Kamis, 23 Juni 2011

NukLir

 Apa itu PLTN
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir atau PLTN adalah sebuah pembangkit daya thermal yang menggunakan satu atau beberapa reaktor nuklir sebagai sumber panasnya. Prinsip kerja sebuah PLTN hampir sama dengan sebuah Pembangkilt Listrik Tenaga Uap, menggunakan uap bertekanan tinggi untuk memutar turbin. Putaran turbin inlah yang diubah menjadi energi listrik. Perbedaannya ialah sumber panas yang digunakan untuk menghasilkan panas. Sebuah PLTN menggunakan Uranium sebagai sumber panasnya. Reaksi pembelahan (fisi) inti Uranium menghasilkan energi panas yang sangat besar.[1]
Pada PLTN terdapat reaktor nuklir yang menghasilkan panas selanjutnya panas tersebut diserap oleh oleh air dengan tekanan tinggi yang disirkulasikan kereaktor tersebut kemudian dialirkan kedalam steam generator (semacam boiler) untuk memanaskan air.
Reaktor nuklir adalah suatu tempat atau perangkat yang digunakan untuk membuat, mengatur, dan menjaga kesinambungan reaksi nuklir berantai pada laju yang tetap. Berbeda dengan bom nuklir, yang reaksi berantainya terjadi pada orde pecahan detik dan tidak terkontrol.
Reaktor nuklir digunakan untuk banyak tujuan. Saat ini, reaktor nuklir paling banyak digunakan untuk membangkitkan listrik. Reaktor penelitian digunakan untuk pembuatan radioisotop (isotop radioaktif) dan untuk penelitian. Awalnya, reaktor nuklir pertama digunakan untuk memproduksi plutonium sebagai bahan senjata nuklir.
Saat ini, semua reaktor nuklir komersial berbasis pada reaksi fisi nuklir, dan sering dipertimbangkan masalah risiko keselamatannya. Sebaliknya, beberapa kalangan menyatakan bahwa pembangkit listrik tenaga nuklir merupakan cara yang aman dan bebas polusi untuk membangkitkan listrik. Daya fusi merupakan teknologi ekperimental yang berbasi pada reaksi fusi nuklir. Ada beberapa piranti lain untuk mengendalikan reaksi nuklir, termasuk di dalamnya pembangkit thermoelektrik radioisotop dan baterai atom, yang membangkitkan panas dan daya dengan cara memanfaatkan peluruhan radioaktif pasif, seperti halnya Farnsworth-Hirsch fusor, di mana reaksi fusi nuklir terkendali digunakan untuk menghasilkan radiasi neutron.[2]
PLTN termasuk dalam pembangkit daya base load, yang dapat bekerja dengan baik ketika daya keluarannya konstan (meskipun boiling water reactor dapat turun hingga setengah dayanya ketika malam hari). Daya yang dibangkitkan per unit pembangkit berkisar dari 40 MWe hingga 1000 MWe. Unit baru yang sedang dibangun pada tahun 2005 mempunyai daya 600-1200 MWe.
Hingga saat ini, terdapat 442 PLTN berlisensi di dunia dengan 441 diantaranya beroperasi di 31 negara yang berbeda. Keseluruhan reaktor tersebut menyuplai 17% daya listrik dunia.

B.     Bagaimana Prinsip Kerja PLTN.
Prinsip kerja PLTN sebenarnya mirip dengan pembangkit listrik lainnya, misalnya Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Uap bertekanan tinggi pada PLTU digunakan untuk memutar turbin. Tenaga gerak putar turbin ini kemudian diubah menjadi tenaga listrik dalam sebuah generator.
            Perbedaan PLTN dengan pembangkit lain terletak pada bahan bakar yang digunakan untuk menghasilkan uap, yaitu Uranium. Reaksi pembelahan (fisi) inti Uranium menghasilkan tenaga panas (termal) dalam jumlah yang sangat besar serta membebaskan 2 sampai 3 buah neutron
Secara garis besar cara kerja sebuah reaktor nuklir (jenis PWR) hingga bisa menghasilkan listrik adalah sebagai berikut [3]:
1.      Didalam inti reaktor, reaksi fisi terjadi karena adanya penembakan neutron terhadap bahan bakar nuklir yang menghasilkan energi panas.
  1. Energi panas yang dihasilkan dari inti reaktor kemudian dibawa oleh air bertekanan pada primary loop ke generator uap.
  2. Didalam generator uap, air yang berasal dari secondary loop menjadi terpanaskan dan terbentuklah uap.
  3. Uap yang dihasilkan diarahkan ke turbin uap untuk memutar generator dan akhirnya menghasilkan listrik
Pada PLTN terdapat reaktor nuklir yang menghasilkan panas selanjutnya panas tersebut diserap oleh oleh air dengan tekanan tinggi yang disirkulasikan kereaktor tersebut kemudian dialirkan kedalam steam generator (semacam boiler) untuk memanaskan air.
Akibat pemanasan ini maka temperatur air didalam steam generator akan meningkat sehingga pada tempreratur tertentu akan berubah menjadi uap dengan temperatur dan tekanan yang tinggi dan dialirkan kedalam steam turbine sehingga turbin dapat berputar.
Karena turbine dihubungkan dengan electric generator, maka ketika electric generator berputar dapat mengasilkan tenaga listrik, dan dengan sistim jaringan transmisi tenaga listrik dari PLTN tersebut didistribusikan keseluruh pelanggan.
Sementara itu uap air yang keluar dari steam turbine setelah memutarkan turbine dialirkan kedalam condensor untuk didinginkan sehinga kembali menjadi air dan dipompakan kembali kedalam steam generator.[4]
  
C.     Apa Keselamatan Reaktor
Potensi bahaya dalam sebuah PLTN adalah sumber radioaktivitas yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu prinsip utama desain keselamatan PLTN adalah "Bungkus rapat dan jaga keutuhan bungkusnya". Untuk membungkus rapat radioaktivitas PLTN agar tetap berada ditempatnya yang aman, desain PLTN mempunyai sistem penghalang ganda (multiple barrier). Sedangkan untuk menjaga keutuhan "pembungkus", diterapkan prinsip keselamatan pertahanan berlapis (defense in depth). Berikut ini adalah ilustrasi gambar yang menjelaskan sistem penghalang ganda.
Penghalang pertama berupa matriks pil bahan bakar. Reaksi fisi yang membebaskan berbagai bahan radioaktif sedapat mungkin dipertahankan keberadaannya agar tetap di dalam daging pil bahan bakar. Apabila terdapat hasil reaksi fisi radioaktif yang dapat keluar dari pil bahan bakar, maka penghalang berikutnya adalah kelongsong bahan bakar. Penghalang lain berikutnya adalah sistem pengungkung pendingin reaktor (pressure vessel and coolant boundary), sungkup reaktor (reactor containment), struktur beton bangunan gedung reaktor. Penghalang terakhir adalah zona eksklusif PLTN, dengan demikian terdapat enam penghalang pembebasan radioaktif dari dalam reaktor nuklir.
Agar dapat mengeliminasi kejadian pembebasan zat radioaktif dari dalam sebuah reaktor nuklir, setiap lapis penghalang harus dijaga keutuhaanya dalam kondisi apapun, termasuk dalam kondisi kecelakaan dasar desain, dengan cara menurunkan temperatur maupun tekanan di dalam masing-masing struktur penghalang ganda agar setiap penghalang tidak mengalami kelebihan tekanan (over-pressure) dan kelebihan temperatur (over-temperature).
Lapis pertahanan dalam prinsip pertahanan berlapis untuk menjaga keutuhan setiap penghalang adalah:
1)      Lapis pertama: perhitungan desain komponen, struktur dan sistem penghalang dibuat dengan sangat konservatif, dengan bahan yang berkualitas sehingga mencegah terjadinya operasi abnormal dan kegagalan sistem penghalang sekecil apapun.
2)      Lapis kedua: apabila dalam suatu kondis tertentu lapis pertahanan pertama tak mampu mempertahankan operasi pada kondisi operasi normal, maka pertahanan lapis kedua harus dapat memulihkan kondisi pada operasi normal tanpa mencederai fugsi-fungsi keselamatan maupun kemampuan PLTN. Bentuk lapis pertahanan kedua adalah adanya sistem proteksi yang mampu membatasi kondisi sehingga tidak melampaui batas kemampuan sistem, dan sistem pengawasan terstruktur yang mampu mengawasi kondisi normalitas operasi.
3)      Lapis ketiga: dalam suatu kondisi yang akhirnya membawa PLTN pada kondisi kecelakaan tetapi kecelakaan tersebut memang sudah diperhitungkan dalam desain (kecelakaan dasar desain), maka lapis pertahanan ketiga harus dapat memitigasi kecelakaan agar tetap terkendali dan tidak liar serta menjurus menjadi kecelakaan parah. Bentuk lapis pertahan ini adalah sistem pendinginan darurat dan sistem pendinginan lain yang dapat menurunkan tekanan dan temperatur pada struktur penghalang serta mampu menangkap zat radioaktif yang berpotensi akan menyebar ke luar dari setiap penghalang. Sistem yang bekerja untuk mewujudkan lapis pertahanan ketiga ini disebut sebagai fitur keselamatan teknik (engineering safety feature). Salah satu bentuk sistem dari fitur keselamatan teknik adalah Sistem Pendinginan Teras Darurat (Emergency Core Cooling System, ECCS).
4)      Lapis keempat: apabila PLTN mengalami kecelakaan diluar perhitungan (kecelakaan dasar desain) dan menjadi kecelakaan parah, maka lapis pertahanan ini bertugas untuk menghambat dan mengendalikan kecelakaan sehingga konsequensi dari kecelakaan dapat ditekan serendah-rendahnya. Sistem pertahanan lapis ini harus mampu menjaga keutuhan penghalang sungkup reaktor (reactor containment) yang secara masif mengungkung pembebasan zat radioaktif ke lingkungan bebas.
5)      Lapis kelima: sistem pertahanan lapis ini berfungsi untuk menekan konsequensi radiologis yang harus ditanggung lingkungan sekitar, jika terjadi pembebasan zat radioaktif ke lingkungan hingga melampaui batas ambang yang diizinkan. Masuk dalam sistem pertahanan ini adalah tanggap kedaruratan di luar tapak PLTN.

D.    Apa saja jenis PLTN
Berikut ini akan dibahas lebih lanjut berbagai jenis PLTN yang dewasa ini beroperasi diberbagai negara.
1)      Reaktor Air Didih
            Pada reaktor air didih, panas hasil fisi dipakai secara langsung untuk menguapkan air pendingin dan uap yang terbentuk langsung dipakai untuk memutar turbin. Turbin tekanan tinggi menerima uap pada suhu sekitar 290 ºC dan tekanan sebesar 7,2 MPa. Sebagian uap diteruskan lagi ke turbin tekanan rendah. Dengan sistim ini dapat diperoleh efisiensi thermal sebesar 34 %.  
            Efisiensi thermal ini menunjukkan prosentase panas hasil fisi yang dapat dikonversikan menjadi energi listrik. Setelah melalui turbin, uap tersebut akan mengalami proses pendinginan sehingga berubah menjadi air yang langsung dialirkan ke teras reaktor untuk diuapkan lagi dan seterusnya. Dalam reaktor ini digunakan bahan bakar 235U dengan tingkat pengayaannya 3-4 % dalam bentuk UO2. 
            Pada tahun 1981, perusahaan Toshiba, General Electric dan Hitachi melakukan kerja sama dengan perusahaan Tokyo Electric Power Co. Inc. untuk memulai suatu proyek pengembangan patungan dalam rangka meningkatkan unjuk kerja sistim Reaktor Air Didih dengan memperkenalkan Reaktor Air Didih Tingkat Lanjut atau A-BWR (Advanced Boiling Water Reactor). Kapasitas A-BWR dirancang lebih besar untuk mempertinggi keuntungan ekonomis. Di samping itu, beberapa komponen reaktor juga mengalami peningkatan, seperti peningkatan dalam fraksi bakar, penyempurnaan sistim pompa sirkulasi pendingin, mekanisme penggerak batang kendali dan lain-lain.
2)      Reaktor Air Tekan
             Reaktor Air Tekan juga menggunakan H2O sebagai pendingin sekaligus moderator. Bedanya dengan Reaktor Air Didih adalah penggunaan dua macam pendingin, yaitu pendingin primer dan sekunder. Panas yang dihasilkan dari reaksi fisi dipakai untuk memanaskan air pendingin primer.     Dalam reaktor ini dilengkapi dengan alat pengontrol tekanan (pessurizer) yang dipakai untuk mempertahankan tekanan sistim pendingin primer. 
            Sistim pressurizer terdiri atas sebuah tangki yang dilengkapi dengan pemanas listrik dan penyemprot air. Jika tekanan dalam teras reaktor berkurang, pemanas listrik akan memanaskan air yang terdapat di dalam tangki pressurizer sehingga terbentuklah uap tambahan yang akan menaikkan tekanan dalam sistim pendingin primer. Sebaliknya apabila tekanan dalam sistim pendingin primer bertambah, maka sistim penyemprot air akan mengembunkan sebagian uap sehingga tekanan uap berkurang dan sistim pendingin primer akan kembali ke keadaan semula. Tekanan pada sistim pendingin primer dipertahankan pada posisi 150 Atm untuk mencegah agar air pendingin primer tidak mendidih pada suhu sekitar 300 ºC. Pada tekanan udara normal, air akan mendidih dan menguap pada suhu 100 ºC.
            Dalam proses kerjanya, air pendingin primer dialirkan ke sistim pembangkit uap sehingga terjadi pertukaran panas antara sistim pendingin primer dan sistim pendingin sekunder. Dalam hal ini antara kedua pendingin tersebut hanya terjadi pertukaran panas tanpa terjadi kontak atau percampuran, karena antara kedua pendingin itu dipisahkan oleh sistim pipa. Terjadinya pertukaran panas menyebabkan air pendingin sekunder menguap. Tekanan pada sistim pendingin sekunder dipertahankan pada tekanan udara normal sehingga air dapat menguap pada suhu 100 ºC. Uap yang terbentuk di dalam sistim pembangkit uap ini selanjutnya dialirkan untuk memutar turbin. 
            Dari uraian di atas tergambar bahwa sistim kerja PLTN dengan Reaktor Air Tekan lebih rumit dibandingkan dengan sistim Reaktor Air Didih. Namun jika dilihat pada sistim keselamatannya, Reaktor Air Tekan lebih aman dibandingkan dengan Reaktor Air Didih. Pada Reaktor Air Tekan perputaran sistim pendingin primernya betul-betul tertutup, sehingga apabila terjadi kebocoran bahan radioaktif di dalam teras reaktor tidak akan menyebabkan kontaminasi pada turbin. Sedang pada Reaktor Air Didih, kebocoran bahan radioaktif yang terlarut dalam air pendingin primer dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi pada turbin. Reaktor Air Tekan juga mempunyai keandalan operasi dan keselamatan yang sangat baik. Salah satu faktor penunjangnya adalah karena reaktor ini mempunyai koefisien reaktivitas negatif. Apabila terjadi kenaikan suhu dalam teras reaktor secara mendadak, maka daya reaktor akan segera turun dengan sendirinya. Namun karena menggunakan dua sistim pendingin, maka efisiensi thermalnya sedikit lebih rendah dibandingkan dengan Reaktor Air Didih.
3)      Reaktor Air Berat atau HWR (Heavy Water Reactor) 
            Reaktor Air Berat merupakan jenis reaktor yang menggunakan D2O (air berat) sebagai moderator sekaligus pendingin. Reaktor ini menggunakan bahan bakar uranium alam sehingga harus digunakan air berat yang penampang lintang serapannya terhadap neutron sangat kecil. PLTN dengan Reaktor Air berat yang paling terkenal adalah CANDU (Canadian Deuterium Uranium) yang pertama kali dikembangkan oleh Canada. Seperti halnya Reaktor Air tekan, Reaktor CANDU juga mempunyai sistim pendingin primer dan sekunder, pembangkit uap dan pengontrol tekanan untuk mempertahankan tekanan tinggi pada sistim pendingin primer. D2O dalam reaktor CANDU hanya dimanfaatkan sebagai sistim pendingin primer, sedang sistim pendingin sekundernya menggunakan H2O.  Dalam pengoperasian reaktor CANDU, kemurnian D2O harus dijaga pada tingkat 95-99,8 %. Air berat merupakan bahan yang harganya sangat mahal dan secara fisik maupun kimia tidak dapat dibedakan secara langsung dengan H2O. Oleh sebab itu, perlu adanya usaha penanggulangan kebocoran D2O baik dalam bentuk uap maupun cairan. Aliran ventilasi dari ruangan dilakukan secara tertutup dan selalu dipantau tingkat kebasahannya, sehingga kemungkinan adanya kebocoran D2O dapat diketahui secara dini.[5]
4)      Reaktor Temperatur Tinggi atau HTR (High Temperature Reactor) 
            Reaktor Temperatur Tinggi adalah jenis reaktor yang menggunakan pendingin gas helium (He) dan moderator grafit. Reaktor ini mampu menghasilkan panas hingga 750 ºC dengan efisiensi thermalnya sekitar 40 %. Panas yang dibangkitkan dalam teras reaktor dipindahkan menggunakan pendingin He (sistim primer) ke pembangkit uap. Dalam pembangkit uap ini panas akan diserap oleh sistim uap air umpan (sistim sekunder) dan uap yang dihasilkannya dialirkan ke turbin. Dalam reaktor ini juga ada sistim pemisah antara sistim pendingin primer yang radioaktif dan sistim pendingin sekunder yang tidak radioaktif. 
            Elemen bahan bakar yang digunakan dalam Reaktor Temperatur Tinggi berbentuk bola, tiap elemen mengandung 192 gram carbon, 0,96 gram 235U dan 10,2 gram 232Th yang dapat dibiakkan menjadi bahan bakar baru 233U. Proses fisi dalam teras reaktor mampu memanaskan gas He hingga mencapai suhu 750 _C. Setelah terjadi pertukaran panas dengan sistim sekunder, suhu gas He akan turun menjadi 250 ºC. Gas He selanjutnya dipompakan lagi ke teras reaktor untuk mengambil panas fisi, demikian seterusnya. Dalam operasi normal, reaktor ini membutuhkan bahan bakar bola berdiameter 60 mm sebanyak ± 675.000 butir yang diletakkan di dalam teras reaktor. Rata-rata setiap butir bahan bakar tinggal di dalam teras selama enam bulan pada operasi beban penuh.

E.     Kelebihan dan kekurangan PLTN
1.      Kelebihan PLTN yaitu:
a.       Tidak mencemarkan udara
b.      Menghasilkan bahan-bahan sisa padat lebih sedikit
c.       Cadangan sumber bahan bakar nuklir melimpah
d.      Penyediaan bahan bakarnya memerlukan penambangan yang lebih sedikit
e.       Lebih ekonomis
f.       Persoalan pengangkutan bahan bakar lebih mudah
g.      Pemilihan letak lebih leluasa
2.      Kekurangan PLTN yaitu:
a.       Menghasilkan bahan sisa radioaktif yang berumur sangat panjang sehingga harus disimpan dan diamankan untuk jangka waktu yang sangat lama.
b.      Dapat melepaskan bahan-bahan radioaktif. Tetapi pelepasannya adalah sedemikian rendahnya sehingga tidak begitu berarti apabila dibandingkan dengan latar belakang radiasi yang sudah ada dialam.
c.       Dalam PLTN terdapat himpunan bahan-bahan radioaktif dalam jumlah amat besar  yang harus dikungkung, dalam keadaan bagaimanapun juga.  Oleh karena itu, segi-segi keselamatan yang bersangkutan dengan kemungkinan terjadinya kecelakaan dapat lebih berat dibandingkan dengan PLT- Batu bara.
d.      Modal yang diperlukan untuk pembangunan PLTN lebih besar dan waktu pembangunannya lebih lama dibandingkan dengan PLT- Batu bara.[6]

A.    Kecelakaan PLTN
            Jepang dicekam horor. Gempa dahsyat 9,0 skala Richter yang disusul tsunami, Jumat 11 Maret 2011, tak hanya menghancurkan kota dan menewaskan ribuan orang, tapi juga memicu petaka lain, radiasi berbahaya dari nuklir. Dalam empat hari, tiga reaktor di instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima Dai-ichi meledak. Sementara, unit reaktor keempat sempat terbakar hebat. Akibatnya sungguh mengerikan. Zat radioaktif kadar tinggi melalangbuana ke udara, bahkan hingga ratusan kilometer jauhnya. Sampai ke Tokyo.
            Menurut kantor berita Kyodo, pasca ledakan hidrogen yang terjadi pada unit reaktor nomor dua, tingkat radiasi di sekitar lokasi mencapai 965,5 mikrosievert per jamnya. Puncaknya, radiasi mencapai hingga 8.217 mikrosievert per jam. Angka ini, jauh berkali lipat diatas batas radiasi normal yang bisa ditolerasi tubuh manusia. Itu sebabnya, sekurang-kurangnya 170.000 warga dalam radius 20km dari lokasi reaktor pergi menjauh.  Perdana Menteri Jepang, Naoto Kan, menghimbau warga dalam radius lebih dari 30 km dari lokasi berdiam di rumah, memakai masker.
            Di tengah situasi haru biru sesudah lindu dan tsunami, negeri matahari terbit ini berjibaku menaklukkan bencana ini. Sebanyak 50 pekerja reaktor nuklir bertaruh nyawa demi menjalankan tugas maha penting, mencegah meluasnya radiasi nuklir. Agar Negeri Sakura itu tidak menjadi Chernobyl kedua.
            Dunia kini melihat Jepang. Juga bercermin. Guna melihat seberapa berbahaya teknologi nuklir dan bagaimana menaklukkannya. Sebab selain Jepang, begitu banyak negara yang juga mengunakan nuklir sebagai pembangkit tenaga listrik.
            Pemerintah Jerman memilih menutup sejumlah PLTN yang sudah puluhan tahun beroperasi. Seperti dimuat harian The New York Times, Kanselir Jerman, Angela Merkel, Selasa waktu setempat mengumumkan, tujuh reaktor yang telah beroperasi sejak 1980 itu akan ditutup. Tim pemeriksa segera dibentuk untuk memastikan apakah reaktor itu harus ditutup permanen, atau masih bisa diperbaiki untuk menjamin agar tidak mengalami kebocoran radioaktif bila terkena bencana alam atau serangan teroris.
            Kecemasan yang sama menular jauh hingga ke Amerika Latin. Presiden Venezuela, Hugo Chavez  yang terkenal berkeras hati juga takluk dengan kegelisahan rakyatnya.
            Rencana pembangunan instalasi nuklir kerjasama dengan Rusia yang diteken 2010 lalu ditunda. “Apa yang terjadi dalam beberapa jam terakhir sangat berisiko dan berbahaya bagi seluruh dunia. Meski teknologi Jepang mutakhir, lihat apa yang terjadi dengan beberapa reaktor nuklirnya. Apalagi, magnitude masalah nuklir Jepang belum diketahu berapa luasnya,” kata Chavez, seperti dimuat Channel News Asia, 15 Februari 2011.
            Kegelisahan juga sudah merasuki warga di Amerika Serikat. Meski terpisah ribuan kilometer, bencana nuklir Jepang membuat panik warga di sana. Seperti dimuat Daily Mail, Rabu 16 Maret 2011, warga AS berlomba-lomba memborong potassium iodide untuk melindungi diri dari efek negatif radiasi nuklir pada kelenjar tiroid, menyusul ‘skrenario terburuk’ yang dipaparkan para ahli – bahwa radiasi Fukushima sampai ke atmosfer dan bisa menyebar sampai AS.
Orang-orang yang tak kebagian potassium iodide dikabarkan menangis dan dilanda kecemasan. Jepang memang dikenal sebagai negara dengan tradisi teknologi tinggi, memiliki banyak pakar nuklir  yang sering dipakai sejumlah negara. Itu sebabnya sejumlah negara, terutama negara dunia ketiga, berpikir seribu kali mengunakan nuklir sebagai pembangkit listrik.
F.      PLTN di Indonesia
            Bagaimana dengan Indonesia? Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menilai bahwa  negeri ini sudah memenuhi 13 syarat untuk membangun PLTN. Daerah yang paling memenuhi kriteria adalah Banten, Bangka Belitung, Kalimantan, dan Semenanjung Muria. Bahkan, pemerintah Rusia berkomitmen mendanai reaktor nuklir apabila pemerintah Indonesia berminat.
            Pembangunan PLTN untuk mengatasi krisis energi nasional memang pernah ramai dibicarakan . Awalnya, pemerintah berencana membangun PLTN di Semenanjung Muria, Jawa Tengah. Namun hingga saat ini rencana tersebut tidak pernah terealisasi.
            Mengenai pembangunan PLTN di Indonesia, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa memastikan bahwa nuklir adalah pilihan terakhir ketika cara lain sudah tak ada. "Saya hanya ingin sampaikan ada atau tidak ada gempa di Jepang, pemerintah Indonesia menempatkan nuklir  sebagai pilihan terakhir," kata Hatta usai Pembukaan Rapat Koordinasi Tim Pengendal Inflasi Daerah di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu, 16 Maret 2011.
            Sebab, negeri ini belum sepenuhnya memanfaatkan penggunaan energi alternatif untuk pembangkit listrik. Selain itu, pilihan untuk menggunakan energi campuran juga masih menjadi pilihan pemerintah untuk menambah daya listrik nasional.
"Kalau tidak ada energi lain, sepanjang kita punya energi alternatif, atau energi mix, PLTN itu letaknya dipilihan akhir. Dengan tidak menutup diri, tapi itu pilihan terakhir," katanya.
            Untuk mendorong penambahan daya listrik nasional, pemerintah mengaku akan mempercepat penyediaan gas, diantaranya dengan membangun LNG Receiving Terminal. Meski jika memilih cara ini biayanya cukup tinggi.
            Soal biaya itulah yang menjadi pemikat si nuklir ini. Ahli Nuklir ITB, Prof. Dr. Zaki Su'ud menjelaskan bahwa PLTN penting jika sebuah negara mau menerapkan energi alternatif yang murah. Harga listrik yang dihasilkan dari PLTN hanya Rp200 per Kwh, jauh jika dibandingkan dengan harga listrik yang berasal dari pembangkit batu bara yang mencapai Rp670 per Kwh. Ia mencontohkan bagaimana China mensuport industrinya dengan membangun sekitar 140 reaktor, sehingga listrik di China bisa murah.
            Jika Indonesia hendak membangun PLTN, ia menyarankan menggunakan standar keamanan tertinggi. Potensi rata-rata gempa bumi yang terjadi di Indonesia sekitar 7,0 Skala Rickher, karena itu pembangunan pembangkit nuklir mampu menahan gempa hingga 8,5 SR. Memang ada biaya yang harus dibayar lebih, namun tak seberapa bila dibandingkan dengan keamanan dan keselamatan manusia.
            "Indonesia harus belajar dari kasus Chernobyl dan Three Mile Island di mana pernah terjadi kasus kebocoran radioaktif. Desain PLTN harus direkayasa kuat untuk mengantisipasi hal terburuk,"
            Sementara itu pakar Geodesi Institut Teknologi Bandung, Dr Irwan Mailano menjelaskan seluruh wilayah Jepang berada dalam zona gempa, namun 40 persen listrik di Jepang disuplai dari PLTN. "Prinsip membangun nuklir harus merekayasa desain agar PLTN menyesuaikan dengan kondisi gempa," kata dia.
            Belajar dari kasus Jepang, pakar fisika nuklir dari Tsukuba Jepang, Iwan Kurniawan menilai, rencana pembangunan PLTN di Indonesia harus segera dibatalkan. Indonesia dinilai belum siap untuk menangani masalah jika terjadi kebocoran nuklir.
            "Kita nggak sanggup. Bencana di Aceh [tsunami] dan Yogyakarta [letusan Gunung Merapi] saja tidak sanggup ditangani. Itu debunya, wedhus gembel, kelihatan. Kalau nuklir tidak terlihat," ujar Iwan dalam diskusi bertajuk 'Gerakan Anti PLTN di Indonesia' di Jakarta, Rabu 16 Maret 2011.
            Dari sisi teknologi, Iwan menegaskan, Jepang sangat jauh berada di atas Indonesia. Namun, saat menghadapi masalah kehancuran PLTN-nya saat ini, Jepang kewalahan. Apalagi Indonesia, yang menurut Iwan, tidak menguasai teknologi, khususnya nuklir. "Pengalaman kita adalah membeli. Jangan harap bisa menguasai teknologinya jika terus membeli. Indonesia tidak pernah mengembangkan teknologi apapun, tidak melakukan riset, maunya beli," tuturnya.
Jika didasari untuk pembangkit tenaga listrik, Iwan menyatakan, pemerintah harus lebih kreatif lagi untuk mencari sumber daya lain pengganti minyak. Menurutnya, bio diesel dan bio fuel sangat tepat dijadikan sumber energi listrik, ketimbang bertaruh nyawa untuk nuklir.
"Bio diesel suatu hari nanti kita akan seperti Arab Saudi. Bio disel yang dari kelapa sawit. Nanti pada saatnya kelapa sawit akan jadi primadona. Seluruh dunia akan bergantung pada kita," tuturnya.
Senada, aktivis Greenpeace, Nurhidayati menyatakan, banyak yang memuji standar keselamatan, kedisiplinan dan kesiagaan bencana Jepang. Juga teknologinya. Itu saja masih kebobolan. "Bagaimana masyarakat bisa yakin bahwa, apa yang diterapkan Indonesia akan lebih baik atau setidaknya pada tingkatan penanggulangan yang sama?" katanya.
Dalam diskusi itu juga, sejumlah lembaga swadaya masyarakat menyampaikan surat terbuka kepada Presiden SBY dan sejumlah kepala negara lain di Asia Tenggara. Dalam surat terbuka yang dibacakan Nurhidayati itu, mereka meminta Presiden SBY untuk mengumumkan penghentian rencana pembangunan reaktor PLTN dan mengalihkan investasi untuk pengembangan sumber-sumber energi lain yang terjangkau dan ramah lingkungan.
  


[1] http://www.batan.go.id/FAQ/faq_pltn.php

[2] http://id.wikipedia.org/wiki/Reaktor_nuklir
[3] http://nuklir.info/reaktor/teknologi/cara-kerja-reaktor-nuklir.html
[5] http://gopltnindonesia.blogspot.com/2010/11/jenis-jenis-pltn.html
[6] Duyeh Setiawan, 2010, Radiokimia, Bandung

0 komentar:

Posting Komentar