Minggu, 13 November 2011

InDustri PETROKIMIA



I.          ABSTRAK
Indonesia mempunyai sumber yang potensial untuk pengembangan industri petrokimia yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia seperti sandang, papan dan pangan. Produk-produk petrokimia merupakan produk strategis karena merupakan bahan baku bagi industri hilirnya (industri tekstil, plastik, karet sintetik,  kosmetik, pestisida, bahan pembersih, bahan farmasi, bahan peledak, bahan bakar, kulit imitasi, dll).
Agar industri petrokimia tumbuh menjadi industri yang kompetitif dalam persaingan internasional dengan mendapat pasokan yang stabil dan kompetitif, maka diperlukan kerjasama semua pemangku kepentingan dan keterkaitan yang harmonis terutama antara pihak industri primer (refinery/migas) dengan industri petrokimia hulu, dan industri petrokimia hulu dengan industri petrokimia antara maupun hilirnya.

II.       PENDAHULUAN
Visi
“menjadi produsen pupuk dan produk kimia lainnya yang berdaya saing tinggi dan produknya paling di minati konsumen.”
Misi
-          Mendukung penyediaan pupuk nasional untuk tercapainya progam swasembada pangan.
-          Meningkatkan hasil usaha untuk menunjang kelancaran kegiatan operasional dan pengembangan usaha perusahaan.
-          Mengembangkan potensi usaha untuk mendukung industri kimia nasional dan berperan aktif dalam community development.
Berdasarkan strategi yang sudah digariskan oleh Pemerintah bahwa dalam kurun waktu Pembangunan Jangka Panjang Tahap-II (PJPT-II) dari April Tahun 1994 s/d Maret Tahun 2019, peranan minyak dan gas bumi (migas) sebagai sumber energi dan sebagai bahan baku (feedstock) industri petrokimia masih akan besar. Sementara itu produksi minyak bumi Indonesia sangat terbatas, dengan demikian maka migas hanya akan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan energi yang tidak dapat digantikan oleh energi lain serta untuk memenuhi peranannya sebagai sumber bahan baku untuk industri petrokimia saja.
Selanjutnya pada pembahasan ini akan dijelaskan bagaimana pertama kali dalam sejarah produk petrokimia itu ditemukan atau dihasilkan dari migas, cara-cara memperoleh bahan baku petrokimia dan produk-produk petrokimia itu di manfaatkan dan di pergunakan oleh umat manusia, sehingga pemakaian dan pengguanaan produk-produk petrokimia itu sudah merajai dan menguasai peradaban atau kehidupan manusia modern di dunia saat ini.

III.    PROSES INDUSTRI
3.1  Sejarah Petrokimia
Tahun 1918
produk kimia organik melalui 3 jalur:
·      Fermentasi bahan organik
·      Ekstraksi dari senyawa yang terdapat di alam terutama batu bara
·      Tranformasi/konversi dari minyak bumi dan lemak nabati
Tahun 1920-an
·      Iso propanol pertama kali dibuat dari kilang gas propilena. Jadi produk kimia organik sudah mulai dibuat melalui jalur proses petrokimia.
1939 – 1945
·      Kebutuhan untuk perlengkapan perang dikembangkan karet sintetis (Du Pont Company, USA), karena negara penghasil karet terbesar jatuh ke tangan Jepang
Faktor lain yang menunjang perkembangan industri petrokimia waktu itu – tahun 1970 karena harga minyak bumi relatif rendah/murah.
3.2  Bahan Baku Petrokimia
Ø  Bahan baku yang berasal dari kilang minyak :
Fuel gas, Gas propane dan butane, Mogas, Nafta, Kerosin/ minyak tanah, Gas oil, Fuel Oil, Short residue/ waxy residue.
Ø  Bahan baku yang berasal dari lapangan gas bumi :
Metana (CH4), Etana (C2H6), Propana (C3H8), Butana (n-C4H10), Kondensat (C5H12 – C11H24).
Cara-Cara Mendapatkan Bahan Baku Industri Petrokimia
-          Gas Metana (CH4) à Dari pengeboran gas di lapangan. Gas metana dari kilang BBM (off gases) dijadikan gas buangan
-          Gas Etana (C2H6) à Dari lapangan gas bumi
-          Gas Etilena  (C2H4) à Cracking gas etana, nafta dan kondensat.
-          Gas Propana (C3H8) à Absorpsi dan ekstraksi.
-          Gas Propilena (C3H6) à Cracking gas etana, propane, nafta dan kondensat.
-          Gas Butana (n-C4H10) à Ekstraksi dan absorpsi.
-          Kondensat (C5H12 – C11H24) à Ekstraksi dan absorpsi. Selain itu, juga dapat diperoleh dari kilang BBM.
-          Benzena, Toluena dan Xilena (BTX Aromatik) à catalytic reforming.
-          Nafta (C6H14 – C12H26) à Proses distilasi.
-          Kerosin (C12H26) à Distilasi atmosferik.
-          Short Residue/ waxy residue
Penyediaan Bahan Baku Industri Petrokimia di Indonesia
1.      Ketersediaan Cadangan Gas Bumi (C1-C4)
60%-80% kandungannya dalah gas metana. Hampir merata dan menjangkau dareah padat penduduk dan pusat industri.
2.      Ketersediaan Bahan Baku Kondensat (C5-C11)
Kondensat dalam negeri selama ini diekspor ke luar negeri. Jika kandungan Produk paraffin dan olefinnya besar (jalur olefin center). Jika kandungan naftene dan aromatic besar (jalur aromatic center).
3.      Ketersediaan Bahan Baku Nafta (C6-C12)
Diperoleh dari kilang Cilacap dan Balikpapan, produksinya diekspor ke luar negeri.
4.      Ketersediaan Bahan Baku residu / Low Sulfur Waxy Residu (LSWR)
Berasal dari Kilang Dumai, Sungai Pakning dan Eksor I Balongan.
3. 2 Pengertian Produk Petrokimia
Bahan/produk petrokimia adalah semua bahan/produk yang dibuat atau dihasilkan secara sintetik dari bahan baku migas atau komponen fraksi-fraksi, seperti;
         1. Pakaian, produk kosmetik dan parfum
         2. Kantong plastik, botol plastik dll.
         3. Jendela pesawat, payung penerjun, interior dan    cat dinding, fiber gelas, lapisan teflon pada penggorengan, sikat rambut, sikat gigi, katup jantung, container, dll.
3. 3 Jenis Produk Petrokimia
      Industri petrokimia dapat dibagi atas 2 bagian besar, yaitu:
1.      Industri petrokimia hulu yaitu industri yang menghasilkan produk petrokimia yang masih berupa produk dasar atau produk primer dan produk antara atau produk setangah jadi.
2.      Industri petrokimia hilir yaitu, industri yang menghasilkan produk petrokimia yang sudah berupa produk akhir atau produk jadi.
Oleh karena itu, produk petrokimia berdasarkan proses pembentukan dan pemanfaatannya, produk petrokimia dibagi menjadi empat jenis :
         Produk Dasar : gas CO dan H2 sintetik, etilena, propilena, butadiene, benzene, toluene, xilena dan n-parafin.
         Produk Antara : ammonia, methanol, carbon black, urea, etanol, etil klorida, cumene, propilen oksida, butyl alkohol, isobutilen, nitrobenzene, nitrotoluena, PTA (Purified Terepthalic Acid), TPA (Terepthalic Acid), DMT (Dimethyl terepthalate), kaprolaktam, LAB (Linear Alkyl Benzene), dll.
         Produk Akhir : urea, carbon black, formaldehida, asetilena, polietilena, polipropilena, poli vinil klorida, polistirena, TNT (Trinitrotoluena), polyester, nilon, poliuretan, LAB sulfonat, dll.
         Produk Jadi : barang-barang yang banyak dipakai sehari-hari di rumah tangga.
3. 4 Jalur-Jalur Pembuatan Produk Petrokimia
Proses pembuatan produk petrokimia yang lebih ekonomis dapat ditempuh dengan 3 jalur, yaitu:
1.      Syn-Gas (Gas Sintetis)
Gas sintetis ini merupakan campuran dari karbon monoksida (CO) dan hidrogen (H2). Di lihat dari segi proses produksinya, maka gas sintetik dapat diproduksi malalui 3 cara yaitu:
Ø  Reaksi steam reforming untuk pembuatan ammonia.
2CH4 + O2 + 2 H2O + N2 à 2 CO2 + 4 NH3
Pembuatan Amonia Dengan Gas Sintetis
Ø  Reaksi steam reforming pada pembentukan methanol :
Lurgi High Pressure Process
ICI Low Pressure Process
Pembuatan Methanol dengan Steam Reforming
Ø  Reaksi Oksidasi Parsial untuk membuat carbon black
2.      Olefin (alkena-alkena)
Olefin merupakan suatu senyawa hidrokarbon tidak jenuh, yang mempunyai ikatan rangkap terbuka (seperti etilena, propilena, butilena) yang sangat relatif, sehingga dengan mudah dapat berpolimerisasi antara satu dengan yang lainnya membentuk bahan/produk polimer.
Dilihat dari proses produksi terutama dari aspek penyediaan bahan bakunya, maka gas olefin dapat diproduksi dengan 2 cara, yaitu
a.       Olefin dengan bahan baku nafta
Jika bahan baku berasal dari nafta fraksi berat (C15 – C23) dan dari jenis minyak parafin, maka akan terbentuk campuran molekul parafin dan olefin :
C23H48 à C8H18 + C15H30 à C3H8 + C12H22  (cracking)
Proses ini dapat terjadi terus menerus hingga terbentuk cokes :
C12H22 à C2H6 + C10H16 à C2H4 + C8H12 à  2 CH4 + C6H4  (cracking)
C6H4 à CH4 + 5 C  (cracking)
Selain itu juga dapat terbentuk ter dari hasil polimerisasi olefin :
C10H16 + C10H16 à C20H32 + C15H30 à  C35H62  (kopolimerisasi C20H32  dengan C15H30 )
Pembuatan Olefin dengan Tubular Process
b.      Olefin dengan bahan baku etana
Jika bahan baku yang digunakan adalah gas etana, maka reaksi cracking yang terjadi adalah sebagai berikut :
C2H6 à 2 C2H4 + H2  (cracking)
Karena di dalam umpan juga terdapat gas propana, maka terjadi pula reaksi cracking sebagai berikut :
C3H8 à C3H6 + H2  (cracking)
C3H8 à  C2H4 + CH4  (cracking)
2C3H8 à  C4H8 + 2 CH4 
2        C3H8 à  C2H6 +  C2H6 +  CH4    
Hasil cracking tersebut akan mengalami cracking dan hidrogenasi lebih lanjut sebagai berikut :
C3H6 + 3 H2 à  3  CH4 
C3H6 à C4, C5, C6 + H2
Gambaran Suatu Kilang Olefin



3.      Aromatika
Senyawa aromatik adalah suatu senyawa hidrokarbon tak jenuh yang mempunyai ikatan atom C siklis, berupa ikatan atom antara C6 – C8, seperti benzena, toluena, xilena, dll, yang sangat reaktif sehingga mudah bereaksi dan terpolimerisasi, sehingga menghasilkan Benzena, Toluena dan Xilena(BTX) sebagai hasil utama, serta sikloheksana (CHX) sebagai produk samping.
Aromatik dengan Bahan Baku Nafta
Hidrokarbon aromatik (BTX) dihasilkan melalui proses catalytic reforming, dengan nafta sebagai bahan baku dan katalis platina, pada suhu 450-500oC. Reaksi-reaksi yang terjadi dalam unit reforming adalah dehidrogenasi, isomerisasi dan rekasi-reaksi lain. Tahapan reaksi yang terjadi, dapat diuraikan sebagai berikut:
1.      Reaksi pembentukan benzena : dehidrogenasi hidrokarbon sikloparafin
 
2.      Reaksi pembentukan toluena : isomerisasi hidrokarbon dimetil siklopentana disusu l dengan dehidrogenasi
3.      Reaksi pembentukan orto, meta dan para (o,m,p) xilena: reaksi isomerisasi hidrokarbon trimetilsiklopentana, disusul dengan dehidrogenasi.

                      Proses Pembentukan BTX
3.5  Industri Pemrosesan Produk
3.5.1   pemrosesan plastik
Produk plastik berkualitas tinggi dapat dihasilkan dengan penambahan bahan aditif (ingredient) ke bahan baku. Bahan aditif tersebut antara lain :
·      Filler (bahan pengisi)
·      Plastisizer (membuat plastik elastis) : dioctyl pthalate, dihexyl sebamate, dilauryl adipate, diamyl maleate, 2-ethyl hexyl succinate, acetyl tributyl citrate, dibutil fenil fosfat, butoxy ethyl stearate, yang pada umumnya dibuat dari senyawa ester dan amida.
·      Colorant (bahan pewarna)
·      Miscellaneous :stabilizer, inhibitor, hardener, katalis, dll.
Prinsip dasar pemrosesan plastik :
·      Pemanasan resin plastik yang sudah diramu dengan bahan pencampur
·      Plastik cair ditekan dengan mesin untuk membuat bentuk yang diinginkan (mesin roll, die, mold, extruder, blower, dll)
·      Barang plastik dikeraskan dengan polimerisasi lebih lanjut (cure stage)
Metode konversi bahan baku plastik menjadi barang jadi :
o  Extrusion
o  Injection Molding
o  Blow Molding
o  Calendering
o  Casting
o  Laminating
o  Compression Molding
o  Jet Molding
o  Post Forming
o  Shell Molding
o  Sheet Forming
o  Slush Molding
o  Transfer Molding
o  Vacuum Molding

IV.    LABORATORIUM
Keberadaan laboratorium sangat penting bagi perusahaan yang bertumpu pada pengetahuan (knowledge based industry). Laboratorium merupakaan arena aktualisasi kompetensi dan profesionalisme. Research and Development yang dilakukan di laboratorium akan melahirkan inovasi-inovasi yang berguna bagi pengembangan produk. Berikut ini beberapa laboratorium yang dimiliki oleh Petrokimia.
Laboratorium Kalibrasi
- Uji tekanan, bidang dimensi, Densitas, temperatur, massa, kelistrikan
Laboratorium Uji Kimia
- Analisa produk pupuk meliputi Urea, ZA, SP-36, TSP, KCL, Fosfat Alam, MAP, DAP, Pupuk Organik, Natrium Borat
- Analisa bahan kimia meliputi; Asam basa, karbon aktif, Molekulair Sieve, Mobil Bead, Pasir Silika, Pumice Stone, Sulfamic Acid, Anticaking, Antifoam, Coating Oil, Oil Remover, Batu tahan api/asam
- Kimia lingkungan meliputi Udara Ambient, emisi, air limbah, air minum, air baku, air laut
- Minyak meliputi gemuk/ grease, pelumas, minyak bakar
- Gas meliputi gas bumu, CO2, O2, N2
- Bahan tambang meliputi batubara, logam, mineral
Laboratorium Uji Mekanik
- Uji tekan
- Uji bending
- Uji puntir
- Uji kompresi
- Uji fatique
- Uji impact
- Macro and micro hardness test
- Uji komposisi kimia logam
- Vibration analysis
Laboratorium Uji Kelistrikan
- Uji tegangan tinggi tahanan isolasi
- Uji tegangan tembus
Lain-lain
- Uji valve
- Uji permeabilitas udara
V.       PENGOLAHAN LIMBAH
5.1  Jenis Limbah Petrokimia
Industri petrokimia di Indonesia yang sekarang sudah mulai berkembang merupakan salah satu tulang punggung dalam mengisi dan menunjang pertumbuhan industri-industri lainnya, juga perlu memperhatikan masalah-masalah dampak negatif  lingkungan yang ditimbulkannya. Pada umumnya industri petrokimia mempunyai 3 jenis limbah buangan yang dapat menimbulkan pencemaran terhadap lingkungannya. Ketiga jenis limbah pencemar akibat industri petrokimia tersebut adalah:
1.      Limbah pencemar gas atau limbah gas, yaitu gas-gas buangan proses, seperti gas CO2, CO, H2S.
2.      Limbah pencemar cair atau limbah cair, yaitu air buangan atau air yang berbentuk larutan baungan proses.
3.      Limbah pencemar padat atau limbah padat, yaitu limbah padat buangan atau yang berbentuk larutan buangan proses, seperti plastik-plastik dan resin-resin buangan proses, logam-logam berat (seperti: Pb, Hg, Cd, Fe,Cu dll).
5. 2  Dampak Negatif Limbah Petrokimia
          Pemanfaatan minyak dan gas bumi sebagai bahan bakar dalam industri petrokimia akan menimbulkan emisi bahan buangan limbah berupa CO2, CO, CH, H2S yang dapat mempengaruhi kualitas udara sekitarnya. Selain limbah gas pencemar tersebut, limbah cair pencemar seperti air buangan atau cairan berbentuk larutan buangan proses dan limbah pada pencemar sebagai akibat buangan proses seperti resin-resin, logam berat, garam organik, dapat mempengaruhi kualitas kehidupan di sekitarnya. Begitu juga ceceran-ceceran minyak dalam pabrik dapat menaikkan suhu perairan yang dijadikan tempat pembuangan limbah cair, ini semua akan mengakibatkan atau mengganggu kehidupan beberapa jenis flora dan fauna yang ada di sekitarnya.
5. 2 Cara Penanggulangan Pencemaran Limbah Petrokimia
cara yang paling baik melakukan pencegahan pencemaran limbah industri petrokimia adalah melakukan pencegahan pencemaran pada “sumber-sumber pencemar” di dalam area pabrik, seperti:
1.        Penyempurnaan metode proses serta peralatan yang di pakai
2.        Menjaga kebersihan dari tumpahan atau ceceran bahan kimia serta ceceran yang lainnya.
3.        Menambah unit pemanfaatan hasil samping
4.        Penggunaan kembali air buangan proses (daur ulang) serta usaha-usaha lain yang tidak menimbulkan gangguan terhadap peralatan, manusia atau karyawan serta lingkunganya.
Sedangkan penanggulangan pencemaran akibat limbah gas, yaitu dapat diatasi dengan cara absorbsi yaitu dengan menggunakan garam sitrat sebagai penyerap atau absorber. Cara penanggulangan pencemaran akibat limbah zat cair. Ada beberapa cara penanggulangan pencemaran akibat pembuangan limbah organic cair, yaitu antara lain :
1.      Secara Fisika, seperti dengan sedimentasi, yaitu berupa pemisahan secara gravimetri (seperti pemisahan air berminyak), flotasi, penguraian (stripping), absorpsi, ekstrasi,  dan lain-lain.
2.      Secara Kimia, cara penanggulangan pencemaran ini dipakai secara luas dalam mengolah air buangan industry, yaitu dengan cara netralisasi, koagulasi, resipitasi, dan oksidasi.
3.      Secara Biologis, penanggulangan secara biologis dengan pertolongan bakteri telah berkembang dengan pesat dan telah banyak digunakan untuk mengolah limbah buangan yang mudah terurai secara biologis.
Cara penanggulangan pencemaran akibat limbah zat padat. Ada beberapa cara pengendalian/ penanggulangan pencemaran akibat buangan limbah pencemar zat padat (seperti bahan pencemar, botol-botol, minuman bekas, plastic dan resin-resin/ plastic-plastik lain) yaitu, dengan proses reclying (daur ulang) dan proses pirolisa (pembakaran).
1.      Proses daur ulang dapat dilakukan terhadap bahan botol-botol bahan plastic bekas, seperti PVC dan PET (polietilen tereftalat) dan sekaligus memanfaatkan bahan bekas botol plastic tersebut menjadi bahan berguna yaitu degan proses penambahan bahan kimia/ reduksi, sehingga dapat di olah menjadi produk-produk petrokimia dalam bentuk cair, yaitu bahan baku botol plastic dan sekaligus mengatasi masalah pencemaran lingkungan.
2.      Proses pirolisa dapat dilakukan terhadap limbah buangan plastic bekas atau limbah polimer bekas dengan cara mengolah limbah polimer bekas tersebut menjadi “fueloil” atau bahan bakar dan sekaligus mengatasi pencemaran lingkungan.

VI.    PENUTUP
Demikian makalah ini kami buat. Kami menyadari makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat kami harapkan. Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

1 komentar: