BAB
I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah
mendorong terwujudnya industri yang besar dan berwawasan ilmu pengetahuan.
Industri mengolah bahan baku menjadi bahan setengah jadi atau bahan jadi
melibatkan banyak proses yang komplek. Hal ini erat kaitannya dengan sumber
daya manusia sebagai pelaku industri itu sendiri. Oleh karena
itu perlu adanya pelatihan baik hardskill maupun sofskill
demi kelancaran proses industri. Melalui pengenalan akan industri pada
mahasiswa merupakan proses awal membuka inspirasi akan terciptanya
produk-produk baru yang lebih menguntungkan kedepannya. Hal ini bertujuan agar
mahasiswa mampu berkembang dengan segala potensi yang ada untuk menghadapi era
globalisasi yang kian merebak.
Menghadapi era pasar bebas Negara – Negara berkembang dan termasuk
Indonesia baik dikawasan ASEAN (AFTA), kawasan Asia
Pasifik (APEC) serta Globalisasi Perdagangan Dunia (WTO) akan menghadapi
tantangan serius disegala bidang. Dampak nyata yang sering timbul dari globalisasi adalah
semakin ketatnya persaingan antar pelaku bisnis, dimana akan banyak
menghasilkan produk yang sejenis dengan harga dan mutu yang bersaing. Dalam hal
ini negara-negara maju lebih diuntungkan karena sistem produksi yang mereka
gunakan lebih efektif dan efisien dibandingkan negara-negara berkembang karena
produksi dilakukan secara maksimal dengan memanfaatkan teknologi sebagai hasil
rekayasa pengembangan riset dan sains.
Indonesia sebagai Negara yang baru berkembang berusaha untuk membangun dan
mengejar ketinggalannya disegala bidang. Salah satunya diusahakan dengan
meningkatnya permintaan pasar dan tingginya biaya produksi serta ketatnya
persaingan di dunia Industri, para pekerja industri berusaha untuk
mengoptimalkan produk industri yang akan dihasilkannya, baik itu secara kualitas maupun
kuantitas tanpa mengabaikan selera konsumen.
Kita menyadari pentingnya IPTEK di dalam menumbuhkan daya saing bangsa
untuk memproduksi barang dan jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan nasional
maupun untuk mengisi pasar internasional yang selanjutnya dapat menghasilkan
devisa untuk negara. Kemampuan bangsa untuk memanfaatkan, mengembangkan dan
menguasai IPTEK, memegang peranan yang sangat penting dalam pembangunan
nasional, karena peningkatan penggunaan IPTEK akan menentukan besarnya nilai
tambah dari produk-produk industri. Selain itu dengan penguasaan IPTEK, maka
daya saing produk dari industri nasional akan dapat ditingkatkan dalam rangka
menghadapi persaingan global.
Sesuai dengan KEPMENRISTEK No.02/M/KP/II/2002 tanggal 15 Februari 2000
tentang kebijaksanaan Strategi Pembangunan IPTEKNAS 2000-2004 (JAKSTRAIPEKNAS).
Usaha utama pembangunan IPTEK adalah menempatkan kegiatan penyadaran masyarakat
akan fungsi dan manfaat pengetahuan serta teknologi guna memacu daya saing
nasional dan keserasian dari seluruh elemen pembangunan secara integral mutlak
diperlukan untuk menunjang peningkatan dan ketahanan ekonomi yang berlandaskan
ruang sosial yang kokoh. Percepatan ketahanan ekonomi Indonesia yang sangat
kita harapkan tidak terlepas dari Sumber Daya Manusia (SDM) dan modal serta
kondisi bangsa yang berkaitan erat dengan kebijakan pelaku usaha terhadap pasar
produksi yang ada di Indonesia.
Jurusan Kimia Fakultas IAIN Walisongo Semarang merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari proses penciptaan perekonomian Indonesia dan
sudah seharusnya mahasiswa dapat melihat, meneliti dan mengenal dunia industri
serta teknologi yang sebenarnya. Oleh karena itu, Mahasiswa Jurusan Kimia Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang dalam menjawab tantangan tersebut mencoba melakukan
kunjungan industri selaras dengan mata kuliah yang sudah terdaftar dalam buku
pedoman akademik.
Untuk itu kunjungan industri ini diharapkan mampu menumbuhkan, menimbulkan
serta mengembangkan wawasan mahasiswa dalam menambah ilmu pengetahuan dan
keahlian yang sesuai dengan disiplin ilmu yang akhirnya akan ikut berperan
dalam meningkatkan pembangunanan bangsa Indonesia ke
depan.
II.
Tujuan Kunjungan Industri
1.
Tujuan
Umum
Meningkatkan kualias
keilmuan bidang kimia bagi mahasiswa Program Tadris Kimia IAIN Walisongo sebagai landasan
untuk menghadapi dunia pendidikan dan dunia kerja di masa yang akan datang.
2.
Tujuan
Khusus
a. Menggali berbagai informasi dan pengetahuan mengenai
proses-proses pembuatan produk melalui reaksi kimia.
b. Meningkatkan rasa percaya diri bagi setiap mahasiswa.
d. Mengasah kemampuan mahasiswa dalam bersosialisasi dan
berkomunikasi.
III.
Kegunaan
1.
Bagi Peserta.
-
Memperluas wawasan, cakrawala, pengetahuan dan pengalaman
sebelum terjun kebidang yang sesungguhnya.
-
Melatih diri agar tanggap dan peka dalam menghadapi
masalah lingkungan kerja.
-
Memperdalam dan meningkatkan kualitas ketrampilan masalah
di lingkungan kerja.
2.
Bagi perusahaan
Sarana
menempatkan kerjasama antara perusahaan dengan fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo Semarang khususnya mengenai R&D (Research and Development).
3.
Bagi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang
-
Sebagai masukan untuk mengevaluasi kesesuaian kurikulum
yang ada dengan pengembangan yang terjadi di kimia industri.
-
Mencetak tenaga kerja yang terampil dalam melaksanakan
tugas.
IV.
Waktu pelaksanaan
Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Mahasiswa
Tadris Kimia Fak. Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang akan
dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal : Kamis,
17 November 2011
Waktu : 13.00 – Selesai
V.
Tempat Pelaksanaan
Kunjungan industri ini dilakukan di PT.
Industri Gula Nusantara Jl. Raya Soekarno-Hatta Barat KM 6 Cepiring Kendal.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
I. Profil Perusahaan
1.1 Sejarah PT.
Industri Gula Nusantara
Pabrik Gula ini didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda
pada tahun 1835 dengan nama Kendalsche
Suiker Onderneming dan mulailah proses produksi defikasi. Tahun 1904–1916 sempat berhenti
berproduksi karena Perang Dunia I. Rehabilitasi untuk penyempurnaan proses defikasi dan giling dilanjutkan kembali pada tahun 1917-1925. Pada tahun 1926 sampai 1930 dilakukan rehabilitasi
mengganti proses dari defikasi menjadi karbonatasi rangkap dan berproduksi.
Pada tahun 1930 hingga 1934 kembali berhenti karena krisis ekonomi (malaise). Produksi kembali dilanjutkan pada
tahun 1935 hingga 1941. Pada tahun 1942 masa penguasaan Jepang, PG Cepiring dijadikan markas. Pada waktu inilah terjadinya
penghancuran tempat dan alat-alat pabrik. Tahun 1945 hingga 1953 kembali dikuasai oleh Belanda namun tidak beroperasi. Tahun 1954 dilakukan perbaikan
dan berproduksi kembali dengan mengorbankan PG lainnya yang ada di Jawa, Pabrik Gula di Jawa yang tadinya 179 buah tinggal 57
buah. Tahun 1957 PG ini kemudian diambil alih oleh Pemerintah RI, dikelola Bank Industri
Negara (BIN). Tahun 1959 pengelolaan beralih ke Pusat Perkebunan Negara (PPN)
Baru cabang Jawa Tengah. Tahun 1961 dikelola oleh Badan Pimpinan Umum (BPU) PPN Gula dan Karung. Tahun 1963 dikelola oleh BPU PPN
Gula. Selanjutnya pada tahun 1968 PPN diubah menjadi PNP (Perusahaan Negara Perkebunan). PG Cepiring dibawah direksi PNP XV yang
berkedudukan di Semarang. Tahun 1973 PNP XV diubah statusnya menjadi PTP XV
(Persero). Tahun 1981 digabung dengan PNP XVI, sehingga menjadi PTP
XV-XVI (Persero).Tahun 1996 digabung dengan PTP XVIII (Persero) sehingga
menjadi PTP Nusantara IX (Persero dengan core bisnis gula, karet, teh, kopi,
dan kakao). Hingga akhirnya tahun 1998 PG
Cepiring tidak berproduksi karena kekurangan bahan baku tebu dan akibat krisis ekonomi
yang berkepanjangan.
Pada
bulan Maret 2004 PT. Multifortuna Bina Usaha
mendapat Surat Persetujuan Penanaman Modal
Dalam Negeri dari Kepala BKPM untuk melaksanakan proyek Bidang Usaha Perkebunan
Tebu dan Industri Gula.Juli 2004 penandatanganan Perjanjian Usaha
Bersama antara PTPN IX (Persero) dengan PT. Multi Manis Mandiri dengan
komposisi saham : Rp. 94,850 miljard (64%) PT. MMM dan Rp. 52,370 milyard (36%)
PTPN IX (Persero). September 2004 PTPN IX (Persero) mendapatkan Persetujuan
Pelaksanaan Kerjasama Usaha Mendirikan Perusahaan Patungan dengan PT. Multi
Manis Mandiri dari Menteri Badan Usaha Milik Negara untuk
membentuk perusahaan patungan PT. Industri Gula Nusantara. Berdasarkan
ijin – ijin yang diperoleh maka pada Oktober 2004 didirikanlah PT. Industri
Gula Nusantara . Maret 2005 penandatangan kontrak pertama yang dilakukan antara
PT. IGN dengan Sutech Engineering Co.Ltd mengenai suplai mesin – mesin dan
peralatan untuk merevitalisasi pabrik gula Cepiring. Akhir tahun 2005 PT. IGN
mendapat dukungan dari APTRI DPD Jateng dan para petani tebu terhadap rencana
revitalisasi PG Cepiring yang dituangkan dalam Surat Pernyataan Bersama antara
PT. Multi Manis Mandiri, PTPN IX (Persero) Dan Para Petani. Pada bulan Maret
2006 PT. IGN melaksanakan Ground Breaking Proyek. Tahun 2006
terjadi perubahan birokrasi perijinan impor mesin pabrik gula dan mulai
semester II tahun 2006 proyek reoperasi PG Cepiring dilanjutkan secara lebih
intensif. Febuari 2007 penandatanganan kontrak kedua antara PT. IGN dengan
Sutech Engineering Co.Ltd untuk rehabilitasi Pabrik gula Cepiring kapasitas
2500 tcd. November 2008 penandatanganan Surat pernyataan bersama mengenai
dukungan APTRI dan petani tebu kepada PT.IGN terhadap rencana re-operasi PG
Cepiring untuk musim giling 2007. Tahun 2007 dimulai pemasangan mesin-mesin
baru dan diharapkan selesai pada bulan Oktober 2007 dan trial runsampai
dengan bulan Desember 2007. Juni 2007 PT IGN mendapat rekomendasi IP Raw
Sugar dari Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri.
Maret
2008 Trial Melting pertama dengan mengolah raw sugar menjadi
gula kristal putih sampai April 2008. Pada tanggal 8 Agustus 2008 Peresmian PT
IGN yang di hadiri oleh Menteri Pertanian Anton Apriantono dan Menteri
Perindustrian Fahmi Idris. September 2008 penandatangan MOU antara PT IGN
dengan para petani mengenai kemitraan pengelolaan tebu untuk musim giling 2009
dan pada Oktober 2008 kegiatan giling tebu dilaksanakan sampai
dengan November 2008 sebesar 3523.17 ton tebu. Untuk selanjutnya bahan
baku mixed antara tebu dan raw sugar menghasilkan gula Kristal putih 500 ton
per hari.
1.2
Lokasi Perusahaan
PT Industri
Gula Nusantara Cepiring terletak dijalan raya Soekarno-Hatta Barat KM 6
Cepiring Kendal. Cepiring adalah nama sebuah kecamatan di Kabupten Kendal, provinsi Jawa Tengah.
Lokasinya tidak terlalu jauh dari Kota Semarang. Butuh kurang lebih 1 jam
perjalanan darat dengan kecepatan sedang dan lancar menuju kesana. Lokasinya
strategis dan berada di wilayah Jawa Tengah dengan jumlah Pabrik Gula yang
cukup banyak. Pabrik Gula inilah yang membuat Cepiring menjadi sangat istimewa.
Sayangnya lokasi strategis ini memiliki kendala besar bagi Pabrik Gula yang
menjadikan tebu sebagai bahan bakunya. Lahan di Pulau Jawa tidak lagi mengenal
sistem ekstensifikasi, semua lahan sudah terpakai, tidak ada lagi lahan
menganggur. Selain lahan yang sempit, harga lahan pun melambung. PT IGN harus
mengeluarkan 12 juta rupiah per hektar per tahun untuk menyewa lahan. Target
lahan seluas 4000ha hingga kini hanya bisa dipenuhi sebanyak 300ha saja. Ini
menjadi kendala karena Pabrik Gula di luar Pulau Jawa bisa menikmati luas dan
murahnya lahan, bahkan bisa sekaligus memiliki lahan tersebut. Di Pulau Jawa
tidak bisa lagi. Persoalan lahan saja sebenarnya bisa mengendurkan semangat
Pabrik Gula ini untuk kembali aktif berproduksi. Namun hingga kini PT IGN tetap
menghasilkan Gula Kristal Putih (GKP) hasil mixed antara
tebu dan raw sugar sebanyak 500 ton per hari. Pasokan bahan
baku tebu 2.500 ton per hari selain dari lahan yang disewa oleh IGN, juga pasokan
dari petani. Selebihnya kebutuhan bahan baku dipenuhi oleh bahan setengah
jadi raw sugar.
1.3 Struktur
Organisasi
PT. Industri Gula Nusantara merupakan
perusahaan patungan antara PT.Multi Mas Mandiri (PT.MMM) dengan PTP Nusantara
IX (Persero). Struktur organisasi dari PT. Industri Gula Nusantara adalah
sebagai berikut:
Komisaris
Utama dijabat oleh Ir. H. Iman Nugroho. Sedangkan yang menjabat sebagai
komisaris adalah Ir. H. Soehardjo Ahmad Widjaya. Dan yang berkedudukan sebagai
direktur utama adalah bapak Bambang Setiyono. Direktur utama adalah sebagai
puncak pimpinan dari tiga direktur, yaitu direktur komersial, direktur operasional yang dipimpin oleh bapak
Herry Krismanoe Irianto, B.Sc yang juga menjabat sebagai direktur keuangan.
II. Gula
1.1 Teori Gula
Pada awalnya gula tebu dikenal
oleh orang-orang Polinesia, kemudian menyebar ke India. Pada tahun 510 Sebelum
Masehi, ketika menguasai India, Raja Darius dari Persia menemukan ”batang
rerumputan yang menghasilkan madu tanpa lebah”. Seperti halnya pada berbagai
penemuan manusia lainnya, keberadaan tebu sangat dirahasiakan dan dijaga ketat,
sedangkan produk olahannya diekspor dan untuk menghasilkan keuntu-ngan yang
sangat besar.
Rahasia tanaman tebu akhirnya
terbongkar setelah terjadi ekspansi besar-besaran oleh orang-orang Arab pada
abad ketujuh sebelum sesudah masehi. Ketika mereka menguasai Persia pada tahun
642 mereka menemukan tanaman tebu yang sedang tumbuh dan kemudian mempelajari
cara pembuatan gula. Selama ekspansi berlanjut mereka mendirikan
pengolahan-pe-ngolahan gula di berbagai daratan lain yang mereka kuasai,
termasuk di Afrika Utara dan Spanyol.
Gula dikenal oleh orang-orang
barat Eropa sebagai hasil dari Perang Salib pada abad ke-11. Para prajurit yang
pulang menceritakan keberadaan “rempah baru” yang enak ini. Gula pertama
diketahui tercatat di Inggris pada tahun 1099. Abad-abad berikutnya merupakan
periode ekspansi besar-besaran perdagangan barat Eropa dengan dunia timur,
termasuk di dalamnya adalah impor gula. Sebagai contoh, dalam sebuah catatan
pada tahun 1319 harga gula di London sebesar “dua shilling tiap pound”. Nilai
ini setara dengan beberapa bulan upah buruh rata-rata, sehingga dapat dikatakan
gula sangatlah mewah pada waktu itu.
Orang-orang kaya menyukai
pembuatan patung-patung dari gula sebagai penghias meja-meja mereka. Ketika
Henry III dari Perancis mengunjungi Venice, sebuah pesta diadakan untuk
menghormatinya dengan menampilkan piring-piring, barang-barang perak, dan kain
linen yang semuanya terbuat dari gula. Karena merupakan barang mahal,
gula seringkali dianggap sebagai obat. Banyak petunjuk kesehatan dari abad
ke-13 hingga 15 yang merekomendasikan pemberian gula kepada orang-orang cacat
untuk memberi kekuatan.
Pada abad ke-15, pemurnian gula
Eropa umumnya dilakukan di Venice. Venice tidak bisa lagi melakukan monopoli
ketika Vasco da Gama berlayar ke India pada tahun 1498 dan mendirikan
perdagangan di sana. Meskipun demikian, penemuan orang-orang Amerikalah yang
telah mengubah konsumsi gula di dunia.
Dalam salah satu perjalanan
pertamanya, Columbus membawa tanaman tebu untuk ditanam di kawasan Karibia.
Iklim yang sangat menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman tebu menyebabkan
berdirinya sebuah industri dengan cepat. Kebutuhan terhadap gula yang besar
bagi Eropa menyebabkan banyak kawasan hutan di kepulauan Karibia menjadi hampir
seluruhnya hilang digantikan perkebunan tebu, seperti misalnya di Barbados,
Antigua dan separuh dari Tobago. Tanaman tebu dibudidayakan secara massal.
Jutaan orang dikirim dari Afrika dan India untuk bekerja di penggilingan tebu.
Oleh karenanya, produksi gula sangat erat kaitannya dengan perdagangan budak di
dunia barat. Secara ekonomi gula sangatlah
penting sehingga seluruh kekuatan Eropa membangun atau berusaha membangun
jajahan di pulau-pulau kecil Karibia dan berbagai pertempuran terjadi untuk
menguasai pulau-pulau tersebut. Selanjutnya tanaman tebu dibudidayakan di
berbagai perkebunan besar di kawasan-kawasan lain di dunia (India, Indonesia,
Filipina dan kawasan Pasifik) untuk memenuhi kebutuhan pasar Eropa dan lokal.
Pada tahun 1750 terdapat 120
pabrik pemurnian gula yang beroperasi di Britania dengan hanya menghasilkan
30.000 ton per tahun. Pada tahap ini gula masih merupakan sesuatu yang mewah
dan memberi keuntungan yang sangat besar sehingga gula dijuluki “emas putih”.
Keadaan ini juga berlaku di negara-negara Eropa Barat lainnya. Para pemerintah menyadari
keuntungan besar yang didapat dari gula dan oleh karenanya mengenakan pajak
yang tinggi. Akibatnya gula tetap merupakan sebuah barang mewah. Keadaan ini
terus bertahan sampai dengan akhir abad ke-19 ketika kebanyakan pemerintahan
mengurangi atau menghapus pajak dan menjadikan harga gula terjangkau untuk
warga biasa. .
1.2 Definisi Gula
Secara kimiawi gula sama dengan karbohidrat,
tetapi umumnya pengertian gula mengacu pada karbohidrat yang memiliki rasa
manis, berukuran kecil dan dapat larut. Kata gula pada umumnya digunakan
sebagai padanan kata untuk sakarosa (sukrosa). Pada bagian ini pengertian gula
mengacu pada karbohidrat yang memiliki rasa manis, berukuran kecil dan dapat
larut (dalam air).
Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan
komoditi perdagangan utama. Gula paling banyak diperdagangkan dalam bentuk
kristal sukrosa padat. Gula digunakan untuk mengubah rasa menjadi manis dan
keadaan makanan atau minuman. Gula sederhana, seperti glukosa (yang diproduksi
dari sukrosa dengan enzim atau hidrolisis asam), menyimpan energi yang akan
digunakan oleh sel.
Gula sebagai sukrosa diperoleh dari nira tebu, bit gula, atau aren.
Meskipun demikian, terdapat sumber-sumber gula minor lainnya, seperti kelapa.
Sumber-sumber pemanis lain, seperti umbi dahlia, anggir, atau jagung, juga
menghasilkan semacam gula/pemanis namun bukan tersusun dari sukrosa. Proses
untuk menghasilkan gula mencakup tahap ekstrasi (pemerasan) diikuti dengan
pemurnian melalui distilasi (penyulingan).
1.3 Komposisi dan Jenis Gula
Adapun jenis Gula, antara lain:
1.
White Sugar
Ada banyak jenis gula pasir, dan sebagian
khusus hanya dipakai dalam industri makanan dan juru masak professional dan
tidak dijual di supermarket. Jenis gula pasir ini dibedakan pada ukuran
kristalnya. Setiap ukuran kristal memberikan karakteristik yang unik sehingga
gula tersebut tepat untuk dipakai pada jenis makanan tertentu.
2. Bakers Special Sugar
Ukuran kristal pada gula ini jauh lebih
halus daripada gula buah. Sesuai dengan namanya, jenis gula ini hanya dibuat
untuk industri bakery. Gula ini dpakai untuk taburan pada donat dan cookies,
juga pada beberapa resep cake untuk memberikan tekstur yang halus.
3.
Castor / Caster Sugar
Gula jenis ini adalah gula yang amat
sangat halus (superfine sugar) sehingga akan seketika larut dalam adonan.
4. Confectioners atau Powdered Sugar
Gula ini disebut icing sugar di Inggris
dan sucre glace di Perancis. Gula ini adalah gula pasir yang digiling sehingga
menjadi bubuk kemudian ditapis. Gula ini juga diberi tambahagn 3% tepung jagung
untuk mencegah penggumpalan. Gula bubuk ini digiling menjadi 3 jenis kehalusan.
Confectioners sugar yang dijual di supermarket adalah yang paling halus di
antara ketiganya, dan digunakan dalam membuat icing, permen dan whipped cream.
Dua jenis gula bubuk lainnya hanya digunakan untuk industri bakery.
5.
Coarse Sugar
Juga dikenal dengan nama pearl atau
decorating sugar. Sesuai dengan namanya, ukuran kristal pada gula ini lebih
besar daripada gula “biasa”. Gula ini diperoleh ketika sirup gula yang kaya
sukrosa dibiarkan mengkristal. Ukuran kristal yang besar membuat gula ini tidak
berubah warna dan tidak terurai menjadi fruktosa dan glukosa pada temperatur
tinggi saat dimasak. Karakter-karakter ini membuat gula ini tepat untuk membuat
fondant, permen dan liquor.
6.
Date Sugar
Date sugar sebetulnya lebih merupakan
sejenis makanan daripada jenis gula. Gula ini didapat dari kurma yang
dikeringkan dan digiling, sehingga mengandung serat yang tinggi. Penggunaannya
sangat terbatas karena harganya dan juga karena gula ini tidak larut dalam
cairan.
7.
Fruit Sugar
Gula ini sedikit lebih halus dari gula
“biasa” dan digunakan pada campuran kering seperti gelatin, pudding atau
minuman bubuk. Ukuran kristal pada fruit sugar lebih seragam, sehingga tidak
ada butir-butir gula yang lebih besar di dasar kotak / bungkusnya. Karakter ini
penting untuk bahan campuran kering.
8.
Granulated Sugar
Juga disebut gula meja atau gula putih.
Gula jenis ini sangat popular bagi para konsumen, karena umum digunakan di
rumah. Seringkali digunakan dalam banyak resep hidangan. Karakter utama yang
membedakan gula ini dengan jenis gula lainnya adalah warnanya yang seputih
kertas dan kristal yang halus. Sugar cubes – Terbuat dari gula putih yang
dilembabkan, di-press dalam cetakan, kemudian dikeringkan.
9.
Raw Sugar
Gula mentah ini diperoleh sebelum tetes
diangkat dari gula dalam proses pembuatan gula. Jenis gula yang popular adalah
Demerara sugar dari Guyana dan Barbados sugar. Turbinado sugar adalah jenis raw
sugar yang sudah dibersihkan dari berbagai kontaminasi dengan cara penguapan
(steam). Gula ini berwarna kecoklatan dengan rasa molase yang ringan.
10. Sanding Sugar
Juga disebut coarse sugar. Gula dengan
kristal besar ini digunakan dalam industri bakery dan permen sebagai taburan
pada produk-produk bakery. Kristal yang besar merefleksi cahaya dan memberikan
tampilan berkilau pada produk.
11. Superfine, Ultrafine, atau Bar Sugar
Ukuran kristal pada jenis gula ini adalah
yang paling halus dari semua jenis gula putih lainnya. Tepat untuk digunakan
pada cake dan meringue dengan tekstur rumit, juga untuk pemanis buah-buahan dan
minuman dingin karena sangat mudah larut. Di Inggris, gula ini dikenal
dengan nama castor sugar, sebutan yang diperoleh dari jenis shaker /wadah dari
gula ini ketika dijual.
1.4 Struktur Gelas
Benda putih yang kita kenal sebagai gula adalah sukrosa, sebuah molekul yang terdiri dari 12 atom karbon, 22 atom hidrogen, dan 11 atom oksigen (C12H22O11). Seperti semua senyawa
yang dibuat dari tiga unsur, gula karbohidrat. Ini ditemukan secara alami pada tanaman yang paling, tetapi terutama dalam bit-maka tebu dan gula nama mereka.
Sukrosa sebenarnya adalah dua gula yang lebih sederhana terjebak bersama: fruktosa dan glukosa. Dalam resep, sedikit asam (misalnya, beberapa jus lemon atau krim tartar) akan menyebabkan sukrosa untuk memecah ke dalam dua komponen.
1.5 Sifat Fisik
Gelas
Gula adalah senyawa
yang mudah terurai (dekomposisi) dengan pemanasan menjadi senyawa
yang lebih sederhana, misalnya karbon hitam (arang), yang tidak dapat terurai
lagi baik secara fisika maupun kimia, tetapi dapat berubah struktur dan
sifatnya menjadi grafit dan intan.
BAB III
PROSES
PRODUKSI GULA
I.
Bahan Baku
Bahan baku untuk proses produksi gula adalah
tebu dan raw sugar.
1. Tebu
Tebu adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula. Tanaman ini
hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini termasuk jenis
rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang
lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan
Sumatra.
2.
Raw Sugar
Raw Sugar adalah gula mentah berbentuk
kristal berwarna kecoklatan dengan bahan baku dari tebu. Untuk mengasilkan raw
sugar perlu dilakukan proses seperti berikut : Tebu - Giling - Nira - Penguapan
- Kristal Merah (raw sugar). Raw Sugar ini memiliki nilai ICUMSA sekitar 600 -
1200 IU. Gula tipe ini adalah produksi gula “setengah jadi” dari pabrik-pabrik
penggilingan tebu yang tidak mempunyai unit pemutihan yang biasanya jenis gula
inilah yang banyak diimpor untuk kemudian diolah menjadi gula kristal putih
maupun gula rafinasi.
II. Diskripsi Proses
Tebu
dipanen setelah cukup masak, dalam arti kadar gula (sakarosa) maksimal dan
kadar gula pecahan (monosakarida) minimal. Untuk itu dilakukan analisa
pendahuluan untuk mengetahui faktor pemasakan, koefisien daya tahan, dll. Ini
dilakukan kira-kira 1,5 bulan sebelum penggilingan.
Setelah
tebu dipanen dan diangkat ke pabrik selanjutnya dilakukan pengolahan gula
putih. Pengolahan tebu menjadi gula putih dilakukan di pabrik dengan
menggunakan peralatan yang sebagain besar bekerja secara otomatis.
Tahap-tahap
dalam Pembuatan Gula
Pembuatan
gula putih di pabrik gula mengalami beberapa tahapan pengolahan, yaitu
pemerahan nira, pemurian, penguapan, kristalisasi, pemisahan kristal, dan
pengeringan.
1.
Pemerahan Nira (Ekstrasi)
Tebu setelah
ditebang, dikirim ke stasiun gilingan untuk dipisahkan antara bagian padat
(ampas) dengan cairannya yang mengandung gula (nira mentah). Alat penggiling
tebu yang digunakan di pabrik gula berupa suatu rangkaian alat yang terdiri
dari alat pengerja pendahuluan (Voorbewer keras) yang dirangkaikan dengan alat
giling dari logam. Alat pengerja pendahuluan terdiri dari Unigator Mark IV dan
Cane knife yang berfungsi sebagai pemotong dan pencacah tebu. Setelah tebu
mengalami pencacahan dilakukan pemerahan nira untuk memerah nira digunakan 5
buah gilingan, masing-masing terdiri dari 3 rol dengan ukuran 36”X64”.
2.
Pemurnian Nira
Ada tiga
cara yang dapat dilakukan untuk proses pemurnian gula yaitu cara defekasi,
sulfitasi dan karbonatasi. Pada umumnya pabrik gula di indonesia memakai cara
sulfitasi. Cara sulfitasi menghemat biaya produksi, bahkan pemurnian
mudah di dapat dan gula yang dihasilkan adalah gula putih atau SHS (Superieure
Hoofd Sumber). Proses ini menggunakan tabung defekator, alat pengendap dan saringan
Rotary Vacuum Filter dan bahan pemurniannya adalah kapur tohor dan gas sulfit
dari hasil pembakaran. Mula-mula nira mentah ditimbang, dipanaskan, direaksikan
dengan susu kapur dalam defekator, kemudian diberi gas SO2 dalam peti
sulfitasi, dipanaskan dan diendapkan dalam alat pengendap. Nira kotor
yang diendapkan kemudian disaring menggunakan Rotery Vaccum Filter. Dari
proses ini dihasilkan nira jernih dan endapan padat berupa blotong. Nira jernih
yang dihasilkan kemudian dikirim kestasiun penguapan. Reaksi yang diharapkaan
dalam proses pemurnian nira adalah
3 Ca 2+
+ 2 PO 4 -3 → Ca 3 ( PO 4 ) 2
Ca 2
+ + SO 3 2 - → Ca SO
3.
Penguapan
Nira (Evaporasi)
Nira
jernih masih banyak mengandung uap air. Untuk menghilangkan kadar air dilakukan
penguapan (evaporasi).
Dipabrik
gula penguapan dilakukan dengan menggunakan beberapa evaporator dengan sistem
multiple effect yang disusun secara interchangeable agar dapat dibersihkan
bergantian. Evaporator bisanya terdiri dari 4-5 bejana yang bekerja dari satu
bejana sebagai uap pemanas bejana berikutnya. Total luas bidang pemanas 5990m2
vo.
Dalam
bejana Nomor 1 nira diuapkan dengan menggunakan bahan pemanas uap bekas secara
tidak langsung. Uap bekas ini terdapat dalam sisi ruang uap dan nira yang
diuapkan terdapat dalam pipa-pipa nira dari tombol uap. Dari sini, uap bekas
yang mengembun dikeluarkan dengan kondespot. dalam bejana nomor 2, nira dari
bejana nomor 1 diuapkan dengan menggunakan uap nira dari bejana penguapan nomor
1. Kemudian uap nira yang mengembun dikeluarkan dengan Michaelispot. Di dalam
bejana nomor 3, nira yang berasal dari bejana nomor 2 diuapkan dengan
menggunakan uap nira dari bejana nomor 2. Demikian seterusnya, sampai pada
bejana terakhir merupakan nira kental yang berwarna gelap dengan kepekatan
sekitar 60 brik. Nira kental ini diberi gas SO2 sebagai belancing
dan siap dikristalkan. Sedangkan uap yang dihasilkan dibuang ke kondensor
sentral dengan perantara pompa vakum.
4. Kristalisasi
Nira
kental dari sari stasiun penguapan ini diuapkan lagi dalam suatu pan vakum,
yaitu tempat dimana nira pekat hasil penguapan dipanaskan terus-menerus sampai
mencapai kondisi lewat jenuh, sehingga timbul kristal gula.
Sistem
yang dipakai yaitu ABD, dimana gula A dan B sebagai produk,dan gula D dipakai
sebagai bibit (seed), serta sebagian lagi dilebur untuk dimasak kembali.
Pemanasan menggunakan uap dengan tekanan dibawah atmosfir dengan vakum sebesar
65 cmHg, sehingga suhu didihnya 650c. Jadi kadar gula (sakarosa)
tidak rusak akibat terkena suhu yang tinggi. Hasil masakan merupakan campuran
kristal gula dan larutan (Stroop). Sebelum dipisahkan di putaran gula, lebih
dulu didinginkan pada palung pendinginan (kultrog).
5.
Pemisahan
Kristal Gula
pemisahan kristal dilakukan
dengan menggunakan saringan yang bekerja dengan
gaya memutar (sentrifungal). Alat ini bertugas memisahkan gula terdiri dari :
1. 3 buah broadbent 48” X 30”untuk
gula masakan A.
2. 4 buah bactch sangerhousen 48” X
28” untuk masakan B.
3. 2 buah western stated CCS untuk D
awal.
4. 6 buah batch sangerhousen 48” X
28” untuk gula SHS.
5. 3 buah BNA 850 K untuk gula D.
dalam tingkatan pengkristalan,
pemisahan gula dari tetesnya terjadi pada tingkat B. Pada tingkat ini terjadi
poses separasi (pemisahan). Mekanismenya menggunakan gaya sentrifugal. Dengan
adanya sistem ini, tetes dan gula terpisah selanjutnya pada tingkat D
dihasilkan gula melasse (kristal gula) dan melasse (tetes gula).
6. Pengeringan Kristal Gula
Air yang dikandung kristal gula
hasil sentrifugasi masih cukup tinggi, kira-kira 20% . Gula yang mengandung air
akan mudah rusak dibandingkan gula kering, untuk menjaga agar tidak rusak
selama penyimpanan, gula tersebut harus dikeringkan terlebih dahulu.
pengeringan dapat dilakukan dengan cara alami atau dengan memakai udara panas
kira-kira 800c.
Pengeringan gula secara
alami dilakukan dengan melewatkan SHS pada talang goyang yang panjang.
Dengan melalui talang ini gula diharapkan dapat kering dan dingin. Proses
pengeringan dengan cara ini membutuhkan ruang yang lebih luas dibandingkan cara
pemanasan. Karena itu, pabrik-pabrik gula menggunakan cara pemanasan. Cara ini
bekerja atas dasar prinsip aliran berlawanan dengan aliran udara panas.
III. Pengawasan Mutu
Pengendalian mutu merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari proses ini. Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan
terhadap mutu produk, apakah produk tersebut layak untuk dipasarkan atau tidak.
Pemeriksaan terhadap mutu atau kualitas gula tergantung pada rasa dan tekstur,
persyaratan-persyaratan yang diminta oleh customer, kemampuan produksi.
Pengawasan
mutu dalam proses gula di Indonesia meliputi pengawasan dalam bidang tanaman,
proses pembuatan gula, pemakaian uap, dan penggunaan bahan bakar. Masing-masing
bidang ini tidak dapat dibedakan dan saling mempengaruhi dalam bidang
pengawasan mutu gula yang dihasilkan. Produk gula yang dilempar ke pasar harus
memenuhi standar kualitas yang ditetapkan.
Pengawasan mutu dilakukan dengan angka penilaian yang menetapkan
secara objektf sifat intrinsik gula putih yang penting. Sifat intrinsik
tersebut antara lain:
a. Diameter
jenis rata-rata (Sd)
Penggunaan praktis angka penilaian Sd ini
adalah untuk mengetahui apakah terdapat banyak gula yang
hancur dalam proses produksi. Kriteria Sd untuk butiran normal
adalah antara 0,9 – 1,1 mm dalam jumlah prosentase terbesar 2 subfraksi yang
berturutan adalah 75 %. Ukuran kristal gula yang dihasilkan harus memenuhi
kriteria tersebut.
b. Faktor
cuci
Faktor
cuci adalah perbandingan antara angka sesudah dan sebelum
contoh gula dicuci. Pencucian dilakukan dengan larutan sukrosa bebas abu yang ditetapkan melalui penentuan daya hantar. Faktor cuci dan daya hantar dinilai sebagai
berikut.
Faktor cuci baik sekali :
80
Ekstinksi baik :
70 – 80
Ekstinksi :
70
c. Percobaan
daya hantar yang dipercepat
Percobaan ini ditujukan untuk meramalkan daya
simpan yang dimiliki oleh gula yang dihasilkan. Hal ini dilakukan dengan
memanasi gula pada suhu 700C selama 24 jam. Gula dikatakan
berkualitas baik jika nilai ekstinksi melebihi 0,005 unit.
IV.
Utilitas Pabrik
Utilitas
pabrik merupakan sarana yang sangat vital yang menentukan kelangsungan
produksi. PT. IGN Cepiring Kendal, memiliki suatu sistem Utilitas yang terdiri
dari air
dan energy listrik.
1. Water treatment
Selain air yang diproses sendiri, guna keperluan
steam boiler plant dipakai air dari PDAM, tetapi dengan jumlah yang relative
besar.
2. Energi
Kebutuhan energi dipabrik gula
terutama untuk pemurnian bahan baku yang digunakan energi listrik.
2.1 Energi
Listrik
Energi Listrik digunakan untuk
pemanasan pada dapur peleburan dengan memakai electric booster. Kebutuhan
listrik sebagian besar didapat dari PLN. Besar tenaga listrik dari PLN sekitar
60 % dari kebutuhan. Sedangkan kekurangannya yang 40 % dicukupi dari Power
Plant di PT. IGLAS.
V. Limbah
1.
Limbah padat
a)
Blotong
Merupakan
padatan sisa dari proses pemurnian nira.
b) Abu
Ketel
Merupakan
padatan sisa dari Pembakaran bahan baku ( ampas tebu, moulding & residu ).
Ada 2 macam Abu ketel yang dihasilkan :
a. Abu
ketel dari pembakaran dalam dapur ketel, dimana sebelum dikeluarkan ke
penampungan , disiram dahulu dengan air sampai dingin.
b. Abu
Ketel dari Dust collector, berasal dari partikel padat yang terikat keluar
melalui cerobong ketel dan tertangkap melalui semprotan nozzle pada Dust
collector. Air pendingin abu ketel, dialirkan ke unit IPAL setelah disaring
terlebih dahulu.
c) Ampas
Tebu
Sebagian
besar digunakan sebagai bahan baker di St. Ketel, Loko dan kelebihannya
diproses ball untuk disimpan sebagai cadangan bahan baker, Kelebihannya dijual
sebagai bahan baku kertas.
2.
Limbah Cair
a) Non Polutan
Berasaal dari air jatuhan kondensor, pendingin tobong
belerang, dan pendingin mesin lainnya dengan suhu Kurang lebih 45-500C.
Penanganan limbah cair ini dengan cara menurunkan temperature melalui proses
pendinginan pada unit spray pond yang dilengkapi bio tray dan cooling tower.
Limbah cair non polutan ini di re-use sebagai injecsi untuk condenser
evaporator, Vacuum pan, RVF & Sebagian kecil dibuang kali ngares. Sebelum
dibuang ke sungai, pada limbah cair ini diberi susu Kpur untuk menetralkan
pHnya.
b) Polutan
·
In
House keeping
In House kepping dilakukan agar pengolahan limbah cair
dapat lebih efektif dengan debit & konsentrasi serendah munkin. Dipisahkan
antara saluran air berpolutan dan non polutan. Penyempurnaan stearn injektur pemberhentian
peralatan minyak. Revisi pompa-pompa yang bocor dimana dapat mencemari air yang
akan ke saluran IPAL. Air yang tercemar diberi larutan susu kapur. Minyak yang
tercampur dengan air pendingin metal gilingan dipisahkan pada drum penangkap
minyak, ditampung dalam drum, dijual kepihak III.
·
IPAL
( saat luar masa giling )
Dilakukan pembersihan saluran influent, kolom pemisah
minyak, kolom IPAL. Revisi & service peralatan limbah seperti aerator,
kompresor, unit susu kapur, V-Notch, dll. Penggadaan bahan pembantu seperti
kapur, inola ( bakteri )
·
IPAL
( Saat dalam masa giling )
Proses pengolahan limbah cair menggunakan prinsip
aerated lagon ( Fully Aerobik ).
3. Limbah Udara
dan Gas
Terdapat 2 macam gas, yakni:
a) Gas buang dari cerobong ketel
Peralatan yang digunakan adalah
Dust collector, cerobong ketel, wet scruber, & cyclone.
b) Gas SO2
Peralatan yang digunakan adalah sulfilator. Analisa
yang dilakukan adalah analisa gas SO2
BAB
IV
PENUTUP
I. Kesimpulan
Dari analisa yang didapatkan dari hasil kunjungan industry di PT.IGN dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1) Bahan baku pabrik gula di antaranya yaitu tebu dan
raw sugar
2) Tahap proses pembuatan gula dipabrik gula adalah
tahan pemerahan nira, tahap pemurnian nira, tahap penguapan, tahap
pengkristalan, dan dan tahap pemisahan Kristal/ penyelesaian.
3) Limbah dipabrik gula berupa limbah padat, limbah
cair, dan limbah udara.
4) Penanganan limbah pabrik gula digunakan sebagai
bahan baker di St. Ketel, Loko dan kelebihannya diproses ball untuk disimpan
sebagai cadangan bahan bakar.
.
B.
Saran
1) Untuk kegiatan semacam ini, hendaknya
terus dilakukan khususnya untuk mahasiswa-mahasiswa sehingga dapat mengkaji
serta menerapkan ilmu yang didapat dikampus guna memadai perkembangan
nilai-nilai pengetahuan.
2) Dalam kegiatan semacam ini, maka mahasiswa-mahasiswi
lebih memahami tentang perusahan tersebut.
3) Dengan adanya kegiatan ini mahasiswa-mahasiswi
dapat mengetahui berbagai wawasan yang tidak hanya terdapat didalam kampus.
Tetapi diluar kampuspun kami dapat belajar dan mengembangkannya.
DAFTAR PUSTAKA
Zulfa
Nengsih, Anna, http://www.Th
nks
for visit my Blog.html
http://www.Makalah-Proses-PembuatanGula.Deluk’s
Blog.html
Kak ijin copas dunkz,,
BalasHapusbuat bhan laporan KP
hehehehe,,,
trims sbelumnya..