Senin, 28 Januari 2013

Al-Qur'an & Hadits berbicara tentang Global Warming & Kelestarian Alam



I.            PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari sering ditemukan berbagai masalah, mulai dari masalah sosial dan ekonomi seperti: masalah dalam keluarga, lingkungan tetangga atau masyarakat, masalah pengangguran, kemiskinan, kesehatan dan sebagainya. Selain itu juga ada masalah yang bersifat fisik yang merupakan lingkungan hidup manusia. Masalah-masalah yang berhubungan dengan lingkungan fisik saat ini antara lain adalah pencemaran lingkungan dengan segala dampak yang ditimbulkannya.
Pada saat ini pencemaran berlangsung di mana-mana dengan laju begitu cepat yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Kecenderungan pencemaran akhir-akhir ini mengarah kepada dua hal yaitu: (1) Ke arah pembuangan senyawa-senyawa kimia tertentu yang semakin meningkat, terutam pembakarn minyak bumi secara nyata saat ini sudah merubah sistem alami global. (2) Ke arah meningkatnya penggunaan bahan berbahaya dan beracun (B3) oleh berbagai kegiatan industri dengan pembuangan limbahnya ke lingkungan, akibatnya timbul masalah-masalah yang bersifat global antar lain: pemanasan global, hujan asam (acid rain), menipisnya lapisan ozon dan sebagainya. [1]

II.            RUMUSAN MASALAH
A.    Kelestarian Alam
B.     Upaya yang Dilakukan untuk Menjaga Kelestarian Alam
C.     Kerusakan yang di Akibatkan oleh Tangan Manusia

III.            PEMBAHASAN
A.    Kelestarian Alam
Menurut kamus besar bahasa indonesia, kata lestari artinya tetap selama-lamanya, kekal, tidak berubah sebagai sedikala. Melestarikan berarti menjadikan (membiarkan) tetap tidak berubah dan serasi: cocok, sesuai. “Melestarikan alam berarti membuat tetap tidak berubah alam (lingkungan)[2].
Islam adalah Diin yang Syaamil (Integral), Kaamil (Sempurna) dan Mutakaamil (Menyempurnakan semua sistem yang lain), karena ia adalah sistem hidup yang diturunkan oleh Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana. Oleh karena itu, aturan Islam haruslah mencakup semua sisi yang dibutuhkan oleh manusia dalam kehidupannya. Demikian tinggi, indah dan terperinci aturan Sang Maha Rahman dan Rahim ini, sehingga bukan hanya mencakup aturan bagi sesama manusia saja, melainkan juga terhadap alam dan lingkungan hidupnya.
Pelestarian alam dan lingkungan hidup ini tak terlepas dari peran manusia, sebagai khalifah di muka bumi, sebagaimana yang disebut dalam QS Al-Baqarah: 30
Artinya :(“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi.”. Mereka berkata “Mengapa engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau? Tuhan berfirmanSesungguhnya  Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”) (QS Al-Baqarah: 30).
Arti khalifah di sini adalah: “Seseorang yang diberi kedudukan oleh Allah untuk mengelola suatu wilayah, ia berkewajiban untuk menciptakan suatu masyarakat yang mempunyai hubungan baik dengan Allah, memiliki kehidupan yang harmonis dengan masyarakat. Serta agama, akal dan budayanya terpelihara”.
Perlu dijelaskan bahwa menjadi khalifah di muka bumi itu bukan sesuatu yang otomatis didapat ketika manusia lahir ke bumi. Manusia harus membuktikan dulu kapasitasnya sebelum dianggap layak untuk menjadi khalifah[3]. Penjabaran lanjut tentang peran manusia sebagai khalifah di bumi yang mewajibkan manusia untuk melestarikan lingkungan hidup yaitu adanya rujukan dari dalil ini adalah surat Al A’raaf ayat 56 sebagai berikut:
Artinya:Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepadaNya dengan rasa takut dan harapan. Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik” (QS. Ala’raf [7]:56).
Selanjutnya, setelah manusia diperintahkan untuk tidak merusak alam semesta, Allah memerintahakan manusia memelihara alam semesta dalam hadits shahih yang mempunyai arti sebagai berikut:
”Imam Al-Bukhori, Muslim, Ahmad meriwayatkan dari Abdurrohman bin Mubarok dari Ibnu Abbas dari Qatadah dari Annas r.a. Rasulullah bersabda: “seorang muslim yang menanam pohon atau tanaman kemudian dimanfaatakan oleh burung atau manusia atau hewan sebagai makanan niscaya dia akan mendapatkan pahala sedekah darinya.
Dari hadits di atas dapat diambil kesimpulan bahwa manusia selayaknya melestarikan alam semesta dengan berbagai cara yang dapat dilakukan selagi dapat bermanfaat bagi makhluk ciptaan Allah yang lain. Dan kemanfaatan yang didapat oleh makhluk lain tersebut akan menjadi pahala baginya di sisi Allah.  
B.     Upaya Yang Dilakukan Untuk Menjaga Kelestarian Alam
Di era serba canggih ini, semakin meningkatnya ilmu pengetahuan, berakibat semakin menurunnya kesadaran manusia akan pentingnya kelestarian alam. Hal ini terbukti dengan semakin marak isu pemanasan global yang semakin marak. Berikut ini upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian alam diantaranya:
a.       Membuang sampah pada tempatnya
b.      Reboisasi
c.       Penggunaan bahan bakar yang ramah lingkungan
d.      Pemanfaatan limbah yang optimal
e.       Penggunaan sumber alam sesuai kebutuhan
f.       Menimalisir penggunaan gas CFC
g.      Penggunaan air sesuai kebutuhan
h.      Pengolahan lahan yang optimal, dll.
Dari sekian hal-hal yang dapat dilakukan untuk menjaga kelesratian alam, yang akan dibahas lebih lanjut pada perkuliahan ini yaitu mengenai reboisasi.
Reboisasi secara umum dapat diartikan sebagai penanaman kembali tumbuh-tumbuhan hijau, hal ini dilakukan agar air hujan dapat terserap oleh akar tumbuhan dan tumbuhan tersebut dapat menyerap gas CO2 untuk proses fotosintesis. Jika banyak tumbuhan hijau yang tumbuh, maka akan meminimalisir timbulnya global warming (pemanasan global). Reboisasi ini dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bahwa Rasulullah saw bersabda yang artinya
“siapa menanam sebuah pohon kemudian dengan akan memeliharanya dan mengurusinya hingga berbuah, sesungguhnya baginya pada tiap-tiap yang dimakan dari buahnya merupakan sedekah disisi Allah ”

C.    Kerusakan Yang di Akibatkan oleh Tangan Manusia
Alam yang begitu indah dan begitu sempurna merupakan ciptaan Allah SWT, yang dikaruniakan kepada manusia akan tetapi manusia tidak menyukuru karunia Allah. Kerusakan yang di akibatkan oleh manusia salah satunya pemanasan global.
Pemanasan global atau Global Warming adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi. Akibat pemanasan global antara lain:
1.      Efek rumah kaca
Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini tiba permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, sulfur dioksida dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.
Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya.
Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan suhu rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dari suhunya semula, jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global.
2.      Efek umpan balik
Penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara sampai tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. (Walaupun umpan balik ini meningkatkan kandungan air absolut di udara, kelembaban relatif udara hampir konstan atau bahkan agak menurun karena udara menjadi menghangat). Umpan balik ini hanya berdampak secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer.
Efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat ini. Bila dilihat dari bawah, awan akan memantulkan kembali radiasi infra merah ke permukaan, sehingga akan meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut akan memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan. Apakah efek netto-nya menghasilkan pemanasan atau pendinginan tergantung pada beberapa detail-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut. Detail-detail ini sulit direpresentasikan dalam model iklim, antara lain karena awan sangat kecil bila dibandingkan dengan jarak antara batas-batas komputasional dalam model iklim (sekitar 125 hingga 500 km untuk model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat). Walaupun demikian, umpan balik awan berada pada peringkat dua bila dibandingkan dengan umpan balik uap air dan dianggap positif (menambah pemanasan) dalam semua model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat.
Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah beku (permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain itu, es yang meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan balik positif.
Dampak pemanasan global antara lain: iklim mulai tidak stabil, peningkatan permukaan laut, suhu global cenderung meningkat, gangguan ekolohis dan dampak sosial dan politik [4]
Selama era pra-industri, menurut perkiraan efek rumah kaca telah meningkatkan suhu bumi rata-rata sekitar 1-5o C. Perkembangan ekonomi dunia memperkirakan konsumsi global bahan bakar fosil akan terus meningkat. Hal ini menyebabkan emisi karbon dioksida antara 0,3-2% pertahun. [5]
Salah satu akibat dari pemanasan global yaitu hujan asam, Allah SWT berfirman tentang air yang diturunkan ke bumi sebagai berikut:
Artinya: “ Maka Terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya atau kamikah yang menurunkannya? Kalau kami kehendaki, niscaya kami jadikan dia asin, Maka mengapakah kamu tidak bersyukur?” (Q.S Al-Waqiah: 68-70)
Para ahli tafsir, seperti Ibnu Katsir, Al-Qurtubi dan Al-Thabrani menyepakati firman Allah yang berbunyi, “Kamukah yang menurunkannya atau kamikah yang menurunkannya?” bahwa kata nuzmun adalahbentuk kata jamak dari muznah yang bermakna awan. Ini merupakan pendapat Ibnu Abbas, Mujahid dan yang lainnya. Ibnu Abbas dan Al-Tsauri juga menafsirkan kata muznun dengan arti langit dan awan. Dalam kitab Al-Shihhah, Abu Zaid meriwayatkan dengan arti awan putih atau juga dengan air yang terasa sangat asin.
Karenanya, ada kata asin dalam ayat berikut: “Kalau kami kehendaki, niscaya kami jadikan dia asin, Maka mengapakah kamu tidak bersyukur?” Ibnu Abbas berpendapat bahwa air di sini sangat pahit rasanya, yang tidak dapat dimanfaatkan untuk minum, bertani dan lain sebagainya. Ibnu Hatim dan yang lainya meriwayatkan bahwa Rosulullah Saw selalu membaca do’a jika akan minum air. “segala puji bagi Allah yang telah memberi kita minum dengan air tawar segar, dengan rahmat-Nya tidak menjadikan air asin lagi pahit, sebab dari dosa-dosa kita”.[6]
Semua efek yang ditimbulkan itu bukan hanya memunculkan efek material, namun juga akan berdampak secara sosial. Betapa miripnya kondisi itu dengan apa yang disebutkan dalam berbagai nubuwat. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
“Kiamat tidak akan terjadi sehingga langit menurunkan hujan, tapi air hujan ini tidak bisa mendorong dibangunnya rumah-rumah tanah liat yang kuat dan tidak menyebabkan berhimpunnya penduduk perkampungan, namun hanya bisa men­dorong dibangunnya rumah-rumah dari bulu.[7]
Dan diriwayatkan dari Anas , dia berkata, “Rasulullah r bersabda:
“Tidak akan tiba hari kiamat hingga manusia dihujani dengan hujan secara merata, tetapi bumi tidak menumbuhkan sesuatu”.[8]
Hujan asam adalah hujan dengan Ph dibawah 5,6. hujan asam disebabkan oleh belerang serta nitrogen di udarayang bereaksi dengan oksigen membentuk sulfur dioksida dan nitrogen oksida. Zat-zat tersebut berdifusi ke atmosfer dan bereaksi dengan air untuk membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang mudah larut sehingga jatuh bersama air hujan.
Secara alami hujan asam dapat terjadi akibat semburan dari gunung berapi dan dari proses biologis di tanah, rawa, dan laut. Namun kebanyakan hujan asam disebabkan oleh manusia, misalnya aktivitas industri, pembangkit tenaga listrik, kendaraan bermotor dll. Gas-gas dari proses ini dapat terbawa angin hingga ratusan kilometer di atmosfer, kemudian berubah menjadi asam dan terdeposit ke tanah.[9]
Hujan asam sebenarnya dapat mencegah global warming, gas buang seperti SO2 penyebab hujan asam mampu memantulkan sinar matahari keluar atmosfer bumi sehingga dapat mencegah kenaikan temperatur bumi. Akan tetapi, efek samping dari hujan asam menghasilkan kerusakan lingkungan yang lebih parah dibandingkan global warming. Sebenarnya “hujan asam” merupakan istilah yang kurang tepat untuk menggambarkan jatuhnya asam-asam dari atmosfer ke permukaan bumi. Istilah yang lebih tepat seharusnya adalah deposisi asam, karena pengendapan asam dari atmosfir ke permukaan bumi tidak hanya melalui air hujan tetapi juga melalui kabut, embun, salju, aerosol bahkan pengendapan langsung. Istilah deposisi asam lebih bermakna luas dari hujan asam.
Deposisi asam ada dua jenis, yaitu deposisi kering dan deposisi basah. Deposisi kering ialah peristiwa terkenanya benda dan mahluk hidup oleh asam yang ada dalam udara. Ini dapat terjadi pada daerah perkotaan karena pencemaran udara akibat kendaraan maupun asap pabrik. Selain itu deposisi kering juga dapat terjadi di daerah perbukitan yang terkena angin yang membawa udara yang mengandung asam. Biasanya deposisi jenis ini terjadi dekat dari sumber pencemaran. Deposisi basah ialah turunnya asam dalam bentuk hujan. Hal ini terjadi apabila asap di dalam udara larut di dalam butir-butir air di awan. Jika turun hujan dari awan tadi, maka air hujan yang turun bersifat asam. Deposisi asam dapat pula terjadi karena hujan turun melalui udara yang mengandung asam sehingga asam itu terlarut ke dalam air hujan dan turun ke bumi. Asam itu tercuci atau wash out. Deposisi jenis ini dapat terjadi sangat jauh dari sumber pencemaran.[10]
Unsur-unsur zat yang membentuk hujan asam: Gas sulfur dioksida, nitrogen oksida, karbon dioksida dan klor.[11]
Reaksi pembentukan asam di atmosfer dari prekursor hujan asamnya melalui reaksi katalitis dan photokimia. Reaksi-reaksi yang terjadi cukup banyak dan kompleks, namun dapat dituliskan secara sederhana seperti dibawah ini:
Pembentukan Asam Sulfat (H2SO4). Gas SO2, bersama dengan radikal hidroksil dan oksigen melalui reaksi photokatalitik di atmosfer, akan membentuk asamnya.
SO2 + OH → HSO3
HSO3 + O2 → HO2 + SO3
SO3 + H2O → H2SO4
Selanjutnya apabila di udara terdapat Nitrogen monoksida (NO) maka radikal hidroperoksil (HO2) yang terjadi pada salah satu reaksi di atas akan bereaksi kembali seperti:
NO + HO2 → NO2 + OH
Pada reaksi ini radikal hidroksil akan terbentuk kembali, jadi selama ada NO diudara, maka reaksi radikal hidroksil akan terbantuk kembali, jadi semakin banyak SO2, maka akan semakin banyak pula asam sulfat yang terbentuk.
Pembentukan Asam Nitrat (HNO3). Pada siang hari, terjadi reaksi photokatalitik antara gas Nitrogen dioksida dengan radikal hidroksil.
NO2 + OH → HNO3
Sedangkan pada malam hari terjadi reaksi antara Nitrogen dioksida dengan ozon
NO2 + O3 → NO3 + O2
NO2 + NO3 → N2O5
N2O5 + H2O → HNO3
Didaerah peternakan dan pertanian akan concong menghasilkan asam pada tanahnya mengingat kotoran hewan banyak mengandung NH3 dan tanah pertanian mengandung urea. Amoniak di tanah semula akan menetralkan asam, namun garam-garam ammonia yang terbentuk akan teroksidasi menjadi asam nitrat dan asam sulfat. Disisi lain amoniak yang menguap ke udara dengan uap air akan membentuk ammonia hingga memungkinkan penetralan asam yang ada di udara.
Pembentukan Asam Chlorida (HCl). Asam klorida biasanya terbentuk di lapisan stratosfer, dimana reaksinya melibatkan Chloroflorocarbon (CFC) dan radikal oksigen O*
CFC + hv(UV) → Cl* + produk
CFC + O* → ClO + produk
O* + ClO → Cl* + O2
Cl + CH4 → HCl + CH3
Reaksi di atas merupakan bagian dari rangkaian reaksi yang menyebabkan deplesi lapisan ozon di stratosfer. Perbandingan ketiga asam tersebut dalam hujan asam biasanya berkisar antara 62 persen oleh Asam Sulfat, 32 persen Asam Nitrat dan 6 persen Asam Chlorida.
Pulau Jawa memiliki tingkat emisi penyebab hujan asam tertinggi di Indonesia, terutama disebabkan oleh sebagian besar kegiatan perekonomian yang terpusat di pulau ini. Pada tahun 1989, tingkat precursor SOx di Indonesia mencapat 157.000 ton per tahun, sedangkan NOx mencapai 175.000 ton per tahun. Kota Surabaya pada tahun 2000 tercatat mengemisikan 0,26 ton SO2 dan 66,4 ton NOx ke udara dari berbagai sumber pencemar.
Pengaruh hujan asam bagi bumi dan manusia antara lain:[12]
1.      Bagi tumbuhan menyebabkan daun-daun berguguran dan terjadinya ketidak seimbangan dalam ukuran pertumbuhan. Setelah hujan asam di serap oleh akar, kerugian panen dan kematian hutan tidak dapat terhindarkan
2.      Bagi binatang menyebabkan binatang berkulit lunak dan ikan-ikan kecil disungai mati.
3.      Bagi lingkungan menyebabkan sistem lingkungan tidak akan berjalan baik jika terjadi ketidak seimbangan pada unsur-unsur lingkungan, pencemaran, perusakn dan gangguan terhadap unsur kimiawinya.         
4.      Bagi manusia menyebabkan penyubatan saluran pernafasan dan penyumbatan selaput lendir, batuk, dan merusak rangkaian organ tubuh manusia.

IV.            KESIMPULAN
Melestarikan alam berarti membuat tetap tidak berubah alam (lingkungan). Pelestarian alam dan lingkungan hidup ini tak terlepas dari peran manusia, sebagai khalifah di muka bumi, sebagaimana yang disebut dalam QS Al-Baqarah: 30. Penjabaran lanjut tentang peran manusia sebagai khalifah di bumi yang mewajibkan manusia untuk melestarikan lingkungan hidup yaitu adanya rujukan dari dalil ini adalah surat Al A’raaf ayat 56.
Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian alam diantaranya: membuang sampah pada tempatnya, reboisasi, penggunaan bahan bakar yang ramah lingkungan, pemanfaatan limbah yang optima, penggunaan sumber alam sesuai kebutuhan, menimalisir penggunaan gas CFC, penggunaan air sesuai kebutuhan , pengolahan lahan yang optimal, dll.
Kerusakan yang di akibatkan oleh manusia salah satunya pemanasan global. Pemanasan global atau Global Warming adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi. Akibat pemanasan global antara lain: Efek rumah kaca dan efek umpan balik.
Salah satu akibat dari pemanasan global yaitu hujan asam, Allah SWT berfirman tentang air yang diturunkan ke bumi dalam Q.S Al-Waqiah: 68-70. Hujan asam adalah hujan dengan Ph dibawah 5,6. hujan asam disebabkan oleh belerang serta nitrogen di udarayang bereaksi dengan oksigen membentuk sulfur dioksida dan nitrogen oksida. Unsur-unsur zat yang membentuk hujan asam: Gas sulfur dioksida, nitrogen oksida, karbon dioksida dan klor.
Reaksi pembentukan asam di atmosfer dari prekursor hujan asamnya melalui reaksi katalitis dan photokimia. Reaksi-reaksi yang terjadi cukup banyak dan kompleks, namun dapat dituliskan secara sederhana meliputi: pembentukan Asam Sulfat (H2SO4), pembentukan Asam Nitrat (HNO3), pembentukan Asam Chlorida (HCl). Hujan asam sangat berpengaruh pada perkembangan tumbuhan, binatang, lingkungan dan manusia.

V.            PENUTUP
          Demikian makalah ini kami buat. Kami menyadari makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat kami harapkan. Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Rukaesih, Kimia  Lingkungan. Jakarta: ANDI Yogyakarta, 2004
Thalbah, Hisham et.al, Eksiklopedia Mukjizat Al-Quran dan Hadits (Kemukjizatan Penciptaan Bumi), jilid 8, Jakarta: PT Sapta Sentosa, 2010
http://en. wikipedia.org/wiki/Pemanasan_global.htm. Diakses padal 11 desember 2011
http://fithab.multiply.com/journal/item/222?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem. Diakses pada 10 desember 2011
HR. Ahmad. Ahmad Syakir menshahihkan isnadnya.
Murrell, Ensiklopedia Sains dan Teknologi, Jakarta: PT Ikrar  Mandiriabadi, 2006.
Musnad Ahmad (III/140, Muntakhab Kanz)


[1] Rukaesih Ahmad, Kimia  Lingkungan. (Jakarta: ANDI Yogyakarta, 2004),  hlm. 1
[3]http://fithab.multiply.com/journal/item/222?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
[4] http://en. wikipedia.org/wiki/Pemanasan_global.htm
[5]Rukaesih Ahmad, Kimia, Hal. 3
[6] Murrell, Ensiklopedia Sains dan Teknologi, (Jakarta: PT Ikrar  Mandiriabadi, 2006), hlm. 97-98
[7] HR. Ahmad. Ahmad Syakir menshahihkan isnadnya.
[8] Musnad Ahmad (III/140, Muntakhab Kanz)
[9] Murrell, Ensiklopedia, hlm.40
[10] http://en. wikipedia.org/wiki/Pemanasan_global.htm
[11] Hisham Thalbah et.al, Eksiklopedia Mukjizat Al-Quran dan Hadits (Kemukjizatan Penciptaan Bumi), jilid 8, (Jakarta: PT Sapta Sentosa, 2010), Hlm. 100
[12] Hisham Thalbah et.al, Eksiklopedia, Hlm.102

0 komentar:

Posting Komentar