Selasa, 03 Januari 2012

Laporan Kunjungan Industri PT.IGN Kendal Jawa Tengah



BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Meningkatnya  ilmu pengetahuan dan teknologi  (IPTEK) telah mendorong terwujudnya industri yang besar dan berwawasan ilmu pengetahuan. Industri mengolah bahan baku menjadi bahan setengah jadi atau bahan jadi melibatkan banyak proses yang komplek. Hal ini erat kaitannya dengan sumber daya manusia sebagai pelaku industri itu sendiri. Oleh karena itu perlu adanya pelatihan baik hardskill maupun sofskill  demi kelancaran proses industri. Melalui pengenalan akan industri pada mahasiswa merupakan proses awal membuka inspirasi akan terciptanya produk-produk baru yang lebih menguntungkan kedepannya. Hal ini bertujuan agar mahasiswa mampu berkembang dengan segala potensi yang ada untuk menghadapi era globalisasi yang kian merebak.
Menghadapi era pasar bebas Negara – Negara berkembang dan termasuk Indonesia baik dikawasan ASEAN (AFTA), kawasan Asia Pasifik (APEC) serta Globalisasi Perdagangan Dunia (WTO) akan menghadapi  tantangan serius disegala bidang. Dampak nyata yang sering timbul dari globalisasi adalah semakin ketatnya persaingan antar pelaku bisnis, dimana akan banyak menghasilkan produk yang sejenis dengan harga dan mutu yang bersaing. Dalam hal ini negara-negara maju lebih diuntungkan karena sistem produksi yang mereka gunakan lebih efektif dan efisien dibandingkan negara-negara berkembang karena produksi dilakukan secara maksimal dengan memanfaatkan teknologi sebagai hasil rekayasa  pengembangan riset dan sains.
Indonesia sebagai Negara yang baru berkembang berusaha untuk membangun dan mengejar ketinggalannya disegala bidang. Salah satunya diusahakan dengan meningkatnya permintaan pasar dan tingginya biaya produksi serta ketatnya persaingan di dunia Industri, para pekerja industri berusaha untuk mengoptimalkan produk industri yang akan dihasilkannya, baik itu secara kualitas maupun kuantitas tanpa mengabaikan selera konsumen.
Kita menyadari pentingnya IPTEK di dalam menumbuhkan daya saing bangsa untuk memproduksi barang dan jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan nasional maupun untuk mengisi pasar internasional yang selanjutnya dapat menghasilkan devisa untuk negara. Kemampuan bangsa untuk memanfaatkan, mengembangkan dan menguasai IPTEK, memegang peranan yang sangat penting dalam pembangunan nasional, karena peningkatan penggunaan IPTEK akan menentukan besarnya nilai tambah dari produk-produk industri. Selain itu dengan penguasaan IPTEK, maka daya saing produk dari industri nasional akan dapat ditingkatkan dalam rangka menghadapi persaingan global.
Sesuai dengan KEPMENRISTEK No.02/M/KP/II/2002 tanggal 15 Februari 2000 tentang kebijaksanaan Strategi Pembangunan IPTEKNAS 2000-2004 (JAKSTRAIPEKNAS). Usaha utama pembangunan IPTEK adalah menempatkan kegiatan penyadaran masyarakat akan fungsi dan manfaat pengetahuan serta teknologi guna memacu daya saing nasional dan keserasian dari seluruh elemen pembangunan secara integral mutlak diperlukan untuk menunjang peningkatan dan ketahanan ekonomi yang berlandaskan ruang sosial yang kokoh. Percepatan ketahanan ekonomi Indonesia yang sangat kita harapkan tidak terlepas dari Sumber Daya Manusia (SDM) dan modal serta kondisi bangsa yang berkaitan erat dengan kebijakan pelaku usaha terhadap pasar produksi yang ada di Indonesia.
Jurusan Kimia Fakultas IAIN Walisongo Semarang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses penciptaan perekonomian Indonesia dan sudah seharusnya mahasiswa dapat melihat, meneliti dan mengenal dunia industri serta teknologi yang sebenarnya. Oleh karena itu, Mahasiswa Jurusan Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang dalam menjawab tantangan tersebut mencoba melakukan kunjungan industri selaras dengan mata kuliah yang sudah terdaftar dalam buku pedoman akademik.
Untuk itu kunjungan industri ini diharapkan mampu menumbuhkan, menimbulkan serta mengembangkan wawasan mahasiswa dalam menambah ilmu pengetahuan dan keahlian yang sesuai dengan disiplin ilmu yang akhirnya akan ikut berperan dalam meningkatkan pembangunanan bangsa Indonesia ke depan.        

II. Tujuan Kunjungan Industri
1.      Tujuan Umum
Meningkatkan kualias keilmuan bidang kimia bagi mahasiswa Program Tadris Kimia IAIN Walisongo sebagai landasan untuk menghadapi dunia pendidikan dan dunia kerja di masa yang akan datang.
2.      Tujuan Khusus
a. Menggali berbagai informasi dan pengetahuan mengenai proses-proses pembuatan produk melalui reaksi kimia.
b. Meningkatkan rasa percaya diri bagi setiap mahasiswa.
d. Mengasah kemampuan mahasiswa dalam bersosialisasi dan berkomunikasi.

III. Kegunaan
1.      Bagi Peserta.
-          Memperluas wawasan, cakrawala, pengetahuan dan pengalaman sebelum terjun kebidang yang sesungguhnya.
-          Melatih diri agar tanggap dan peka dalam menghadapi masalah lingkungan kerja.
-          Memperdalam dan meningkatkan kualitas ketrampilan masalah di lingkungan kerja.

2.      Bagi perusahaan
            Sarana menempatkan kerjasama antara perusahaan dengan fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang khususnya mengenai R&D (Research and Development).

3.      Bagi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang
-          Sebagai masukan untuk mengevaluasi kesesuaian kurikulum yang ada dengan pengembangan yang terjadi di kimia industri.
-          Mencetak tenaga kerja yang terampil dalam melaksanakan tugas.

IV. Waktu pelaksanaan
Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Mahasiswa Tadris Kimia Fak. Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang akan dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal   : Kamis, 17 November 2011
            Waktu             : 13.00 – Selesai

V. Tempat Pelaksanaan
            Kunjungan industri ini dilakukan di PT. Industri Gula Nusantara Jl. Raya Soekarno-Hatta Barat KM 6 Cepiring Kendal.
              
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

I. Profil Perusahaan
1.1 Sejarah PT. Industri Gula Nusantara
Pabrik Gula ini didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1835 dengan nama Kendalsche Suiker Onderneming dan mulailah proses produksi defikasi. Tahun 1904–1916 sempat berhenti berproduksi karena Perang Dunia I. Rehabilitasi untuk penyempurnaan proses defikasi dan giling dilanjutkan kembali pada tahun 1917-1925. Pada tahun 1926 sampai 1930 dilakukan rehabilitasi mengganti proses dari defikasi menjadi karbonatasi rangkap dan berproduksi. Pada tahun 1930 hingga 1934 kembali berhenti karena krisis ekonomi (malaise). Produksi kembali dilanjutkan pada tahun 1935 hingga 1941. Pada tahun 1942 masa penguasaan Jepang, PG Cepiring dijadikan markas. Pada waktu inilah terjadinya penghancuran tempat dan alat-alat pabrik. Tahun 1945 hingga 1953 kembali dikuasai oleh Belanda namun tidak beroperasi. Tahun 1954 dilakukan perbaikan dan berproduksi kembali dengan mengorbankan PG lainnya yang ada di Jawa, Pabrik Gula di Jawa yang tadinya 179 buah tinggal 57 buah. Tahun 1957 PG ini kemudian diambil alih oleh Pemerintah RI, dikelola Bank Industri Negara (BIN). Tahun 1959 pengelolaan beralih ke Pusat Perkebunan Negara (PPN) Baru cabang Jawa Tengah. Tahun 1961 dikelola oleh Badan Pimpinan Umum (BPU) PPN Gula dan Karung. Tahun 1963 dikelola oleh BPU PPN Gula. Selanjutnya pada tahun 1968 PPN diubah menjadi PNP (Perusahaan Negara Perkebunan). PG Cepiring dibawah direksi PNP XV yang berkedudukan di Semarang. Tahun 1973 PNP XV diubah statusnya menjadi PTP XV (Persero). Tahun 1981 digabung dengan PNP XVI, sehingga menjadi PTP XV-XVI (Persero).Tahun 1996 digabung dengan PTP XVIII (Persero) sehingga menjadi PTP Nusantara IX (Persero dengan core bisnis gula, karet, teh, kopi, dan kakao). Hingga akhirnya tahun 1998 PG Cepiring tidak berproduksi karena kekurangan bahan baku tebu dan akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan.
Pada bulan Maret 2004 PT. Multifortuna Bina Usaha mendapat Surat Persetujuan Penanaman Modal Dalam Negeri dari Kepala BKPM untuk melaksanakan proyek Bidang Usaha Perkebunan Tebu dan Industri Gula.Juli 2004 penandatanganan Perjanjian Usaha Bersama antara PTPN IX (Persero) dengan PT. Multi Manis Mandiri dengan komposisi saham : Rp. 94,850 miljard (64%) PT. MMM dan Rp. 52,370 milyard (36%) PTPN IX (Persero). September 2004 PTPN IX (Persero) mendapatkan Persetujuan Pelaksanaan Kerjasama Usaha Mendirikan Perusahaan Patungan dengan PT. Multi Manis Mandiri dari Menteri Badan Usaha Milik Negara untuk membentuk perusahaan patungan PT. Industri Gula Nusantara. Berdasarkan ijin – ijin yang diperoleh maka pada Oktober 2004 didirikanlah PT. Industri Gula Nusantara . Maret 2005 penandatangan kontrak pertama yang dilakukan antara PT. IGN dengan Sutech Engineering Co.Ltd mengenai suplai mesin – mesin dan peralatan untuk merevitalisasi pabrik gula Cepiring. Akhir tahun 2005 PT. IGN mendapat dukungan dari APTRI DPD Jateng dan para petani tebu terhadap rencana revitalisasi PG Cepiring yang dituangkan dalam Surat Pernyataan Bersama antara PT. Multi Manis Mandiri, PTPN IX (Persero) Dan Para Petani. Pada bulan Maret 2006 PT. IGN melaksanakan Ground Breaking Proyek. Tahun 2006 terjadi perubahan birokrasi perijinan impor mesin pabrik gula dan mulai semester II tahun 2006 proyek reoperasi PG Cepiring dilanjutkan secara lebih intensif. Febuari 2007 penandatanganan kontrak kedua antara PT. IGN dengan Sutech Engineering Co.Ltd untuk rehabilitasi Pabrik gula Cepiring kapasitas 2500 tcd. November 2008 penandatanganan Surat pernyataan bersama mengenai dukungan APTRI dan petani tebu kepada PT.IGN terhadap rencana re-operasi PG Cepiring untuk musim giling 2007. Tahun 2007 dimulai pemasangan mesin-mesin baru dan diharapkan selesai pada bulan Oktober 2007 dan trial runsampai dengan bulan Desember 2007. Juni 2007 PT IGN mendapat rekomendasi IP Raw Sugar dari Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri.     
Maret 2008 Trial Melting pertama dengan mengolah raw sugar menjadi gula kristal putih sampai April 2008. Pada tanggal 8 Agustus 2008 Peresmian PT IGN yang di hadiri oleh Menteri Pertanian Anton Apriantono dan Menteri Perindustrian Fahmi Idris. September 2008 penandatangan MOU antara PT IGN dengan para petani mengenai kemitraan pengelolaan tebu untuk musim giling 2009 dan pada Oktober 2008 kegiatan giling tebu dilaksanakan sampai dengan November 2008 sebesar 3523.17 ton tebu. Untuk selanjutnya bahan baku mixed antara tebu dan raw sugar menghasilkan gula Kristal putih 500 ton per hari.

1.2   Lokasi Perusahaan
PT Industri Gula Nusantara Cepiring terletak dijalan raya Soekarno-Hatta Barat KM 6 Cepiring Kendal. Cepiring adalah nama sebuah kecamatan di Kabupten Kendal, provinsi Jawa Tengah. Lokasinya tidak terlalu jauh dari Kota Semarang. Butuh kurang lebih 1 jam perjalanan darat dengan kecepatan sedang dan lancar menuju kesana. Lokasinya strategis dan berada di wilayah Jawa Tengah dengan jumlah Pabrik Gula yang cukup banyak. Pabrik Gula inilah yang membuat Cepiring menjadi sangat istimewa. Sayangnya lokasi strategis ini memiliki kendala besar bagi Pabrik Gula yang menjadikan tebu sebagai bahan bakunya. Lahan di Pulau Jawa tidak lagi mengenal sistem ekstensifikasi, semua lahan sudah terpakai, tidak ada lagi lahan menganggur. Selain lahan yang sempit, harga lahan pun melambung. PT IGN harus mengeluarkan 12 juta rupiah per hektar per tahun untuk menyewa lahan. Target lahan seluas 4000ha hingga kini hanya bisa dipenuhi sebanyak 300ha saja. Ini menjadi kendala karena Pabrik Gula di luar Pulau Jawa bisa menikmati luas dan murahnya lahan, bahkan bisa sekaligus memiliki lahan tersebut. Di Pulau Jawa tidak bisa lagi. Persoalan lahan saja sebenarnya bisa mengendurkan semangat Pabrik Gula ini untuk kembali aktif berproduksi. Namun hingga kini PT IGN tetap menghasilkan Gula Kristal Putih (GKP) hasil mixed antara tebu dan raw sugar sebanyak 500 ton per hari. Pasokan bahan baku tebu 2.500 ton per hari selain dari lahan yang disewa oleh IGN, juga pasokan dari petani. Selebihnya kebutuhan bahan baku dipenuhi oleh bahan setengah jadi raw sugar.
               
1.3  Struktur Organisasi
PT. Industri Gula Nusantara merupakan perusahaan patungan antara PT.Multi Mas Mandiri (PT.MMM) dengan PTP Nusantara IX (Persero). Struktur organisasi dari PT. Industri Gula Nusantara adalah sebagai berikut:
Komisaris Utama dijabat oleh Ir. H. Iman Nugroho. Sedangkan yang menjabat sebagai komisaris adalah Ir. H. Soehardjo Ahmad Widjaya. Dan yang berkedudukan sebagai direktur utama adalah bapak Bambang Setiyono. Direktur utama adalah sebagai puncak pimpinan dari tiga direktur, yaitu direktur komersial,  direktur operasional yang dipimpin oleh bapak Herry Krismanoe Irianto, B.Sc yang juga menjabat sebagai direktur keuangan.

II. Gula
1.1 Teori Gula
       Pada awalnya gula tebu dikenal oleh orang-orang Polinesia, kemudian menyebar ke India. Pada tahun 510 Sebelum Masehi, ketika menguasai India, Raja Darius dari Persia menemukan ”batang rerumputan yang menghasilkan madu tanpa lebah”. Seperti halnya pada berbagai penemuan manusia lainnya, keberadaan tebu sangat dirahasiakan dan dijaga ketat, sedangkan produk olahannya diekspor dan untuk menghasilkan keuntu-ngan yang sangat besar.
Rahasia tanaman tebu akhirnya terbongkar setelah terjadi ekspansi besar-besaran oleh orang-orang Arab pada abad ketujuh sebelum sesudah masehi. Ketika mereka menguasai Persia pada tahun 642 mereka menemukan tanaman tebu yang sedang tumbuh dan kemudian mempelajari cara pembuatan gula. Selama ekspansi berlanjut mereka mendirikan pengolahan-pe-ngolahan gula di berbagai daratan lain yang mereka kuasai, termasuk di Afrika Utara dan Spanyol. 
Gula dikenal oleh orang-orang barat Eropa sebagai hasil dari Perang Salib pada abad ke-11. Para prajurit yang pulang menceritakan keberadaan “rempah baru” yang enak ini. Gula pertama diketahui tercatat di Inggris pada tahun 1099. Abad-abad berikutnya merupakan periode ekspansi besar-besaran perdagangan barat Eropa dengan dunia timur, termasuk di dalamnya adalah impor gula. Sebagai contoh, dalam sebuah catatan pada tahun 1319 harga gula di London sebesar “dua shilling tiap pound”. Nilai ini setara dengan beberapa bulan upah buruh rata-rata, sehingga dapat dikatakan gula sangatlah mewah pada waktu itu. 
Orang-orang kaya menyukai pembuatan patung-patung dari gula sebagai penghias meja-meja mereka. Ketika Henry III dari Perancis mengunjungi Venice, sebuah pesta diadakan untuk menghormatinya dengan menampilkan piring-piring, barang-barang perak, dan kain linen yang semuanya terbuat dari gula. Karena merupakan barang mahal, gula seringkali dianggap sebagai obat. Banyak petunjuk kesehatan dari abad ke-13 hingga 15 yang merekomendasikan pemberian gula kepada orang-orang cacat untuk memberi kekuatan. 
Pada abad ke-15, pemurnian gula Eropa umumnya dilakukan di Venice. Venice tidak bisa lagi melakukan monopoli ketika Vasco da Gama berlayar ke India pada tahun 1498 dan mendirikan perdagangan di sana. Meskipun demikian, penemuan orang-orang Amerikalah yang telah mengubah konsumsi gula di dunia. 
Dalam salah satu perjalanan pertamanya, Columbus membawa tanaman tebu untuk ditanam di kawasan Karibia. Iklim yang sangat menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman tebu menyebabkan berdirinya sebuah industri dengan cepat. Kebutuhan terhadap gula yang besar bagi Eropa menyebabkan banyak kawasan hutan di kepulauan Karibia menjadi hampir seluruhnya hilang digantikan perkebunan tebu, seperti misalnya di Barbados, Antigua dan separuh dari Tobago. Tanaman tebu dibudidayakan secara massal. Jutaan orang dikirim dari Afrika dan India untuk bekerja di penggilingan tebu. Oleh karenanya, produksi gula sangat erat kaitannya dengan perdagangan budak di dunia barat. Secara ekonomi gula sangatlah penting sehingga seluruh kekuatan Eropa membangun atau berusaha membangun jajahan di pulau-pulau kecil Karibia dan berbagai pertempuran terjadi untuk menguasai pulau-pulau tersebut. Selanjutnya tanaman tebu dibudidayakan di berbagai perkebunan besar di kawasan-kawasan lain di dunia (India, Indonesia, Filipina dan kawasan Pasifik) untuk memenuhi kebutuhan pasar Eropa dan lokal. 
Pada tahun 1750 terdapat 120 pabrik pemurnian gula yang beroperasi di Britania dengan hanya menghasilkan 30.000 ton per tahun. Pada tahap ini gula masih merupakan sesuatu yang mewah dan memberi keuntungan yang sangat besar sehingga gula dijuluki “emas putih”. Keadaan ini juga berlaku di negara-negara Eropa Barat lainnya. Para pemerintah menyadari keuntungan besar yang didapat dari gula dan oleh karenanya mengenakan pajak yang tinggi. Akibatnya gula tetap merupakan sebuah barang mewah. Keadaan ini terus bertahan sampai dengan akhir abad ke-19 ketika kebanyakan pemerintahan mengurangi atau menghapus pajak dan menjadikan harga gula terjangkau untuk warga biasa. .

1.2 Definisi Gula
Secara kimiawi gula sama dengan karbohidrat, tetapi umumnya pengertian gula mengacu pada karbohidrat yang memiliki rasa manis, berukuran kecil dan dapat larut. Kata gula pada umumnya digunakan sebagai padanan kata untuk sakarosa (sukrosa). Pada bagian ini pengertian gula mengacu pada karbohidrat yang memiliki rasa manis, berukuran kecil dan dapat larut (dalam air).
Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan komoditi perdagangan utama. Gula paling banyak diperdagangkan dalam bentuk kristal sukrosa padat. Gula digunakan untuk mengubah rasa menjadi manis dan keadaan makanan atau minuman. Gula sederhana, seperti glukosa (yang diproduksi dari sukrosa dengan enzim atau hidrolisis asam), menyimpan energi yang akan digunakan oleh sel.
Gula sebagai sukrosa diperoleh dari nira tebu, bit gula, atau aren. Meskipun demikian, terdapat sumber-sumber gula minor lainnya, seperti kelapa. Sumber-sumber pemanis lain, seperti umbi dahlia, anggir, atau jagung, juga menghasilkan semacam gula/pemanis namun bukan tersusun dari sukrosa. Proses untuk menghasilkan gula mencakup tahap ekstrasi (pemerasan) diikuti dengan pemurnian melalui distilasi (penyulingan).

1.3 Komposisi dan Jenis Gula
Adapun jenis Gula, antara lain:
1.         White Sugar
      Ada banyak jenis gula pasir, dan sebagian khusus hanya dipakai dalam industri makanan dan juru masak professional dan tidak dijual di supermarket. Jenis gula pasir ini dibedakan pada ukuran kristalnya. Setiap ukuran kristal memberikan karakteristik yang unik sehingga gula tersebut tepat untuk dipakai pada jenis makanan tertentu. 
2.      Bakers Special Sugar 
      Ukuran kristal pada gula ini jauh lebih halus daripada gula buah. Sesuai dengan namanya, jenis gula ini hanya dibuat untuk industri bakery. Gula ini dpakai untuk taburan pada donat dan cookies, juga pada beberapa resep cake untuk memberikan tekstur yang halus. 
3.      Castor / Caster Sugar 
      Gula jenis ini adalah gula yang amat sangat halus (superfine sugar) sehingga akan seketika larut dalam adonan. 
4.      Confectioners atau Powdered Sugar
      Gula ini disebut icing sugar di Inggris dan sucre glace di Perancis. Gula ini adalah gula pasir yang digiling sehingga menjadi bubuk kemudian ditapis. Gula ini juga diberi tambahagn 3% tepung jagung untuk mencegah penggumpalan. Gula bubuk ini digiling menjadi 3 jenis kehalusan. Confectioners sugar yang dijual di supermarket adalah yang paling halus di antara ketiganya, dan digunakan dalam membuat icing, permen dan whipped cream. Dua jenis gula bubuk lainnya hanya digunakan untuk industri bakery. 
5.      Coarse Sugar 
      Juga dikenal dengan nama pearl atau decorating sugar. Sesuai dengan namanya, ukuran kristal pada gula ini lebih besar daripada gula “biasa”. Gula ini diperoleh ketika sirup gula yang kaya sukrosa dibiarkan mengkristal. Ukuran kristal yang besar membuat gula ini tidak berubah warna dan tidak terurai menjadi fruktosa dan glukosa pada temperatur tinggi saat dimasak. Karakter-karakter ini membuat gula ini tepat untuk membuat fondant, permen dan liquor.
6.      Date Sugar 
      Date sugar sebetulnya lebih merupakan sejenis makanan daripada jenis gula. Gula ini didapat dari kurma yang dikeringkan dan digiling, sehingga mengandung serat yang tinggi. Penggunaannya sangat terbatas karena harganya dan juga karena gula ini tidak larut dalam cairan. 
7.      Fruit Sugar 
      Gula ini sedikit lebih halus dari gula “biasa” dan digunakan pada campuran kering seperti gelatin, pudding atau minuman bubuk. Ukuran kristal pada fruit sugar lebih seragam, sehingga tidak ada butir-butir gula yang lebih besar di dasar kotak / bungkusnya. Karakter ini penting untuk bahan campuran kering.
8.      Granulated Sugar
      Juga disebut gula meja atau gula putih. Gula jenis ini sangat popular bagi para konsumen, karena umum digunakan di rumah. Seringkali digunakan dalam banyak resep hidangan. Karakter utama yang membedakan gula ini dengan jenis gula lainnya adalah warnanya yang seputih kertas dan kristal yang halus. Sugar cubes – Terbuat dari gula putih yang dilembabkan, di-press dalam cetakan, kemudian dikeringkan. 
9.      Raw Sugar 
      Gula mentah ini diperoleh sebelum tetes diangkat dari gula dalam proses pembuatan gula. Jenis gula yang popular adalah Demerara sugar dari Guyana dan Barbados sugar. Turbinado sugar adalah jenis raw sugar yang sudah dibersihkan dari berbagai kontaminasi dengan cara penguapan (steam). Gula ini berwarna kecoklatan dengan rasa molase yang ringan. 
10.  Sanding Sugar 
      Juga disebut coarse sugar. Gula dengan kristal besar ini digunakan dalam industri bakery dan permen sebagai taburan pada produk-produk bakery. Kristal yang besar merefleksi cahaya dan memberikan tampilan berkilau pada produk.
11.  Superfine, Ultrafine, atau Bar Sugar 
      Ukuran kristal pada jenis gula ini adalah yang paling halus dari semua jenis gula putih lainnya. Tepat untuk digunakan pada cake dan meringue dengan tekstur rumit, juga untuk pemanis buah-buahan dan minuman dingin karena sangat mudah larut.  Di Inggris, gula ini dikenal dengan nama castor sugar, sebutan yang diperoleh dari jenis shaker /wadah dari gula ini ketika dijual.    

1.4  Struktur Gelas
            Benda putih yang kita kenal sebagai gula adalah sukrosa, sebuah molekul yang terdiri dari 12 atom karbon, 22 atom hidrogen, dan 11 atom oksigen (C12H22O11). Seperti semua senyawa yang dibuat dari tiga unsur, gula karbohidrat. Ini ditemukan secara alami pada tanaman yang paling, tetapi terutama dalam bit-maka tebu dan gula nama mereka.
Sukrosa sebenarnya adalah dua gula yang lebih sederhana terjebak bersama: fruktosa dan glukosa. Dalam resep, sedikit asam (misalnya, beberapa jus lemon atau krim tartar) akan menyebabkan sukrosa untuk memecah ke dalam dua komponen.

1.5  Sifat Fisik Gelas
Gula  adalah senyawa  yang  mudah  terurai (dekomposisi) dengan pemanasan menjadi senyawa yang lebih sederhana, misalnya karbon hitam (arang), yang tidak dapat terurai lagi baik secara fisika maupun kimia, tetapi dapat berubah struktur dan sifatnya menjadi grafit dan intan.

BAB III
PROSES PRODUKSI GULA

I. Bahan Baku
Bahan baku untuk proses produksi gula adalah tebu dan raw sugar.
1.      Tebu
Tebu adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatra.
2.      Raw Sugar
Raw Sugar adalah gula mentah berbentuk kristal berwarna kecoklatan dengan bahan baku dari tebu. Untuk mengasilkan raw sugar perlu dilakukan proses seperti berikut : Tebu - Giling - Nira - Penguapan - Kristal Merah (raw sugar). Raw Sugar ini memiliki nilai ICUMSA sekitar 600 - 1200 IU. Gula tipe ini adalah produksi gula “setengah jadi” dari pabrik-pabrik penggilingan tebu yang tidak mempunyai unit pemutihan yang biasanya jenis gula inilah yang banyak diimpor untuk kemudian diolah menjadi gula kristal putih maupun gula rafinasi.

II. Diskripsi Proses
Tebu dipanen setelah cukup masak, dalam arti kadar gula (sakarosa) maksimal dan kadar gula pecahan (monosakarida) minimal. Untuk itu dilakukan analisa pendahuluan untuk mengetahui faktor pemasakan, koefisien daya tahan, dll. Ini dilakukan kira-kira 1,5 bulan sebelum penggilingan.
Setelah tebu dipanen dan diangkat ke pabrik selanjutnya dilakukan pengolahan gula putih. Pengolahan tebu menjadi gula putih dilakukan di pabrik dengan menggunakan peralatan yang sebagain besar  bekerja secara otomatis.
Tahap-tahap dalam Pembuatan Gula
Pembuatan gula putih di pabrik gula mengalami beberapa tahapan pengolahan, yaitu pemerahan nira, pemurian, penguapan, kristalisasi, pemisahan kristal, dan pengeringan.
1.   Pemerahan Nira (Ekstrasi)
Tebu setelah ditebang, dikirim ke stasiun gilingan untuk dipisahkan antara bagian padat (ampas) dengan cairannya yang mengandung gula (nira mentah). Alat penggiling tebu yang digunakan di pabrik gula berupa suatu rangkaian alat yang terdiri dari alat pengerja pendahuluan (Voorbewer keras) yang dirangkaikan dengan alat giling dari logam. Alat pengerja pendahuluan terdiri dari Unigator Mark IV dan Cane knife yang berfungsi sebagai pemotong dan pencacah tebu. Setelah tebu mengalami pencacahan dilakukan pemerahan nira untuk memerah nira digunakan 5 buah gilingan, masing-masing terdiri dari 3 rol dengan ukuran 36”X64”.
2.   Pemurnian Nira
Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk proses pemurnian gula yaitu cara defekasi, sulfitasi dan karbonatasi. Pada umumnya pabrik gula di indonesia memakai cara sulfitasi. Cara sulfitasi menghemat biaya  produksi, bahkan pemurnian mudah di dapat dan gula yang dihasilkan adalah gula putih atau SHS (Superieure Hoofd Sumber). Proses ini menggunakan tabung defekator, alat pengendap dan saringan Rotary Vacuum Filter dan bahan pemurniannya adalah kapur tohor dan gas sulfit dari hasil pembakaran. Mula-mula nira mentah ditimbang, dipanaskan, direaksikan dengan susu kapur dalam defekator, kemudian diberi gas SO2 dalam peti sulfitasi,  dipanaskan dan diendapkan dalam alat pengendap. Nira kotor yang diendapkan kemudian disaring menggunakan  Rotery Vaccum Filter. Dari proses ini dihasilkan nira jernih dan endapan padat berupa blotong. Nira jernih yang dihasilkan kemudian dikirim kestasiun penguapan. Reaksi yang diharapkaan dalam proses pemurnian nira adalah
3 Ca 2+ + 2 PO 4 -3 → Ca 3 ( PO 4 ) 2
Ca 2 + + SO 3 2 - → Ca SO 
3.   Penguapan Nira (Evaporasi)
Nira jernih masih banyak mengandung uap air. Untuk menghilangkan kadar air dilakukan penguapan (evaporasi).
Dipabrik gula penguapan dilakukan dengan menggunakan beberapa evaporator dengan sistem multiple effect yang disusun secara interchangeable agar dapat dibersihkan bergantian. Evaporator bisanya terdiri dari 4-5 bejana yang bekerja dari satu bejana sebagai uap pemanas bejana berikutnya. Total luas bidang pemanas 5990m2 vo.
Dalam bejana Nomor 1 nira diuapkan dengan menggunakan bahan pemanas uap bekas secara tidak langsung. Uap bekas ini terdapat dalam sisi ruang uap dan nira yang diuapkan terdapat dalam pipa-pipa nira dari tombol uap. Dari sini, uap bekas yang mengembun dikeluarkan dengan kondespot. dalam bejana nomor 2, nira dari bejana nomor 1 diuapkan dengan menggunakan uap nira dari bejana penguapan nomor 1. Kemudian uap nira yang mengembun dikeluarkan dengan Michaelispot. Di dalam bejana nomor 3, nira yang berasal dari bejana nomor 2 diuapkan dengan menggunakan uap nira dari bejana nomor 2. Demikian seterusnya, sampai pada bejana terakhir merupakan nira kental yang berwarna gelap dengan kepekatan sekitar 60 brik. Nira kental ini diberi gas SO2 sebagai belancing dan siap dikristalkan. Sedangkan uap yang dihasilkan dibuang ke kondensor sentral dengan perantara pompa vakum.
4.      Kristalisasi
Nira kental dari sari stasiun penguapan ini diuapkan lagi dalam suatu pan vakum, yaitu tempat dimana nira pekat hasil penguapan dipanaskan terus-menerus sampai mencapai kondisi lewat jenuh, sehingga timbul kristal gula.
Sistem yang dipakai yaitu ABD, dimana gula A dan B sebagai produk,dan gula D dipakai sebagai bibit (seed), serta sebagian lagi dilebur untuk dimasak kembali. Pemanasan menggunakan uap dengan tekanan dibawah atmosfir dengan vakum sebesar 65 cmHg, sehingga suhu didihnya 650c. Jadi kadar gula (sakarosa) tidak rusak akibat terkena suhu yang tinggi. Hasil masakan merupakan campuran kristal gula dan larutan (Stroop). Sebelum dipisahkan di putaran gula, lebih dulu didinginkan pada palung pendinginan (kultrog).
5.      Pemisahan Kristal Gula
pemisahan kristal dilakukan dengan menggunakan saringan yang bekerja dengan       gaya memutar (sentrifungal). Alat ini bertugas memisahkan gula terdiri dari :
1.   3 buah broadbent 48” X 30”untuk gula masakan A.
2.   4 buah bactch sangerhousen 48” X 28” untuk masakan B.
3.   2 buah western stated CCS untuk D awal.
4.   6 buah batch sangerhousen 48” X 28” untuk gula SHS.
5.   3 buah BNA 850 K untuk gula D.
dalam tingkatan pengkristalan, pemisahan gula dari tetesnya terjadi pada tingkat B. Pada tingkat ini terjadi poses separasi (pemisahan). Mekanismenya menggunakan gaya sentrifugal. Dengan adanya sistem ini, tetes dan gula terpisah selanjutnya pada tingkat D dihasilkan gula melasse (kristal gula) dan melasse (tetes gula).
6. Pengeringan  Kristal Gula
Air yang dikandung kristal gula hasil sentrifugasi masih cukup tinggi, kira-kira 20% . Gula yang mengandung air akan mudah rusak dibandingkan gula kering, untuk menjaga agar tidak rusak selama penyimpanan, gula tersebut harus dikeringkan terlebih dahulu. pengeringan dapat dilakukan dengan cara alami atau dengan memakai udara panas kira-kira 800c.
Pengeringan gula secara alami  dilakukan dengan melewatkan SHS pada talang goyang yang panjang. Dengan melalui talang ini gula diharapkan dapat kering dan dingin. Proses pengeringan dengan cara ini membutuhkan ruang yang lebih luas dibandingkan cara pemanasan. Karena itu, pabrik-pabrik gula menggunakan cara pemanasan. Cara ini bekerja atas dasar prinsip aliran berlawanan dengan aliran udara panas.

III.  Pengawasan Mutu
              Pengendalian mutu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses ini. Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan terhadap mutu produk, apakah produk tersebut layak untuk dipasarkan atau tidak. Pemeriksaan terhadap mutu atau kualitas gula tergantung pada rasa dan tekstur, persyaratan-persyaratan yang diminta oleh customer, kemampuan produksi.
              Pengawasan mutu dalam proses gula di Indonesia meliputi pengawasan dalam bidang tanaman, proses pembuatan gula, pemakaian uap, dan penggunaan bahan bakar. Masing-masing bidang ini tidak dapat dibedakan dan saling mempengaruhi dalam bidang pengawasan mutu gula yang dihasilkan. Produk gula yang dilempar ke pasar harus memenuhi standar kualitas yang ditetapkan. Pengawasan mutu dilakukan dengan angka penilaian yang menetapkan secara objektf sifat intrinsik gula putih yang penting. Sifat intrinsik tersebut antara lain:
a.    Diameter jenis rata-rata (Sd)
Penggunaan praktis angka penilaian Sd ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat banyak gula yang hancur dalam proses produksi. Kriteria Sd untuk butiran normal adalah antara 0,9 – 1,1 mm dalam jumlah prosentase terbesar 2 subfraksi yang berturutan adalah 75 %. Ukuran kristal gula yang dihasilkan harus memenuhi kriteria tersebut.
b.    Faktor cuci
Faktor cuci adalah perbandingan antara angka sesudah dan sebelum contoh gula dicuci. Pencucian dilakukan dengan larutan sukrosa bebas abu yang ditetapkan melalui penentuan daya hantar. Faktor cuci dan daya hantar dinilai sebagai berikut.
Faktor cuci baik sekali    : 80
Ekstinksi baik                : 70 – 80
Ekstinksi                        : 70
c.    Percobaan daya hantar yang dipercepat
Percobaan ini ditujukan untuk meramalkan daya simpan yang dimiliki oleh gula yang dihasilkan. Hal ini dilakukan dengan memanasi gula pada suhu 700C selama 24 jam. Gula dikatakan berkualitas baik jika nilai ekstinksi melebihi 0,005 unit.

IV. Utilitas Pabrik
Utilitas pabrik merupakan sarana yang sangat vital yang menentukan kelangsungan produksi. PT. IGN Cepiring Kendal, memiliki suatu sistem Utilitas yang terdiri dari air dan energy listrik.
1.      Water treatment
Selain  air yang diproses sendiri, guna keperluan steam boiler plant dipakai air dari PDAM, tetapi dengan jumlah yang relative besar.
2.  Energi
            Kebutuhan energi dipabrik gula terutama untuk pemurnian bahan baku yang digunakan energi listrik.
2.1 Energi Listrik
Energi Listrik digunakan untuk pemanasan pada dapur peleburan dengan memakai electric booster. Kebutuhan listrik sebagian besar didapat dari PLN. Besar tenaga listrik dari PLN sekitar 60 % dari kebutuhan. Sedangkan kekurangannya yang 40 % dicukupi dari Power Plant di PT. IGLAS.

V. Limbah
1. Limbah padat
a) Blotong
Merupakan padatan sisa dari proses pemurnian nira.
b) Abu Ketel
Merupakan padatan sisa dari Pembakaran bahan baku ( ampas tebu, moulding & residu ). Ada 2 macam Abu ketel yang dihasilkan :
a. Abu ketel dari pembakaran dalam dapur ketel, dimana sebelum dikeluarkan ke penampungan , disiram dahulu dengan air sampai dingin.
b. Abu Ketel dari Dust collector, berasal dari partikel padat yang terikat keluar melalui cerobong ketel dan tertangkap melalui semprotan nozzle pada Dust collector. Air pendingin abu ketel, dialirkan ke unit IPAL setelah disaring terlebih dahulu.
c) Ampas Tebu
Sebagian besar digunakan sebagai bahan baker di St. Ketel, Loko dan kelebihannya diproses ball untuk disimpan sebagai cadangan bahan baker, Kelebihannya dijual sebagai bahan baku kertas.
2. Limbah Cair
a) Non Polutan
Berasaal dari air jatuhan kondensor, pendingin tobong belerang, dan pendingin mesin lainnya dengan suhu Kurang lebih 45-500C. Penanganan limbah cair ini dengan cara menurunkan temperature melalui proses pendinginan pada unit spray pond yang dilengkapi bio tray dan cooling tower. Limbah cair non polutan ini di re-use sebagai injecsi untuk condenser evaporator, Vacuum pan, RVF & Sebagian kecil dibuang kali ngares. Sebelum dibuang ke sungai, pada limbah cair ini diberi susu Kpur untuk menetralkan pHnya.
b) Polutan
·         In House keeping
In House kepping dilakukan agar pengolahan limbah cair dapat lebih efektif dengan debit & konsentrasi serendah munkin. Dipisahkan antara saluran air berpolutan dan non polutan. Penyempurnaan stearn injektur pemberhentian peralatan minyak. Revisi pompa-pompa yang bocor dimana dapat mencemari air yang akan ke saluran IPAL. Air yang tercemar diberi larutan susu kapur. Minyak yang tercampur dengan air pendingin metal gilingan dipisahkan pada drum penangkap minyak, ditampung dalam drum, dijual kepihak III.
·         IPAL ( saat luar masa giling )
Dilakukan pembersihan saluran influent, kolom pemisah minyak, kolom IPAL. Revisi & service peralatan limbah seperti aerator, kompresor, unit susu kapur, V-Notch, dll. Penggadaan bahan pembantu seperti kapur, inola ( bakteri )
·         IPAL ( Saat dalam masa giling )
Proses pengolahan limbah cair menggunakan prinsip aerated lagon ( Fully Aerobik ).
3. Limbah Udara dan Gas
Terdapat 2 macam gas, yakni:
a)     Gas buang dari cerobong ketel
Peralatan yang digunakan adalah Dust collector, cerobong ketel, wet scruber, & cyclone.
b)    Gas SO2
Peralatan yang digunakan adalah sulfilator. Analisa yang dilakukan adalah analisa gas SO2

BAB IV
PENUTUP

I. Kesimpulan
Dari analisa yang didapatkan dari hasil kunjungan industry  di PT.IGN dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1) Bahan baku pabrik gula di antaranya yaitu tebu dan raw sugar
2) Tahap proses pembuatan gula dipabrik gula adalah tahan pemerahan nira, tahap pemurnian nira, tahap penguapan, tahap pengkristalan, dan dan tahap pemisahan Kristal/ penyelesaian.
3) Limbah dipabrik gula berupa limbah padat, limbah cair, dan limbah udara.
4) Penanganan limbah pabrik gula digunakan sebagai bahan baker di St. Ketel, Loko dan kelebihannya diproses ball untuk disimpan sebagai cadangan bahan bakar.
.
B. Saran
1) Untuk kegiatan semacam ini, hendaknya terus dilakukan khususnya untuk mahasiswa-mahasiswa sehingga dapat mengkaji serta menerapkan ilmu yang didapat dikampus guna memadai perkembangan nilai-nilai pengetahuan.
2) Dalam kegiatan semacam ini, maka mahasiswa-mahasiswi lebih memahami tentang perusahan tersebut.
3) Dengan adanya kegiatan ini mahasiswa-mahasiswi dapat mengetahui berbagai wawasan yang tidak hanya terdapat didalam kampus. Tetapi diluar kampuspun kami dapat belajar dan mengembangkannya.

DAFTAR PUSTAKA

Zulfa Nengsih, Anna, http://www.Th nks for visit my Blog.html
http://www.Makalah-Proses-PembuatanGula.Deluk’s Blog.html












1 komentar:

  1. Kak ijin copas dunkz,,
    buat bhan laporan KP
    hehehehe,,,
    trims sbelumnya..

    BalasHapus