Rabu, 15 Juni 2011

FILSAFAT KIMIA NUKLIR



I.                   PENDAHULUAN
Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari materi dan perubahannya. Unsur dan senyawa adalah zat-zat yang terlibat dalam perubahan kimia. Sebagian besar ilmu kimia merupakan ilmu percobaan, dan sebagian besar pengetahuannya diperoleh dari penelitian di laboratorium. Tetapi, saat ini kimiawan dapat menggunakan komputer untuk mengkaji struktur mikroskopik dan sifat-sifat kimia zat atau menggunakan peralatan elektronik yang canggih untuk menganalisis zat-zat polutan hasil buangan kendaraan atau untuk menganalisis zat-zat beracun yang terkandung dalam tanah.[1]
Ilmu kimia itu sendiri terbagi menjadi beberapa bagian, diantaranya adalah kimia Organik, kimia Anorganik, Biokimia, kimia Fisika, dan kimia Nuklir (inti). Kimia terapan yang mencakup banyak ilmu-ilmu terapan, misalnya kimia Polimer, kimia Bahan Alam, kimia Medisinal, dan lain-lain.

II.                PEMBAHASAN
A.    Pengertian Filsafat Kimia Nuklir
Menurut Russel, Filsafat adalah “The attempt to answer ultimate question critically”, dan menurut James, filsafat adalah “a collection name for question which have not been answered to the satisfaction of all that have asked them”.[2]
Nuclear Chemistry adalah cabang dari imu kimia yang mempelajari perubahan dalam inti atom, seperti radioaktivitas, pemecahan nuklir serta sifat dari produk yang hasilkan.[3]
Ketika orang mendengar kata “Nuklir” sering kali yang terbayang dibenak adalah bom atom yang menakutkan. Jarang sekali orang membayangkan nuklir yang terkait dengan kesejahteraan manusia. Sampai saat ini nuklir masih menakutkan, padahal dapat dijinakkan sehingga bermanfaat. Manfaat nuklir (radioaktif) sebagai terknologi damai, jauh lebih besar dibandingkan dengan radioktif sebagai teknologi pemusnah masal. Sepanjang sejarahnya bom atom sebagai pemusnah hanya digunakan pada Perang Dunia II, untuk menaklukkan Jepang oleh Amerika dan sekutunya. Setelah itu tidak ada lagi yang berani menggunakan, karena efeknya terlalu mengerikan, tetapi sampai saat ini masih ada kelompok masyarakat yang secara apriori mempunyai anggapan bahwa teknologi nuklir pada umunnya dianggap suatu teknologi yang berbahaya dan harus ditentang kehadirannya di muka bumi ini. Pandangan semacam ini adalah suatu pandangan yang harus diluruskan.
Mungkin belum banyak yang menyadari tentang pemanfaatan teknologi nuklir. Manfaat tersebut antara lain adalah dalam meningkatkan nilai tambah suatu produk indutri, mengungkap fenomena alam, menghasilkan produk pertanian unggul, serta digunakan dalam bidang hidrologi, ataupun sebagai pembangkit tenaga nuklir.[4]
B.     Tinjauan Filsafat Terhadap Kimia Nuklir
a.      Kimia Nuklir dalam tinjauan Ontology
Ontologi, dalam bahasa inggris ‘ontology’, berakar dari bahasa Yunani ‘on’ berarti ada, dan ‘ontos’ berarti keberadaan. Sedangkan ‘logos’ berarti pemikiran. Secara bahasa Ontology adalah Ilmu Filsafat dengan melihat bagaimana cara pandang suatu ilmu terhadap suatu objek materi, menurut paham Barat. Sedangkan ontology menurut paham Islam adalah pengetahuan manusia yang hakekatnya dari Allah SWT yang didapati dari beberapa aliran. Aliran ini pun masih terkait erat dengan paham manusia tentang wujud (ada).[5]
Didalam wahyu pun telah diajarkan kepada kita bahwa inti dari penyusun materi paling kecil yang ada di dalam alam adalah atom yang diterjemahkan sebagai biji sawi. Seperti yang tertulis dalam Qs. Luqman ayat 16, yang artinya : (Lukman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui."
Wujud nyata Nuklir dalam kehidupan sehari-hari adalah bahwa matahari yang menjadi sumber enegi, cahaya dan kehidupan adalah objek yang dapat dapat diamati secara fisika dan metafisik. Sebagaimana dijelaskan dalam Qs. Yasin ayat 38, yang artinya : “Dan matahari menjalani arahnya untuk suatu waktu yang terbatas”
Ini menjelaskan kepada kita bahwa ilmu yang dapat dikembangkan oleh manusia memiliki batasan-batasan dalam pemikiran. Dalam ilmu metafisika mempelajari tentang hakikat, yang tersimpul di belakang dunia fenomenal dengan batasan indera yang menjadi objek pemikirannya dalam segala aspeknya, termasuk pengalaman yang dapat ditangkap oleh indra.[6]
Sebagai contoh, Iran adalah Negara yang sangat memperhatikan masyarakatnya dengan membangun Pembangkit Tenaga Nuklir. Ketika kemudian hari Iran dituduh membangun pembangkit senjata Kimia, itu hanyalah ketakutan dari Negara lain yang tidak ingin melihat Negara tersebut berkembanng. Pandangan yang menyatakan bahwa Iran adalah Negara Islam yang maju ingin dilunturkan oleh Negara yang tidak ingin melihatnya berkembang. Jika dilihat dari tinjau ontology ilmu yang dikembangkan oleh Negara Iran bisa diterima karena tidak membawa kehancuran untuk umat manusia pada umumnya dan masyarakat setempat pada khususnya.[7]
Penciptaan nuklir merupakan perkembangan ilmu pengetahuan yang dilandasi dengan pemahaman konsep teori dan dibatasi oleh norma-norma kehidupan.
b.      Kimia Nuklir dalam tinjauan Epistimology
Secara etimologis, ‘epistimologi’ berakar dari bahasa Yunani ‘episteme’ yang berarti pengetahuan atau ilmu pengetahuan, dan ‘logos’ yang juga berarti pengetahuan. Jadi, epistimology berarti pengetahuan mengenai pengetahuan yang sering disebut teori pengetahuan (theory of knowledge).[8] Epistimologi, meliputi sumber, sarana dan tatacara menggunakan sarana untuk mencapai pengetahuan (ilmiah). Menurut Prof. Kunto, akal (verstand), akal budi (vernun) pengalaman, atau kombinasi antara akal dan pengalaman, merupakan sarana yang dimaksud dalam epistimologi seperti rasionalisme, empirisme, kritisisme, positivisme, fenomenologi dengan berbagai variasinya.[9]
Reaksi Nuklir terbagi dua macam, Reaksi Fisi dan Reaksi Fusi. Reaksi Fisi adalah reaksi Pembelahan inti yang disebabkan oleh interaksi suatu unsur dengan neutron, sedangkan reaksi Fusi adalah Reaksi penggabungan dua inti menjadi inti lain yang lebih besar.
Sebagai contoh reaksi Fisi adalah, Pembelahan Inti Uranium, yang digunakan sebagai bahan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir, menjadi inti atom Barium dan inti atom Kripton. Pada saat reaksi tersebut berlangsung menghasilkan energi yang sangat besar. Ditandai pula dengan hasil sampingan berupa partikel-partikel nukleotida yang merupakan partikel radioaktif. Sedangkan contoh reaksi Fusi adalah penggabungan inti berat Deutrium dengan Triterium akan menghasilkan atom Helium, Energi yang dihasilkan lebih dasyat lagi. Reaksi Fusi ini terjadi pada matahari. Energi yang besar dari hasil reaksi fusi tersebut menyebabkan matahari berpijar.[10]
Di tinjau dari epistimology nuklir yaitu, bom atom yang dijatuhkan Negara sekutu di Jepang pada PD II adalah bom dengan kekuatan inti Plutonium. Saat bom dengan berat ribuan kilo tersebut menyentuh tanah maka terjadilah reaksi pembelahan inti. Yang berbahaya dalam hal ini adalah radiasinya bukan inti atom Plutonium yang terkandung. Saat terjadi pembelahan inti (reaksi fisi), reaksi akan menghasilkan partikel radioaktif (Nukleotida), seperti Alpha (α) atau Helium, Beta (β), Gamma(γ), dan lain-lainnya. Radiasi partikel-partikel tersebutlah yang berbahaya. Seperti contoh, penemu inti uranium sebagai unsur radioaktif adalah Merry Curry, yang akhir hayatnya pun dikarenakan radiasi dari partikel radioaktif itu sendiri.
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) yang sekarang sedang digalakkan, merupakan perluasan dari Kimia Nuklir. Energi yang dihasilkan saat pemecahan inti dapat ditangkap dalam suatu reaktor yang dinamakan reaktor nuklir. Dengan pengembangan pengetahuan dibuatlah suatu pembangkit yang bisa menampung ribuan elektron Volt (eV) energi. Sebagian besar orang Indonesia berpikir bahwa PLTN adalah berbahaya dan bermanfaat bagi kehidupan khalayak banyak. Pada dasarnya ketakutan tersebut tidak beralasan, karena yang dibayangkan hanyalah yang negatifnya saja. Andai sebagian besar bangsa ini mau belajar dan mengubah paradigm tentang nuklir pasti kita bisa menuju Negara maju, tidak hanya behenti pada tingkatan Negara berkembang.[11]
c.       Kimia Nuklir dalam tinjauan Aksiology
Aksiologi berasal dari perkataan axios (Yunani) yang berarti nilai dan logos yang berarti teori. Menurut Bramel, aksiologi terbagi dalam tiga bagian. Pertama, moral conduct, yaitu tindakan moral. Kedua, esthetic expression, yaitu etika. Ketiga, sosio-political life, yaitu kehidupan sosial politik. Aksiologi harus membatasi kenetralan tanpa batas terhadap ilmu pengetahuan, dalam arti bahwa kenetralan ilmu pngetahuan hanya sebatas metafisik keilmuan, sedangkan dalam penggunaannya haruslah berlandaskan pada nilai-nilai moral.[12]
Aksiologi adalah cabang ilmu filsafat yang mempelajari tentang nilai secara umum. Menurut Harold H. Titus, science atau ilmu didefinisikan:[13]
1)      A method of obtaining knowledge that is objective and verifiable
2)      A body of systematic knowledge built up through experimentation and observation and having a valid theoretical base.
Ilmu merupakan sesuatu yang paling penting bagi manusia, karena dengan ilmu semua keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara lebih cepat dan lebih mudah. Ilmu telah banyak mengubah wajah dunia seperti hal memberantas penyakit, kelaparan, kemiskinan, dan berbagai wajah kehidupan yang sulit lainnya. Dengan kemajuan ilmu juga menusia bisa merasakan kemudahan lainnya seperti transportasi, pemukiman, pendidikan, komunikasi, dan lain sebagainya. Singkatnya ilmu merupakan sarana untuk membantu manusia dalam mencapai tujuan hidupnya.
d.      Nuklir dan Perkembanganya di Indonesia
Penggunaan teknik radioaktif makin lama makin berkembang sejalan dengan berkembangnya teknologi komputerisasi. Tantangan dari berbagai permasalahan dalam industri, serta kebutuhan energi bagi masyarakat, juga memacu pengembangan teknologi nuklir. Di Indonesia tugas untuk melaksanakan, mengatur, dan mengawasi penelitian serta penggunaan unsur yang bersifat radioaktif berikut ditangani oleh Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN).
Seperti contoh yang dikemukan sebelumnya bahwa PLTN adalah kembangan ilmu pengetahuan yang membawa kepada kemaslahatan umat dan kelestarian alam sehingga dapat meningkatkan taraf hidup khalayak banyak. Di negara-negara maju  telah dimanfaatkan tenaga nuklir secara besar-besaran, tenaga nuklir ini digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik yang murah, aman, dan tidak mencemarkan lingkungan. Nuklir selain dimanfaatkan untuk PLTN, juga di gunakan untuk pengembangan dalam bidang makanan serta ternak. Contoh pada padi, padi hasil reaksi nuklir sudah banyak yang kita makan dengan kualitas yang terjamin. Dokter-dokter ilmu juga nuklir sudah dikembangkan dan tidak kalah bersaing dengan dokter-dokter di Negara Singapore yang terkenal dengan kehebatan dokternya. Kesimpulannya, sesungguhnya Nuklir disini merupakan nilai positif jika kita melihat dari pandangan ilmu pengetahuan yang positif dan dapat dipertanggung jawabkan.[14]
Berbeda dengan Bom Nuklir pada PD II tersebut, dampak yang ditimbulkan sangat besar. Merusak kelestarian alam, keseimbangan ekosistem terganggu, menghancurkan kehidupan manusia, bahkan pembunuhan masal. Contoh kasus ini memberikan nilai yang negatif, karena ilmu pengetahuan dijadikan ajang untuk unjuk kekuatan yang tidak membawa kemaslahatan bagi umat manusia, bahkan justru menghancurkan.

III.             KESIMPULAN
Ø  Nuclear Chemistry adalah cabang dari imu kimia yang mempelajari perubahan dalam inti atom, seperti radioaktivitas, pemecahan nuklir serta sifat dari produk yang hasilkan.
Ø Nuklir merupakan pespektif ilmu yang harus dibatasi dengan norma-norma sosial dan kehidupan manusia.
Ø Penciptaan nuklir merupakan perkembangan ilmu pengetahuan yang dilandasi dengan pemahaman konsep teori dan dibatasi oleh norma-norma kehidupan.
Ø Paradigma tentang ilmu Nuklir di Indonesia masih belum meluas, karena masih dibayang-bayangi oleh ketakutan pada pengalaman masa lampau.
Ø Nuklir disini merupakan nilai positif jika kita melihat dari pandangan ilmu pengetahuan yang positif dan dapat dipertanggung jawabkan.

IV.             PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat saya buat, semoga makalah ini dapat memberikan tambahan wacana kepada kita semua tentang filsafat kimia nuklir. Saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan makalah kedepan.




DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiar, Amsal Filsafat Ilmu, Jakarta: Rajawali Pers, 2004
Basri, Sarjoni, Kamus Kimia, Jakarta: Rineka Cipta, 1995
Chang, Raymond, Kimia Dasar  jilid I, Jakarta: Erlangga, 2005
Hakim Nasoetion, Andi, Pengantar ke Filsafat Sains, Jakarta: Litera AntarNusa, 1999
Junaedi, Mahfud,  Ilmu Pendidikan Islam, Semarang: RaSAIL, 2010
Kuswati, Tine Maria dkk, Sains Kimia 3 SMA/MA, Jakarta: Bumi Aksara, 2005
Setiawan, Duyeh, Radiokimia, Bandung: Widya Padjajaran, 2009
Suhartono, Suparlan, Filsafat Ilmu Pengetahuan, Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2005
Tafsir, Ahmad, Filsafat Umum, Bandung: Rosda Karya, 1990
Titus, Harold H, Living Issues in Philosophy, New York: American Book Company, 1946
Wiryosimin, Suwarno, Mengenal asas Proteksi Radiasi, Bandung: ITB, 1995
Http://Yuseakamarullah.blogspot.com/p/filsafat-nuklir.html




[1] Raymond Chang,  Kimia Dasar  jilid I, (Jakarta: Erlangga, 2005), hlm. 4
[2] Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, (Bandung: Rosda Karya, 1990), hlm. 9-10
[3] Sarjoni Basri, Kamus Kimia, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), hlm. 142
[4] Tine Maria Kuswati, dkk, Sains Kimia 3 SMA/MA, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hlm. 220
[5] Suparlan Suhartono, Filsafat Ilmu Pengetahuan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2005), hlm. 149
[6] Andi Hakim Nasoetion, Pengantar ke Filsafat Sains, (Jakarta: Litera AntarNusa, 1999), hlm. 137
[7] Http://Yuseakamarullah.blogspot.com/p/filsafat-nuklir.html
[8] Suparlan Suhartono, Filsafat Ilmu Pengetahuan, hlm. 157
[9] Mahfud Junaedi, Ilmu Pendidikan Islam, (Semarang: RaSAIL, 2010), hlm. 9
[10] Duyeh Setiawan, Radiokimia, (Bandung: Widya Padjajaran, 2009), hlm. 90-94
[11] Suwarno Wiryosimin, Mengenal asas Proteksi Radiasi, (Bandung: ITB, 1995), hlm. 16-23
[12] Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Rajawali Pers, 2004), hlm. 162-164
[13] Harold H.Titus, Living Issues in Philosophy, (New York: American Book Company, 1946), hlm. 527
[14] Tine Maria Kuswati, dkk, Sains Kimia 3 SMA/MA, hlm.234-240

0 komentar:

Posting Komentar