hidroksida (NH4OH) :
NH4OH → H2O(I) + NH3(g)
Perak hidroksida (AgOH) :
2AgOH → Ag2O(s) + H2O(I)
Raksa II hidroksida (Hg(OH)2) :
Hg(OH)2 → HgO(s) + H2O(I)
4.1.4.3. Garam
Besi (III) Iodida (FeI3) :
2FeI3 → 2FeI2(aq) + I2(s)
Tembaga iodida (CuI) :
2CuI → 2CuI(s) + I2(s)
4.1.5. Deret Keaktifan Logam
Logam mempunyai keaktifan yang berbeda-beda. Hal ini dapat ditentukan melalui percobaan. Urutan kereaktifan dari beberapa logam yang lazim kita tentukan, dimulai dari yang paling reaktif, adalah sebagai berikut :
Li-K-Ba-Ca-Na-Mg-Al-Zn-Cr-Fe-Ni-Sn-Pb-(H)-Cu-Hg-Ag-Pt-Au
4.2. Reaksi Kimia dalam Larutan Elektrolit
Reaksi kimia dalam larutan elektrolit adalah reaksi kimia yag salah satu zat pereaksinya berupa elektrolit (asam, basa, garam). Suatu reaksi dalam larutan elektrolit dapat berlangsung apabila setidaknya salah satu produknya berupa air (H2O), endapan, gas atau elektrolit lemah.
Hal ini dapat dipahami melalui pembahasan jenis-jenis reaksi kimia larutan elektrolit sebagai berikut :
4.2.1. Reaksi Penetralan Asam Basa
Reaksi yang terjadi antara larutan HCl dan larutan NaOH dapat
ditunjukkan oleh persamaan reaksi berikut :
HCl(aq) + NaOH(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)
Reaksi ini dapat ditulis dengan menggunakan reaksi ion bersihnya sebagai berikut :
Na+(aq) + OH-(aq) + H+(aq) +Cl-(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)
Diperoleh :
H+(aq) + OH-(aq) → H2O(l)
Reaksi di atas adalah reaksi penetralan. Hal ini sesuai dengan perubahan pH yang terjadi pada beberapa reaksi sebagai berikut :
(1) Reaksi :
Contoh : HNO3(aq) + KOH(aq) → KNO3(aq) + H2O(l)
(2) Reaksi :
Contoh : H2SO4(aq) + CaO(s) → CaSO4(aq) + H2O(l)

(3) Reaksi :
Contoh : H2SO4(aq) + 2NH3(aq) → (NH4)2SO4(aq)

(4) Reaksi :
Contoh : SO3(g) + 2NaOH(aq) → Na2SO4(aq) + H2O(l)
Amonia (NH3) termasuk basa yang berupa senyawa molekul sehingga dibedakan dari dua jenis basa lainnya, yakni senyawa ion yang dapat melupas ion OH- dan oksida basa. Terdapat molekul senyawa basa lainnya seperti metalamina (CH3NH2), tetapi reaksinya tidak umum seperti halnya ammonia.
4.2.2. Reaksi Pendesakan Logam
Reaksi yang terjadi antara logam Zn dan larutan HCl dapat ditunjukkan oleh persamaan reaksi sebagai berikut :
Zn(s) + 2HCl (aq) → ZnCl(aq) + H2(g)
Reaksi ini dapat ditulis dengan menggunakan reaksi ion bersihnya sebagai berikut :
Zn(s) + 2H+(aq) + Cl-(aq) → Zn+(aq) + 2Cl-(aq) + H2(g)
Diperoleh:
Zn(s) + 2H+(aq) → Zn+(aq) + H2(g)
Dari reaksi tersebut terlihat bahwa logam Zn dapat mendesak atau menggantikan posisi H dalam senyawanya. Urutan kemampuan suatu logam lainnya dan unsur H ditunjukkan dengan deret volta yang telah disebutkan dalam keaktifan logam. Secara umum anggota deret volta yang lebih kiri dapat mendesak anggota deret volta yang lebih kanan. Reaksi pendesakan oleh logam ini disebut juga reaksi pendesakan logam (reaksi perpindahan). Reaksinya secara umum dapat ditulis sebagai :
A + BC → AC + B
A disebelah kiri B dalam deret Volta
Reaksi ini terdiri dari :
(1) Reaksi
Contoh : Cu(s) + AgNO3(aq) → CuNO3(aq) + Ag(s)
Cu(s) + Na2SO4(aq) ≠ Tidak bereaksi karena Cu
ada di kanan Na
(2) Reaksi
Semua logam di sebelah kiri unsur H dalam deret volta dapat mendesak H dalam asam ( selain HNO3encer/pekat dan H2SO4pekat) membentuk garam dan gas hidrogen.
Contoh : Mg(s) + 2HCl(aq) → MgCl2(aq) + H2(g)
Ag(s) + HCl(aq) ≠ Tidak bereaksi karena
Ag ada di kanan H
(3) Reaksi
Logam bereaksi dengan HNO3encer/pekat dan H2SO4pekat menghasilkan garam, air dan gas. Jenis gas tergantung dari jenis dan kepekatan asam.
Contoh: 2Fe(s) + H2SO4(aq)pekat → Fe2SO4(aq)+6H2O(l)+ 3SO2(g)
3Cu(s)+HNO3(aq)encer → 3Cu(NO3)2(aq)+4H2O(l)+2NO(g)
4.2.3. Reaksi Metatesis (Pertukaran Pasangan)
Reaksi yang terjadi antara larutan Pb(NO3)2 dan larutan KI dapat
ditunjukkan oleh persamaan reaksi sebagai berikut :
Pb(NO3)2(aq) + 2KI(aq) → PbI2(s) + KNO3(aq)
Reaksi ini dapat ditulis dengan menggunakan reaksi ion bersihnya sebagai berikut :
Pb2+(aq) + 2NO3-(aq) + 2K+(aq) + 2I-(aq) → PbI2(s) +2K+(aq) +2NO3-(aq)
Diperoleh :
Pb2+(aq) + 2I-(aq) → PbI2(s)
Pada reaksi di atas, terjadi pertukaran pasangan ion dari dua elektrolit dimana ion Pb2+ (aq) dari senyawa Pb(NO3)2(aq) bergabung dengan ion I dari senyawa KI. Reaksi demikian disebut reaksi metatesis (reaksi pertukaran pasangan ). Pada reaksi ini, setidaknya satu produk reaksi akan membentuk endapan, gas atau elektrolit lemah. Gas dapat berasal dari peruraian zat hipotesis yang bersifat tidak stabil. Rumus umumnya dapat ditulis sebagai berikut :
AB + CD →AD + CB


(1) Reaksi
Contoh : AgNO3(aq) + HBr(aq) → AgBr(s) + HNO3(aq)

(2) Reaksi
Contoh : CuSO4(aq) + 2NaOH(aq) → NaSO4(aq) + Cu(OH)2(aq)

(3) Reaksi
Contoh : Na2CO3(aq) + CaNO3(aq) → 2NaNO3(aq) + CaCO3(aq)
KNO3(aq) + MgCl2(aq) ≠ Tidak bereaksi
4.3. Stoikiometri Reaksi dalam Larutan
Pada dasarnya, stikiometri reaksi dalam larutan sama dengan stoikiometri pada umumnya, yaitu bahwa perbandingan mol zat-zat yang terlibat dalam reaksi sama dengan koefisien reaksinya. Hitungan stoikiometri reaksi dapat digolongkan sebagai stoikiometri sederhana, stoikiometri dengan pereaksi pembatas, dan stoikiometri yang melibatkan campuran.
4.3.1. Hitungan Stoikiometri Sederhana
Hitungan stoikiometri dengan salah satu zat dalam reaksi diketahui atau dapat ditentukan jumlah molnya, digolongkan sebagai stoikiometri sederhana.
Penyelesaiannya dilakukan menurut langkah-langkah sebagai berikut :
(1) Menuliskan persamaan setara.
(2) Menentukan jumlah mol zat yang diketahui (yang dapat ditentukan jumlah molnya)
(3) Menentukan jumlah mol zat yang ditanyakan dengan
menggunakan perbandingan koefisien.
(4) Menyesuaikan jawaban dengan hal yang ditanyakan.
4.3.2. Hitungan Stoikiometrri dengan Pereaksi Pembatas
Jika zat-zat yang direaksikan tidak ekivalen, maka salah satu dari zat itu akan habis lebih dahulu yang disebut pereaksi pembatas. Banyaknya hasil reaksi akan bergantung pada jumlah mol pereaksi pembatas. Oleh karena itu, langkah penting dalam menyelesaikan hitungan seperti ini adalah menentukan pereaksi pembatas.
4.3.3. Hitungan Stoikiometri yang Melibatkan Campuran
Jika suatu campuran direaksikan, maka masing-masing komponen mempunyai persamaan reaksi sendiri. Pada umumnya hitungan yang melibatkan campuran diselesaikan dengan pemisalan. Langkah-langkah yang dapat ditempuh adalah sebagai berikut :
(1) Menuliskan persamaan setara.
(2) Memisalkan salah satu komponen dengan x, maka komponen
lainnya sama dengan selisihnya.
(3) Menentukan jumlah mol masing-masing komponen.
(4) Menentukan jumlah mol zat lain yang diketahui.
(5) Membuat persamaan untuk menentukan nilai x.
(6) Menyesuaikan jawaban dengan pertanyaan.

H. RUMUSAN HIPOTESIS
Hipotesis dalam penelitian ini adalah melalui percobaan permainan kimia berwawasan CET, dapat meningkatkan ketuntasan hasil belajar pada pokok materi stokiometri Larutan bagi siswa kelas XI IPA SMA Walisongo Semarang.




I. METODOLOGI PENELITIAN
1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA WALISONGO SEMARANG tahun ajaran 2010/2011. Guru mata pelajaran kimia kelas XI SMA WALISONGO SEMARANG dan seorang peneliti.
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini dirancang sebagai penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali.
Adapun skema model tersebut sebagai berikut:
E1 : O1 X O2
E2 : O1 X O2

Keterangan:
E1 = Kelompok A dengan menggunakan pembelajaran model TGT
E2 = Kelompok B dengan menggunakan pembelajaran model STAD
O1 = Observasi 1 (pre-test)
O2 = Observasi 2 (post-test)
3. Variabel
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Variabel utama yang diamati dalam penelitian ini adalah variabel hasil belajar yang berupa :
(1) Daya serap berupa hasil belajar kognitif yaitu hasil pelaksanaan tugas mengerjakan soal yang diukur dari jawaban soal tes.
(2) Rasa ingin tahu siswa diukur dari keaktifan dalam proses belajar mengajar dan intensitas pertanyaan sebagai hasil belajar afektif.
(3) Keberhasilan siswa dalam praktikum berupa hasil belajar psikomotorik yang diukur dari persiapan, pelaksanaan dan hasil praktikum.
(4) Rasa puas dan pendapat siswa selama pembelajaran diukur dengan
pedoman wawancara dengan menggunakan angket setelah penelitian berlangsung.
(5) Kinerja guru yang diamati dengan lembar observasi oleh observer
4. Teknik Pengambilan Sampel
Penelitian disamping perlu menggunakan metode yang tepat juga perlu memilih teknik dan alat pengumpulan data yang relevan. Penggunaan tehnik dan alat pengumpulan data yang tepat memungkinkan diperolehnya data yang obyektif.
Sumber penelitian adalah subyek dari mana data penelitian diperoleh.. Sumber data penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Walisongo Semarang, guru mitra, pelaksanaan tindakan serta lingkungan yang mendukung pelaksanaan proses belajar mengajar.
Data diperoleh dan dikumpulkan dari hasil belajar siswa yang diambil dengan memberikan tes kepada siswa. Situasi belajar mengajar pada saat dilaksanakannya tindakan diambil dengan menggunakan lembar observasi. Tanggapan siswa terhadap metode pembelajaran yang digunakan diambil dari kuesioner yang disebarkan.
5. Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Metode Tes
Untuk mengukur ada atau tidaknya serta besarnya kemampuan objek yang diteliti, digunakan tes. Metode ini digunakan untuk memperoleh data hasil belajar kognitif setelah siswa diberi metode percobaan permainan kimia berwawasan CET.
b. Metode Observasi
Metode observasi yaitu sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Observasi ini dilakukan langsung di kelas dengan guru mitra.
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya. Metode dokumentasi digunakan untuk mengetahui data yang berkenaan dengan siswa.
6. Teknik Analisis Instrumen
Valid tidaknya data, sangat menentukan bermutu tidaknya hasil penelitian. Sedangkan kevalidan data tergantung dari baik tidaknya instrumen. Instrumen yang valid harus memenuhi dua persyaratan yaitu Validitas dan reliabilitas.
a. Validitas
Validitas adalah ukuran yang menunjukkan kesahihan suatu instrumen. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium. Teknik yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran adalah teknik korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson.


Keterangan :
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
N = jumlah siswa
ΣX = jumlah skor item nomor i
ΣY = jumlah skor total
ΣXY = jumlah hasil kali perkalian antara X dan Y
Interpretasi besarnya koefisien korelasi adalah ssebagai berikut:
0,800 < rxy ≤ 1,00 : sangat tinggi 0,600 < rxy ≤ 1,00 : tinggi 0,400 < rxy ≤ 1,00 : cukup 0,200 < rxy ≤ 1,00 : rendah 0,00 < rxy ≤ 1,00 : sangat rendah b. Reliabilitas Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Untuk perhitungan reliabilitas dalam penelitian ini digunakan rumus sebagai berikut: Dimana : r11 = reliabilitas instrumen p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q= 1-p) Σpq= jumlah hasil perkalian antara p dan q K = banyaknya item/ butir soal S2 = varian total Rumus varian: c. Taraf Kesukaran Soal Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Dalam penelitian ini, untuk menghitung taraf kesukaran soal digunakan rumus sebagai berikut: Dimana: P = indeks kesukaran B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS= jumlah seluruh siswa peserta tes Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut: 0,00 < P ≤ 0,30 = sukar 0,30 < P ≤ 0,70 = sedang 0,70 < P ≤ 1,00 = mudah d. Daya Pembeda Soal Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi), dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Untuk perhitungan daya pembeda soal dalam penelitian ini digunakan rumus sebagai berikut: Dimana: D = Daya pembeda soal J = Jumlah peserta tes JA = Banyaknya peserta kelompok atas JB = Banyaknya peserta kelompok bawah BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar. 7. Teknik Analisis Data Setelah data terkumpul dan diolah dengan cara diklasifikasi berdasarkan permasalahan yang dikaji, baru dianalisis sesuai dengan data. Analisis data adalah mengatur urutan data, mengorganisasikan ke dalam satu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Sehingga dapat ditemukan satu tema dan dapat dirumuskan hipotesis (ide) kerja seperti yang disarankan data. Dari data yang telah terkumpul dan diolah, maka muncullah hipotesis yang kebenarannya perlu diuji dengan cara yang telah ditentukan. Hipotesis yang telah dirumuskan akan diuji dengan statistik nonparametris, antara lain dengan menggunakan t-test dan chi kuadrat. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan teknik analisa komparasional bivariat pada skor hasil belajar siswa kelas eksperimen. Penelitian dilakukan terhadap 2 kelompok, yang keduanya merupakan kelompok eksperimen. Adapun persyaratan yang harus dipenuhi sebelum peneliti menganalisa data dengan t-test, peneliti terlebih dahulu harus memeriksa keabsahan sampel dengan uji normalitas, uji homogenitas, dan uji hipotesis. 1. Uji normalitas Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan dalam penelitian ini terdistribusi normal atau tidak. Untuk mengetahuinya dapat diuji dengan menggunakan statistik chi kudrat. Keterangan: 2 = Normalitas sampel Oi = Frekuensi yang diharapkan Ei = Frekuensi pengamatan K = Banyaknya kelas interval Jika 2 hitung ˂ 2 tabel dengan derajat kebebasan dk = k – 3 maka data berdistribusi normal. 2. Uji homogenitas Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelompok memiliki tingkat varians data yang sama atau tidak. Untuk menguji kesamaan dua varians data dari kedua kelompok rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: Nilai F yang diperoleh dari perhitungan dikonsultasikan dengan F tabel yang mempunyai taraf signifikansi = 5%. Ho diterima jika Fhitung ˂ Ftabel dan Ho ditolak jika Fhitung > Ftabel.
3. Uji hipotesis
Untuk menguji perbedaan rata-rata maka pasangan hipotesis yang akan diuji yaitu:
Ho :
Ha : ≠
Ho : data terdistribusi normal
Ha : data tidak terdistribusi normal
Keterangan:
: varian nilai data awal kelompok A
: varian nilai data awal kelompok B
maka digunakan rumus t-test. Teknik t-test (disebut juga t-skor, t-rasio, t-technique, student-t) adalah teknik statistik yang digunakan untuk menguji signifikansi perbedaan 2 buah mean yang berasal dari dua buah distribusi.
Bentuk rumus t-test adalah sebagai berikut:

Keterangan:
t = t-skor
= Mean pada distribusi kelmpok A
= Mean pada distribusi kelompok B
= Nilai varian pada distribusi kelompok A
= Nilai varian pada distribusi kelompok B
N1 = Jumlah individu pada kelmpok A
N2 = Jumlah individu pada kelmpok B

Apabila disederhanakan rumus t-test tersebut akan menjadi:

Dimana SDbm adalah standar kesalahan perbedaan mean, yang diperoleh melalui rumus:

Analisis ini akan menghasilkan nilai t secara perhitungan yang harus dikonsultasikan dengan nilai t dalam tabel. Hipotesis diterima apabila t hitung > t tabel, dan hipotisis ditolak apabila t hitung < t tabel.

J. SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI
Dalam sistematika penulisan laporan penelitin ini terdiri atas 3 bagian, yaitu:
1. Bagian pertama berisi: halaman judul, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan, motto dan persembahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar lampiran dan daftar tabel.
2. Bagian inti, terdiri dari lima bab yaitu:
Bab I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
D. Perumusan Masalah
E. Penegasan Istilah
F. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Bab II : LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Landasan Teori
B. Kajian Penelitian Yang Relevan
C. Hipotesis Tindakan
Bab III : METODE PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
B. Waktu dan Tempat Penelitian
C. Subyek Penelitian
D. Indikator Pencapaian
E. Desain Penelitian
F. Teknik Pengumpulan Data
G. Teknik Analisis Instrumen
H. Teknik Analisis Data
Bab IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian
B. Analisis Data
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Bab V : PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
C. Penutup
3. Bagian terakhir dari penelitian ini terdiri dari: daftar kepustakaan,lampiran-lampirandan daftar riwayat hidup penulis.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:PT. Rineka Cipta, 2006, Cet. 13.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1993.
Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2009,
Moloeng, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002.
Margono, S, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2000.

Michael Purba, Kimia untuk SMA Kelas XI Jilid 2B, Jakarta : Erlangga, 2005.
Sudjana, Metode Statistika, Bandung: PT. Tarsito,2001, Cet. 6.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantiatif, Kualitatif, dan R&D Bandung: Alfabeta, 2007.
Supartono.2006. Proposal Hibah A2 Jurusan Kimia. Semarang :FMIPA UNNES.
Suprijono, Agus, Cooperative Learning (Teori & Aplikasi PAIKEM), Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
Winarsunu, Tulus, Statistik Dalam Penelitian Psikologi, dan Pendidikan, Malang:UMM Pres,2007.
Yamin, Martinis, Paradigma Pendidikan Konstruktivistik, Jakarta: GP Press, 2008.

Yudha Irhasyuarna, dan Rusmansyah Penerapan Metode Berstruktur dalam
meningkatkan Pemahaman Siswa Terhadap Konsep Persamaan Reaksi
Kimia.http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/35/penerapan_metode_latihan
_berstruktur.htm. 4 Februari 2007.

Yunita, Panduan Demonstrasi dan Percobaan Permainan kimia untuk SD,
SMP, SMA, Bandung : Pudak Scientific, 2006.