Sabtu, 28 Mei 2011

Perkembangan dan Sumber Teori SuperVisi

I.PENDAHULUAN
Supervisi merupakan suatu pembinaan kepada para guru dan pengawas secara langsung dan efektif. Dalam pelaksanaannya seorang guru dibantu oleh seorang kepala sekolah dan diarahkan oleh supervisor agar guru itu bisa lebih baik dalam proses belajar mengajarnya.
Seorang superviser memberikan petunjuk-petunjuk dan nasehat-nasehat kepada guru-guru, untuk mendorong dan membimbing mereka kepada pemecahan masalah-masalah. Dalam hal ini hubungan antara superviser dan guru-guru bersifat ramah dan konstruktif, didasarkan atas kepentingan bersama dalam segala aspek dari program pengajaran dan pembelajaran yang tanggung jawabnya dipegang bersama, tentang pelaksanaannya juga bersama.
Dari uraian di atas, pemakalah akan menjelaskan lebih lanjut tentang perkembangan supervisi.

II.RUMUSAN MASALAH
Dalam makalah ini kami dapat mengambil beberapa pokok permasalahan yang perlu dibahas, yaitu:
A.Bagaimana supervisi masa awal?
B.Bagaimana supervisi ilmiah?
C.Bagaimana supervisi manusiawi?
D.Bagaimana supervisi masa sekarang?

III.PEMBAHASAN
A.Supervisi Masa Awal
Supervisi adalah istilah yang dapat dikatakan baru dikenal di dunia pendidikan di Indonesia. Istilah ini muncul diperkirakan pada awal tahun 60-an. Diperkenalkannya istilah supervisi seiring dengan diberikannya mata kuliah administrasi pendidikan di beberapa IKIP di Indonesia, yang kemudian disusul pula dengan dijadikannya administrasi pendidikan sebagai mata pelajaran dan bahan ujian pada SGA/SPG pada tahun ajaran 1965-1966, jadi tidaklah mengherankan kalau ada dari kalangan pendidik sendiri masih ada asing dengan istilah ini, terutama bagi mereka yang menamatkan pendidikan guru, baik di tingkat menengah keguruan maupun pendidikan tinggi pada sebelum tahun 70-an.
Dahulu, istilah yang digunakan untuk kegiatan serupa ini adalah inspeksi. Pengertian yang terkandung dalam kedua istilah inspeksi dan supervisi tidaklah sama. Secara historis di Indonesia lebih dikenal istilah inspeksi. Orang yang melakukan pekerjaan inspeksi disebut inspektur, tugasnya ialah mengadakan pengawasan terhadap penyelenggaraan sekolah-sekolah.
Supervisi masa awal tidak lain refleksi dari kondisi masyarakat pada saat itu. Pada saat kekuasaan yang otoriter dan feudal, akan berpengaruh pada sikap pemimpin yang otokrat dan korektif, pemimpin cenderung untuk mencari – cari kesalahan. Perilaku supervisi ialah mengadakan inspeksi untuk mencari kesalahan dan menemukan kesalahan. Kadang – kadang bersifat memata – matai. Perilaku seperti ini disebut Snoopervision (memata – matai).
Pekerjaan supervisor yang bermaksud hanya untuk mencari kesalahan adalah suatu permulaan yang tidak berhasil. Mencari – cari kesalahan dalam membimbing sangat bertentangan dengan prinsip dan tujuan supervisi pendidikan. Akibatnya guru – guru merasa tidak puas, dan ada dua sikap yang tampak dalam kinerja guru :
- Acuh tak acuh ( masa bodoh )
- Menantang ( agresif )
Pada abad ke-18, supervisi dilakukan oleh panitia kantor atau panitia sekolah atau anggota pendidikan. Mereka ini diangkat karena kemahirannya akan metode-metode mengajar. Pada waktu-waktu tertentu mereka datang berkunjung ke sekolah untuk melihat guru-guru mengajar. Mereka melakukan inspeksi ke sekolah-sekolah, karena itu muncul istilah inspektur bagi mereka. Tugas inspeksi ialah mengamati apakah guru mempraktekkan metode-metode yang telah diperintahkan. Tugas mereka adalah untuk mengetahui sampai di mana kepandaian guru-guru itu mengajar, bukan memperbaiki kekeliruan-kekeliruan yang dibuat oleh guru. Di sini supervisor hanya bertugas mengkritik dan menegur saja, tidak menunjukkan bagaimana cara memperbaiki diri.
Pada abad ke-19, supervisor adalah para pegawai kantor pengawas pendidikan, yang di Indonesia dapat disamakan dengan kantor perwakilan departemen pendidikan dan kebudayaan, baik di tingkat propinsi, kabupaten, maupun kecamatan. Pada abad ini, tugas supervisor tidak hanya mengontrol saja tapi sekarang memperhatikan individualitas guru, memperbaiki proses pendidikan, menunjukkan kepada guru bagaimana mengajar dengan baik, membimbing guru serta memberikan kesempatan mengeluarkan pendapat dan berdiskusi.

B.Supervisi Ilmiah
John D. McNeil (1982), menyatakan bahwa terdapat tiga pandangan mengenai supervisi ilmiah sebagai berikut :
Pertama, supervisi ilmiah dipandang sebagai kegiatan supervisi yang dipengaruhi oleh berkembangnya manajemen ilmiah dalam dunia industri. Menurut pandangan ini, kekurangberhasilan guru dalam mengajar, harus dilihat dari segi kejelasan pengaturan serta pedoman- pedoman kerja yang disusun untuk guru. Oleh karena itu, melalui pendekatan ini, kegiatan mengajar harus dilandasi oleh penelitian, agar dapat dilakukan perbaikan secara tepat.
Kedua, supervisi ilmiah dipandang sebagai penerapan penelitian ilmiah dan metode pemecahan masalah secara ilmiah bagi penyelesaian permasalahan yang dihadapi guru di dalam mengajar. Supervisor dan guru bersama-sama mengadopsi kebiasaan eksperimen dan mencoba berbagai prosedur baru serta mengamati hasilnya dalam pembelajaran.
Ketiga, supervisi ilmiah dipandang sebagai democratic ideology. Maksudnya setiap penilaian atau judgment terhadap baik buruknya seorang guru dalam mengajar, harus didasarkan pada penelitian dan analisis statistik yang ditemukan dalam action research terhadap problem pembelajaran yang dihadapi oleh guru. Intinya supervisor dan guru harus mengumpulkan data yang cukup dan menarik kesimpulan mengenai problem pengajaran yang dihadapi guru atas dasar data yang dikumpulkan. Hal ini sebagai perwujudan terhadap ideologi demokrasi, di mana seorang guru sangat dihargai keberadaannya, serta supervisor menilai tidak atas dasar opini semata.
Pandangan tersebut tentunya sampai batas tertentu saat ini masih relevan untuk diterapkan. Pandangan bahwa guru harus memiliki pedoman yang baku dalam mengajar, perlu juga dipertimbangkan. Demikian pula pendapat bahwa guru harus dibiasakan melakukan penelitian untuk memecahkan problem mengajarnya secara ilmiah, dapat pula diadopsi. Pandangan terakhir tentunya harus menjadi landasan sikap supervisor, di mana ia harus mengacu pada data yang cukup untuk menilai dan membina guru.

C.Supervisi Manusiawi
Pada supervisi ini, supervisor tidak mau memandang guru sebagai komponen-komponen mesin sekolah yang dikendalikan oleh kepala sekolah dan supervisor sebagai operatornya. Kepala sekolah, supervisor dan guru sama-sama mempunyai kemauan untuk mereka sumbangkan kepada pengembangan sekolah. Tugas supervisor membimbing para guru dan para personalia. Supervisor juga mendorong mereka untuk berpartisipasi menentukan kebijakan sekolah dan memotivasi mereka untuk berinisiatif. Personalia sekolah disini meliputi para pegawai tata usaha, para siswa, dan orang-orang luar yang tertarik kepada penidikan.

D.Supervisi Masa Sekarang
Supervisi pada masa sekarang sering disebut supervisi modern. Supervisi ini mempunyai ciri-ciri dinamis dan demokratis yang merefleksikan vitalitas pemahaman dan kepemimpinan yang berbobot. Supervisi yang demokratis menghargai kepribadian guru-guru, guru sebagai individu yang memiliki kebebasan berfikir dan berinisiatif untuk mengembangkan kemampuannya untuk berpartisipasi dalam perbaikan pengajaran.
Karakteristik supervisi modern sebagai berikut:
Pertama, menciptakan dan mempertahankan antar hubungan yang memuaskan diantara semua anggota staf. Kondisi seperti ini merupakan dasar paling utama dalam melaksanakan supervisi. Dalam supevisi pendidikan hubungan supervisor dengan personalia sekolah terutama guru-guru juga merupakan modal bagi keberhasilan supervisi. Hubungan tersebut hendaklah bersifat terbuka, tidak ada yang dirahasiakan, mau dan berani menegur serta tidak tersinggung bila ditegur. Itulah yang disebut hubungan persahabatan.
Kedua, ialah demokratis, servis dan bantuan yang diberikan kepada guru berdasarkan hubungan yang akrab dan kehangatan sehingga guru-guru merasa aman untuk mengembangkan tugasnya. Demokratis mengandung makna menjunjung tinggi harga diri dan martabat guru, bukan berdasarkan atasan dan bawahan, tapi berdasarkan rasa kesejawatan.
Ketiga adalah komprehensif. Suatu supervisi yang berlangsung mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan sekolah menengah tingkat atas yang mencakup beberapa sekolah untuk wilayah tertentu. Bentuk dan isi supervisi untuk tingkat-tingkat sekolah itu tidak boleh berbeda-beda. Kesamaan tersebut adalah kesamaan metode belajar mengajarnya atau prinsip mengajarnya. Misalnya semua menggunakan prinsip CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), sehingga belajar siswa dari satu tingkat sekolah ke tingkat yang lain menjadi lancar sebab sudah biasa dengan CBSA. Begitu pula materi yang dipelajari secara prinsip harus sama, yaitu dapat menunjang pembentukan manusia seutuhnya, hanya tingkat kesukarannya yang berbeda.

IV. KESIMPULAN
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa istilah supervisi muncul diperkirakan pada awal tahun 60-an. Istilah yang digunakan untuk kegiatan serupa ini adalah inspeksi. Pada abad ke-18, supervisi dilakukan oleh panitia kantor atau panitia sekolah atau anggota pendidikan. Tugas mereka adalah untuk mengetahui sampai di mana kepandaian guru-guru itu mengajar, bukan memperbaiki kekeliruan-kekeliruan yang dibuat oleh guru. Pada abad ke-19, tugas supervisor tidak hanya mengontrol saja tapi sekarang memperhatikan individualitas guru, memperbaiki proses pendidikan, menunjukkan kepada guru bagaimana mengajar dengan baik, membimbing guru serta memberikan kesempatan mengeluarkan pendapat dan berdiskusi.
John D. McNeil (1982), menyatakan bahwa terdapat tiga pandangan mengenai supervisi ilmiah. Pandangan tersebut tentunya sampai batas tertentu saat ini masih relevan untuk diterapkan. Pada supervisi manusiawi, supervisor tidak mau memandang guru sebagai komponen-komponen mesin sekolah yang dikendalikan oleh kepala sekolah dan supervisor sebagai operatornya. Supervisi pada masa sekarang sering disebut supervisi modern. Supervisi ini mempunyai ciri-ciri dinamis dan demokratis yang merefleksikan vitalitas pemahaman dan kepemimpinan yang berbobot.

V. PENUTUP
Demikian pembahasan makalah yang kami susun, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca dan pemakalah sendiri. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dalam pembuatan makalah yang lebih baik selanjutnya.


















DAFTAR PUSTAKA

Ametembun, Supervisi Pendidikan, Bandung : Penerbit SURI, 1981
Arikunto, Suharsimi, Organisasi Dan Administrasi Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan. Jakarta: P2LPTK, 1988
Mufidah, Luk-Luk Nur, Supervisi Pendidikan, Yogyakarta : Teras, 2009
Pidarta, Made, Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara, 1992
Sahertian, Piet A., Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan, Jakarta : PT Rineka Cipta, 2000
Soetopo, Hendayat dan Wasty Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, Malang : Bina Aksara, 1984
Sutrisna, Oteng, Supervisi dan Administrasi Pendidikan, Bandung: Jemmars, 1979
http://denovoidea.wordpress.com/2009/02/23/supervisi-pengajaran-antara-konsep-dan-praktik/ didownload tgl 19 Maret 2011

0 komentar:

Posting Komentar