I.
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari sering ditemukan berbagai masalah,
mulai dari masalah sosial dan ekonomi seperti: masalah dalam keluarga,
lingkungan tetangga atau masyarakat, masalah pengangguran, kemiskinan,
kesehatan dan sebagainya. Selain itu juga ada masalah yang bersifat fisik yang
merupakan lingkungan hidup manusia. Masalah-masalah yang berhubungan dengan
lingkungan fisik saat ini antara lain adalah pencemaran lingkungan dengan
segala dampak yang ditimbulkannya.
Pada saat ini pencemaran berlangsung di mana-mana dengan laju
begitu cepat yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Kecenderungan pencemaran
akhir-akhir ini mengarah kepada dua hal yaitu: (1) Ke arah pembuangan
senyawa-senyawa kimia tertentu yang semakin meningkat, terutam pembakarn minyak
bumi secara nyata saat ini sudah merubah sistem alami global. (2) Ke arah
meningkatnya penggunaan bahan berbahaya dan beracun (B3) oleh berbagai kegiatan
industri dengan pembuangan limbahnya ke lingkungan, akibatnya timbul
masalah-masalah yang bersifat global antar lain: pemanasan global, hujan asam (acid
rain), menipisnya lapisan ozon dan sebagainya. [1]
II.
RUMUSAN
MASALAH
A.
Kelestarian
Alam
B.
Upaya
yang Dilakukan untuk Menjaga Kelestarian Alam
C.
Kerusakan
yang di Akibatkan oleh Tangan Manusia
III.
PEMBAHASAN
A.
Kelestarian Alam
Menurut kamus
besar bahasa indonesia, kata “lestari” artinya
tetap selama-lamanya, kekal, tidak berubah sebagai sedikala. Melestarikan berarti menjadikan (membiarkan) tetap tidak berubah
dan serasi: cocok, sesuai. “Melestarikan
alam” berarti membuat tetap tidak berubah alam (lingkungan)[2].
Islam adalah Diin yang Syaamil (Integral), Kaamil
(Sempurna) dan Mutakaamil (Menyempurnakan semua sistem yang lain),
karena ia adalah sistem hidup yang diturunkan oleh Yang Maha Mengetahui dan
Maha Bijaksana. Oleh karena itu, aturan Islam haruslah mencakup semua sisi yang
dibutuhkan oleh manusia dalam kehidupannya. Demikian tinggi, indah dan
terperinci aturan Sang Maha Rahman dan Rahim ini, sehingga bukan hanya mencakup
aturan bagi sesama manusia saja, melainkan juga terhadap alam dan lingkungan
hidupnya.
Pelestarian alam dan lingkungan hidup ini tak terlepas dari peran
manusia, sebagai khalifah di muka bumi, sebagaimana yang disebut dalam QS
Al-Baqarah: 30
Artinya :(“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para
malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi.”. Mereka berkata
“Mengapa engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau? Tuhan berfirman “Sesungguhnya Aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”) (QS
Al-Baqarah: 30).
Arti khalifah di sini adalah: “Seseorang yang diberi kedudukan oleh
Allah untuk mengelola suatu wilayah, ia berkewajiban untuk menciptakan suatu
masyarakat yang mempunyai hubungan baik dengan Allah, memiliki kehidupan yang
harmonis dengan masyarakat. Serta agama, akal dan budayanya terpelihara”.
Perlu dijelaskan bahwa menjadi khalifah di muka bumi itu bukan
sesuatu yang otomatis didapat ketika manusia lahir ke bumi. Manusia harus
membuktikan dulu kapasitasnya sebelum dianggap layak untuk menjadi khalifah[3]. Penjabaran
lanjut tentang peran manusia sebagai khalifah di bumi yang mewajibkan manusia
untuk melestarikan lingkungan hidup yaitu adanya rujukan dari dalil ini adalah
surat Al A’raaf ayat 56 sebagai berikut:
Artinya: “Dan
janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya
dan berdoalah kepadaNya dengan rasa takut dan harapan. Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada
orang-orang yang berbuat baik” (QS. Ala’raf [7]:56).
Selanjutnya, setelah manusia diperintahkan untuk tidak merusak alam
semesta, Allah memerintahakan manusia memelihara alam semesta dalam hadits
shahih yang mempunyai arti sebagai berikut:
”Imam Al-Bukhori, Muslim, Ahmad meriwayatkan dari Abdurrohman bin
Mubarok dari Ibnu Abbas dari Qatadah dari Annas r.a. Rasulullah bersabda: “seorang muslim yang menanam pohon atau tanaman kemudian
dimanfaatakan oleh burung atau manusia atau hewan sebagai makanan niscaya dia
akan mendapatkan pahala sedekah darinya.
Dari hadits di atas dapat diambil kesimpulan bahwa manusia
selayaknya melestarikan alam semesta dengan berbagai cara yang dapat dilakukan
selagi dapat bermanfaat bagi makhluk ciptaan Allah yang lain. Dan kemanfaatan
yang didapat oleh makhluk lain tersebut akan menjadi pahala baginya di sisi
Allah.
B.
Upaya
Yang Dilakukan Untuk Menjaga Kelestarian Alam
Di era serba canggih ini, semakin meningkatnya ilmu pengetahuan,
berakibat semakin menurunnya kesadaran manusia akan pentingnya kelestarian
alam. Hal ini terbukti dengan semakin marak isu pemanasan global yang semakin
marak. Berikut ini upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian
alam diantaranya:
a.
Membuang
sampah pada tempatnya
b.
Reboisasi
c.
Penggunaan
bahan bakar yang ramah lingkungan
d.
Pemanfaatan
limbah yang optimal
e.
Penggunaan
sumber alam sesuai kebutuhan
f.
Menimalisir
penggunaan gas CFC
g.
Penggunaan
air sesuai kebutuhan
h.
Pengolahan
lahan yang optimal, dll.
Dari sekian hal-hal yang dapat dilakukan untuk menjaga kelesratian
alam, yang akan dibahas lebih lanjut pada perkuliahan ini yaitu mengenai
reboisasi.
Reboisasi secara umum dapat diartikan sebagai penanaman kembali
tumbuh-tumbuhan hijau, hal ini dilakukan agar air hujan dapat terserap oleh
akar tumbuhan dan tumbuhan tersebut dapat menyerap gas CO2 untuk proses
fotosintesis. Jika banyak tumbuhan hijau yang tumbuh, maka akan meminimalisir
timbulnya global warming (pemanasan global). Reboisasi ini dijelaskan dalam
hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bahwa Rasulullah saw bersabda yang
artinya
“siapa menanam sebuah pohon kemudian dengan akan memeliharanya dan
mengurusinya hingga berbuah, sesungguhnya baginya pada tiap-tiap yang dimakan
dari buahnya merupakan sedekah disisi Allah ”
C.
Kerusakan
Yang di Akibatkan oleh Tangan Manusia
Alam yang begitu indah dan begitu sempurna merupakan ciptaan Allah
SWT, yang dikaruniakan kepada manusia akan tetapi manusia tidak menyukuru
karunia Allah. Kerusakan yang di akibatkan oleh manusia salah satunya pemanasan
global.
Pemanasan global atau Global Warming adalah
suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi. Akibat pemanasan global antara lain:
1. Efek rumah kaca
Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut berbentuk radiasi
gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini tiba permukaan Bumi, ia
berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan
menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas
ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun
sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah
kaca antara lain uap air, karbon dioksida, sulfur dioksida dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan
memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas
tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus
sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.
Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi
gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya.
Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di
bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan suhu
rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas
33 °C (59 °F) dari suhunya semula, jika tidak ada efek rumah kaca
suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi.
Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer,
akan mengakibatkan pemanasan global.
2. Efek umpan balik
Penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik
yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2,
pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke
atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus
berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara sampai tercapainya suatu
kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih
besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. (Walaupun umpan
balik ini meningkatkan kandungan air absolut di udara, kelembaban
relatif udara hampir konstan atau bahkan agak menurun karena udara menjadi
menghangat). Umpan balik ini hanya berdampak secara perlahan-lahan karena CO2
memiliki usia yang panjang di atmosfer.
Efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat ini. Bila dilihat dari bawah, awan
akan memantulkan kembali radiasi infra merah ke permukaan, sehingga akan
meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut
akan memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga
meningkatkan efek pendinginan. Apakah efek netto-nya menghasilkan pemanasan
atau pendinginan tergantung pada beberapa detail-detail tertentu seperti tipe
dan ketinggian awan tersebut. Detail-detail ini sulit direpresentasikan dalam
model iklim, antara lain karena awan sangat kecil bila dibandingkan dengan
jarak antara batas-batas komputasional dalam model iklim (sekitar 125 hingga
500 km untuk model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat).
Walaupun demikian, umpan balik awan berada pada peringkat dua bila dibandingkan
dengan umpan balik uap air dan dianggap positif (menambah pemanasan) dalam
semua model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat.
Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4
dari melunaknya tanah beku (permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap
pemanasan. Selain itu, es yang meleleh juga akan melepas CH4 yang
juga menimbulkan umpan balik positif.
Dampak pemanasan global antara lain: iklim
mulai tidak stabil, peningkatan permukaan laut, suhu global cenderung meningkat,
gangguan ekolohis dan dampak sosial dan politik [4]
Selama era pra-industri, menurut perkiraan
efek rumah kaca telah meningkatkan suhu bumi rata-rata sekitar 1-5o
C. Perkembangan ekonomi dunia memperkirakan konsumsi global bahan bakar fosil
akan terus meningkat. Hal ini menyebabkan emisi karbon dioksida antara 0,3-2% pertahun.
[5]
Salah satu akibat dari pemanasan global
yaitu hujan asam, Allah SWT berfirman tentang air yang diturunkan ke bumi
sebagai berikut:
Artinya: “ Maka Terangkanlah kepadaku
tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya atau kamikah yang
menurunkannya? Kalau kami kehendaki, niscaya kami jadikan dia asin, Maka
mengapakah kamu tidak bersyukur?” (Q.S Al-Waqiah: 68-70)
Para ahli tafsir, seperti Ibnu Katsir, Al-Qurtubi dan Al-Thabrani
menyepakati firman Allah yang berbunyi, “Kamukah yang menurunkannya atau
kamikah yang menurunkannya?” bahwa kata nuzmun adalahbentuk kata
jamak dari muznah yang bermakna awan. Ini merupakan pendapat Ibnu Abbas,
Mujahid dan yang lainnya. Ibnu Abbas dan Al-Tsauri juga menafsirkan kata muznun
dengan arti langit dan awan. Dalam kitab Al-Shihhah, Abu Zaid meriwayatkan
dengan arti awan putih atau juga dengan air yang terasa sangat asin.
Karenanya, ada kata asin dalam ayat berikut: “Kalau kami kehendaki,
niscaya kami jadikan dia asin, Maka mengapakah kamu tidak bersyukur?” Ibnu
Abbas berpendapat bahwa air di sini sangat pahit rasanya, yang tidak dapat
dimanfaatkan untuk minum, bertani dan lain sebagainya. Ibnu Hatim dan yang
lainya meriwayatkan bahwa Rosulullah Saw selalu membaca do’a jika akan minum
air. “segala puji bagi Allah yang telah memberi kita minum dengan air tawar
segar, dengan rahmat-Nya tidak menjadikan air asin lagi pahit, sebab dari
dosa-dosa kita”.[6]
Semua efek yang ditimbulkan itu bukan hanya
memunculkan efek material, namun juga akan berdampak secara sosial. Betapa miripnya
kondisi itu dengan apa yang disebutkan dalam berbagai nubuwat. Rasulullah
Shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
“Kiamat tidak akan
terjadi sehingga langit menurunkan hujan, tapi air hujan ini tidak bisa
mendorong dibangunnya rumah-rumah tanah liat yang kuat dan tidak menyebabkan
berhimpunnya penduduk perkampungan, namun hanya bisa mendorong dibangunnya
rumah-rumah dari bulu.[7]
Dan diriwayatkan dari Anas , dia berkata, “Rasulullah r bersabda:
“Tidak akan tiba hari kiamat hingga manusia
dihujani dengan hujan secara merata, tetapi bumi tidak menumbuhkan sesuatu”.[8]
Hujan asam adalah hujan dengan Ph dibawah
5,6. hujan asam disebabkan oleh belerang serta nitrogen di udarayang bereaksi
dengan oksigen membentuk sulfur dioksida dan nitrogen oksida. Zat-zat tersebut
berdifusi ke atmosfer dan bereaksi dengan air untuk membentuk asam sulfat dan
asam nitrat yang mudah larut sehingga jatuh bersama air hujan.
Secara alami hujan asam dapat terjadi
akibat semburan dari gunung berapi dan dari proses biologis di tanah, rawa, dan
laut. Namun kebanyakan hujan asam disebabkan oleh manusia, misalnya aktivitas
industri, pembangkit tenaga listrik, kendaraan bermotor dll. Gas-gas dari
proses ini dapat terbawa angin hingga ratusan kilometer di atmosfer, kemudian
berubah menjadi asam dan terdeposit ke tanah.[9]
Hujan asam sebenarnya dapat mencegah global warming, gas
buang seperti SO2 penyebab hujan asam mampu memantulkan sinar
matahari keluar atmosfer bumi sehingga dapat mencegah kenaikan temperatur bumi.
Akan tetapi, efek samping dari hujan asam menghasilkan kerusakan lingkungan
yang lebih parah dibandingkan global warming. Sebenarnya “hujan asam”
merupakan istilah yang kurang tepat untuk menggambarkan jatuhnya asam-asam dari
atmosfer ke permukaan bumi. Istilah yang lebih tepat seharusnya adalah deposisi
asam, karena pengendapan asam dari atmosfir ke permukaan bumi tidak hanya melalui
air hujan tetapi juga melalui kabut, embun, salju, aerosol bahkan pengendapan
langsung. Istilah deposisi asam lebih bermakna luas dari hujan asam.
Deposisi asam ada dua jenis, yaitu deposisi kering dan deposisi
basah. Deposisi kering ialah peristiwa terkenanya benda dan mahluk hidup
oleh asam yang ada dalam udara. Ini dapat terjadi pada daerah perkotaan karena
pencemaran udara akibat kendaraan maupun asap pabrik. Selain itu deposisi
kering juga dapat terjadi di daerah perbukitan yang terkena angin yang membawa
udara yang mengandung asam. Biasanya deposisi jenis ini terjadi dekat dari
sumber pencemaran. Deposisi basah ialah turunnya asam dalam bentuk
hujan. Hal ini terjadi apabila asap di dalam udara larut di dalam butir-butir
air di awan. Jika turun hujan dari awan tadi, maka air hujan yang turun
bersifat asam. Deposisi asam dapat pula terjadi karena hujan turun melalui
udara yang mengandung asam sehingga asam itu terlarut ke dalam air hujan dan
turun ke bumi. Asam itu tercuci atau wash out. Deposisi jenis ini dapat
terjadi sangat jauh dari sumber pencemaran.[10]
Unsur-unsur zat yang membentuk hujan asam: Gas sulfur dioksida,
nitrogen oksida, karbon dioksida dan klor.[11]
Reaksi pembentukan asam di atmosfer dari prekursor hujan asamnya
melalui reaksi katalitis dan photokimia. Reaksi-reaksi yang terjadi cukup
banyak dan kompleks, namun dapat dituliskan secara sederhana seperti dibawah
ini:
Pembentukan Asam Sulfat (H2SO4). Gas SO2, bersama dengan radikal hidroksil dan oksigen
melalui reaksi photokatalitik di atmosfer, akan membentuk asamnya.
SO2
+ OH → HSO3
HSO3 + O2 → HO2 + SO3
SO3 + H2O → H2SO4
HSO3 + O2 → HO2 + SO3
SO3 + H2O → H2SO4
Selanjutnya apabila di udara terdapat Nitrogen monoksida (NO) maka
radikal hidroperoksil (HO2) yang terjadi pada salah satu reaksi di
atas akan bereaksi kembali seperti:
NO +
HO2 → NO2 + OH
Pada reaksi ini radikal hidroksil akan terbentuk kembali, jadi
selama ada NO diudara, maka reaksi radikal hidroksil akan terbantuk kembali,
jadi semakin banyak SO2, maka akan semakin banyak pula asam sulfat
yang terbentuk.
Pembentukan Asam Nitrat (HNO3). Pada siang hari, terjadi reaksi photokatalitik antara gas Nitrogen
dioksida dengan radikal hidroksil.
NO2
+ OH → HNO3
Sedangkan pada malam hari terjadi reaksi antara Nitrogen dioksida
dengan ozon
NO2 + O3 → NO3 + O2
NO2 + NO3 → N2O5
N2O5 + H2O → HNO3
NO2 + NO3 → N2O5
N2O5 + H2O → HNO3
Didaerah peternakan dan pertanian akan concong menghasilkan asam
pada tanahnya mengingat kotoran hewan banyak mengandung NH3 dan
tanah pertanian mengandung urea. Amoniak di tanah semula akan menetralkan asam,
namun garam-garam ammonia yang terbentuk akan teroksidasi menjadi asam nitrat
dan asam sulfat. Disisi lain amoniak yang menguap ke udara dengan uap air akan
membentuk ammonia hingga memungkinkan penetralan asam yang ada di udara.
Pembentukan Asam Chlorida (HCl). Asam klorida biasanya terbentuk di lapisan stratosfer, dimana
reaksinya melibatkan Chloroflorocarbon (CFC) dan radikal oksigen O*
CFC
+ hv(UV) → Cl* + produk
CFC + O* → ClO + produk
O* + ClO → Cl* + O2
Cl + CH4 → HCl + CH3
CFC + O* → ClO + produk
O* + ClO → Cl* + O2
Cl + CH4 → HCl + CH3
Reaksi di atas merupakan bagian dari rangkaian reaksi yang
menyebabkan deplesi lapisan ozon di stratosfer. Perbandingan ketiga asam
tersebut dalam hujan asam biasanya berkisar antara 62 persen oleh Asam Sulfat,
32 persen Asam Nitrat dan 6 persen Asam Chlorida.
Pulau Jawa memiliki tingkat emisi penyebab hujan asam tertinggi di
Indonesia, terutama disebabkan oleh sebagian besar kegiatan perekonomian yang
terpusat di pulau ini. Pada tahun 1989, tingkat precursor SOx di Indonesia
mencapat 157.000 ton per tahun, sedangkan NOx mencapai 175.000 ton per tahun.
Kota Surabaya pada tahun 2000 tercatat mengemisikan 0,26 ton SO2 dan 66,4 ton
NOx ke udara dari berbagai sumber pencemar.
Pengaruh hujan asam bagi bumi dan manusia antara lain:[12]
1.
Bagi
tumbuhan menyebabkan daun-daun berguguran dan terjadinya ketidak seimbangan
dalam ukuran pertumbuhan. Setelah hujan asam di serap oleh akar, kerugian panen
dan kematian hutan tidak dapat terhindarkan
2.
Bagi
binatang menyebabkan binatang berkulit lunak dan ikan-ikan kecil disungai mati.
3.
Bagi
lingkungan menyebabkan sistem lingkungan tidak akan berjalan baik jika terjadi
ketidak seimbangan pada unsur-unsur lingkungan, pencemaran, perusakn dan
gangguan terhadap unsur kimiawinya.
4.
Bagi
manusia menyebabkan penyubatan saluran pernafasan dan penyumbatan selaput
lendir, batuk, dan merusak rangkaian organ tubuh manusia.
IV.
KESIMPULAN
Melestarikan
alam” berarti membuat tetap tidak berubah alam (lingkungan). Pelestarian alam dan lingkungan hidup ini tak terlepas dari peran
manusia, sebagai khalifah di muka bumi, sebagaimana yang disebut dalam QS
Al-Baqarah: 30. Penjabaran lanjut tentang peran manusia sebagai khalifah di
bumi yang mewajibkan manusia untuk melestarikan lingkungan hidup yaitu adanya
rujukan dari dalil ini adalah surat Al A’raaf ayat 56.
Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian alam
diantaranya: membuang sampah pada tempatnya, reboisasi, penggunaan bahan bakar
yang ramah lingkungan, pemanfaatan limbah yang optima, penggunaan sumber alam
sesuai kebutuhan, menimalisir penggunaan gas CFC, penggunaan air sesuai
kebutuhan , pengolahan lahan yang optimal, dll.
Kerusakan yang di akibatkan oleh manusia salah satunya pemanasan
global. Pemanasan global atau Global Warming adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi. Akibat pemanasan global antara lain: Efek rumah kaca dan efek umpan balik.
Salah satu akibat dari pemanasan global
yaitu hujan asam, Allah SWT berfirman tentang air yang diturunkan ke bumi dalam
Q.S Al-Waqiah: 68-70. Hujan asam adalah hujan dengan Ph dibawah
5,6. hujan asam disebabkan oleh belerang serta nitrogen di udarayang bereaksi
dengan oksigen membentuk sulfur dioksida dan nitrogen oksida. Unsur-unsur zat yang membentuk hujan asam: Gas sulfur dioksida,
nitrogen oksida, karbon dioksida dan klor.
Reaksi pembentukan asam di atmosfer dari prekursor hujan asamnya
melalui reaksi katalitis dan photokimia. Reaksi-reaksi yang terjadi cukup
banyak dan kompleks, namun dapat dituliskan secara sederhana meliputi:
pembentukan Asam Sulfat (H2SO4), pembentukan Asam Nitrat
(HNO3), pembentukan Asam Chlorida (HCl). Hujan asam sangat
berpengaruh pada perkembangan tumbuhan, binatang, lingkungan dan manusia.
V.
PENUTUP
Demikian makalah ini kami buat. Kami menyadari makalah
ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sangat kami harapkan. Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua. Amin.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmad,
Rukaesih, Kimia Lingkungan. Jakarta:
ANDI Yogyakarta, 2004
Thalbah,
Hisham et.al, Eksiklopedia Mukjizat Al-Quran dan Hadits (Kemukjizatan
Penciptaan Bumi), jilid 8, Jakarta: PT Sapta Sentosa, 2010
http://agustinarahmayani.wordpress.com/2008/04/17/pemanfaatan-dan-pelestarian-lingkungan-hidup/. Diakses pada 10 desember 2011
http://en.
wikipedia.org/wiki/Pemanasan_global.htm. Diakses padal 11 desember 2011
http://fithab.multiply.com/journal/item/222?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem.
Diakses pada 10 desember 2011
HR. Ahmad. Ahmad Syakir
menshahihkan isnadnya.
Murrell, Ensiklopedia
Sains dan Teknologi, Jakarta: PT Ikrar
Mandiriabadi, 2006.
Musnad Ahmad (III/140,
Muntakhab Kanz)
[1] Rukaesih
Ahmad, Kimia Lingkungan. (Jakarta: ANDI
Yogyakarta, 2004), hlm. 1
[3]http://fithab.multiply.com/journal/item/222?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
[4] http://en. wikipedia.org/wiki/Pemanasan_global.htm
[5]Rukaesih Ahmad,
Kimia, Hal. 3
[9] Murrell,
Ensiklopedia, hlm.40
[10] http://en. wikipedia.org/wiki/Pemanasan_global.htm
[11] Hisham Thalbah
et.al, Eksiklopedia Mukjizat Al-Quran dan Hadits (Kemukjizatan Penciptaan
Bumi), jilid 8, (Jakarta: PT Sapta Sentosa, 2010), Hlm. 100
[12] Hisham Thalbah
et.al, Eksiklopedia, Hlm.102
0 komentar:
Posting Komentar