Rabu, 14 Desember 2011

MINERAL DALAM BAHAN MAKANAN

I.          Pendahuluan
Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh makhluk hidup di samping karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin, juga dikenal sebagai zat anorganik atau kadar abu. Sebagai contoh, bila bahan biologis dibakar, semua senyawa organik akan rusak, sebagian besar karbon berubah menjadi gas karbon dioksida (CO2), hidrogen menjadi uap air, dan nitrogen menjadi uap nitrogen (N2 ). Sebagian besar mineral akan tertinggal dalam bentuk abu dalam bentuk senyawa anorganik sederhana, serta akan terjadi penggabungan antarindividu atau dengan oksigen sehingga terbentuk garam anorganik.
Berbagai unsur anorganik (mineral) terdapat  dalam bahan biologi, tetapi tidak atau belum semua mineral tersebut terbukti esensial, sehingga ada mineral esensial dan nonesensial. Mineral esensial yaitu mineral yang sangat diperlukan dalam proses fisiologis makhluk hidup untuk membantu kerja enzim atau pembentukan organ. Unsur-unsur mineral esensial dalam tubuh terdiri atas dua golongan, yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro diperlukan untuk membentuk komponen organ di dalam tubuh.  Mineral mikro yaitu mineral yang diperlukan dalam jumlah sangat sedikit dan umumnya terdapat dalam jaringan dengan konsentrasi sangat kecil. Mineral nonesensial adalah logam yang perannya dalam tubuh makhluk hidup belum diketahui dan kandungannya dalam jaringan sangat kecil. Bila kandungannya tinggi dapat merusak organ tubuh makhluk hidup yang bersangkutan. Di samping mengakibatkan keracunan, logam juga dapat menyebabkan penyakit defisiensi.

II.          Rumusan Masalah
1.    Penggolongan mineral dalam tubuh
2.    Ketersediaan biologik mineral
3.    Sumber mineral dalam bahan makanan
4.    Fungsi mineral dalam tubuh
5.    Kekurangan dan kelebihan mineral

III.          Pembahasan
A.    Penggolongan Mineral
Berdasarkan kegunaannya dalam aktivitas kehidupan, mineral (logam) dibagi menjadi dua golongan, yaitu mineral logam esensial dan nonesensial. Logam esensial diperlukan dalam proses fisiologis hewan, sehingga logam golongan ini merupakan unsur nutrisi penting yang jika kekurangan dapat menyebabkan kelainan proses fisiologis atau disebut penyakit defisiensi mineral. Mineral ini biasanya terikat dengan protein, termasuk enzim untuk proses metabolisme tubuh, yaitu kalsium (Ca),  fosforus (P), kalium (K), natrium (Na), klorin (Cl), sulfur (S), magnesium (Mg), besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn), mangan (Mn), kobalt (Co), iodin (I), dan selenium (Se). Logam nonesensial adalah golongan logam yang tidak berguna, atau belum diketahui kegunaannya dalam tubuh hewan, sehingga hadirnya unsur tersebut lebih dari normal dapat menyebabkan keracunan. Logam tersebut bahkan sangat berbahaya bagi makhluk hidup, seperti timbal (Pb), merkuri (Hg), arsenik (As), kadmium (Cd), dan aluminium (Al).[1]
Berdasarkan kebutuhannya di dalam tubuh, mineral dapat digolongkan menjadi 2 kelompok utama yaitu mineral makro dan mineral mikro,

Mineral Makro
Mineral makro jumlahnya lebih tinggi (lebih dari 0,05 persen) dari berat badan. Yang termasuk mineral makro antara lain Kalsium, Fosfor, kalium, natrium, klor, sulfur, dan magnesium.
a.    Kalsium
Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh, yaitu 1,5-2% dari berat badan orang dewasa.  Di dalam tubuh manusia terdapat kurang lebih 1 kg kalsium (Granner, 2003).  Dari jumlah ini, 99% berada di dalam jaringan keras, yaitu tulang dan gigi terutama dalam bentuk hidroksiapatit {(3Ca3(PO4)2.Ca(OH)2}.  Kalsium tulang berada dalam keadaan seimbang dengan  kalsium plasma pada konsenterasi kurang lebih 2,25-2,60 mmol/l (9-10,4 mg/100ml).  Densitas tulang berbeda menurut umur, meningkat pada bagian  pertama kehidupan dan menurun secara berangsur setelah dewasa.  Selebihnya kalsium tersebar luas didalam tubuh.  Di dalam cairan ekstraselular dan intraselular kalsium memegang peranan penting dalam mengatur fungsi sel, seperti untuk transmisi saraf, kontraksi otot, penggumpalan darah dan menjaga permebilitas membran sel.    Kalsium juga mengatur pekerjaan hormon-hormon  dan faktor pertumbuhan.

b.   Fosfor
Fosfor merupakan salah satu nutrisi utama yang sangat penting dalam pertumbuhan tanaman. Fosfor tidak terdapat secara bebas di alam. Fosfor ditemukan sebagai fosfat dalam beberapa mineral, tanaman dan merupakan unsur pokok dari protoplasma. Fosfor terdapat dalam air sebagai ortofosfat. Sumber fosfor alami dalam air berasal dari pelepasan mineral-meneral dan biji-bijian.[2]
Biasanya fosfor dijumpai dalam jumlah yang banyak dalam biji, walaupun ia juga terdapat dalam semua bagian tanaman.  Fosfor sebagian besar berasal dari pelapukan batuan mineral alami, sisanya berasal dari pelapukan bahan organik. Walaupun sumber fosfor didalam tanah mineral cukup banyak, tanaman masih  bisa mengalami kekurangan fosfor.  Pasalnya, sebagian besar fosfor terikat secara kimia oleh unsur lain sehingga menjadi senyawa yang sangat sukar larut dalam air. Mungkin hanya 1 % fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman.

c.    Kalium
Seperti halnya natrium, kalium merupakan ion bermuatan positif, akan tetapi berbeda dengan natrium, kalium terutama terdapat di dalam sel. Kalium diabsorbsi dengan mudah dalam usus halus. Sebanyak 80-90 % kalium yang dimakan diekskresi melalui urin, selebihnya dikeluarkan melalui feses dan sedikit melalui keringat dan cairan lambung.[3]
Bersama natrium, kalium memegang peranan dalam pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit serta keseimbangan asam basa. Bersama kalsium, kalium berperan dalam transmisi saraf dan relaksasi otot. Di dalam sel, kalium berfungsi sebagai katalisator dalam banyak reaksi biologi, terutama dalam metabolisme energi dan sintesis glikogen dan protein. Kalium berperan dalam pertumbuhan sel
Kalium terdapat di dalam semua makanan berasal dari tumbuh-tumbuhan da hewan. Sumber utama adalah makanan mentah atau segar, terutama buah, sayuran, dan kacang-kacangan.

d.   Natrium
Natrium adalah kation utama dalam cairan ekstraselular dan hanya sejumlah kecil natrium berada dalam cairan intraselular. Makanan sehari-hari biasanya cukup mengandung natrium yang dibutuhkan tubuh. Oleh karena itu, tidak ada penetapan kebutuhan natrium sehari. Taksiran kebutuhan natrium sehari untuk orang dewasa adalah sebanyak 500 mg. WHO menganjurkan pembatasan konsumsi garam dapur hingga 6 gram sehari (ekivalen dengan 2400 mg natrium). Pembatasan ini dilakukan karena peranan potensial natrium dalam menimbulkan tekanan darah tinggi.[4]
Natrium juga menjaga keseimbangan asam basa didalam tubuh dengan mengimbangi zat-zat yang membentuk asam. Natrium berperan dalam transmisi saraf dan kontraksi otot. Natrium berperan pula dalam absorpsi glukosa dan sebagai alat angkut zat-zat gizi lain melalui membran, terutama melalui dinding usus.

e.    Klor
Klorida merupakan anion terbesar dalam cairan ekstraseluler, sangatsedikit ditemukan dalam cairan intraselular. Kadar klorida normal dalam serum adalah 95-105 mEq/l. Klorida sangat penting dalam produksi asam hidrokliorida (HCl) di lambung. Seperti halnya natrium, klorida berperan dalam mempertahankan tekanan osmotik darah. Proses reabsorpsi klorida diginjal terjadi apabila natrium direabsorpsi oleh ginjal. Selama itu klorida penting dalam pengaturan keseimbangan asam-basa. Dalam hal ini klorida berperan sebagai buffer pada proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida di darah merah. Hipokloremia maupun hiperkloremia biasanya terjadi akibat adanya gangguan keseimbangan natrium.[5]

f.    Sulfur
Sulfur merupakan bagian dari zat-zat gizi esensial, seperti vitamin tiamin dan biotin serta asam amino metionin dan sistein. Rantai samping molekul sistein yang mengandung sulfur berkaitan satu sama lain sehingga membentuk jembatan disulfide yang berperan dalam  menstabilkan molekul protein. Sulfur terdapat dalam tulang rawan, kulit, rambut dan kuku yang banyak mengandung jaringan ikat yang bersifat kaku.[6]
Sulfur berasal dari makanan yang terikat pada asam amino yang mengandung sulfur yang diperlukan untuk sintesis zat-zat penting. Berperan dalam reaksi oksidasi-reduksi, bagian dari tiamin, biotin dan hormone insuline serta membantu detoksifikasi. Sulfur juga berperan melarutkan sisa metabolisme sehingga bisa dikeluarkan melalui urin, dalam bentuk teroksidasi dan dihubungkan dengan mukopolisakarida.
Sulfur diabsorpsi sebagai bagian dari asam amino atau sebagai sulfat anorganik. Sulfur juga merupakan bagian dari enzim glutation serta berbagai koenzim dan vitamin, termasuk koenzim A. Sebagian besar sulfur dieksresi melalui urin sebagai ion bebas. Sulfur juga merupakan salah satu elektrolit intraseluler yang terdapat dalam plasma berkonsentrasi rendah.

g.   Magnesium
Magnesium adalah kation terbanyak setelah natrium di dalam cairan interselular. Magnesium merupakan bagian dari klorofil daun. Peranan magnesium dalam tumbuh-tumbuhan sama dengan peranan zat besi dalam ikatan hemoglobin dalam darah manusia yaitu untuk pernafasan. Magnesium terlibat dalam berbagai proses metabolisme. Magnesium terdapat dalam tulang dan gigi, otot, jaringan lunak dan cairan tubuh lainnya.[7]
Sumber utama magnesium adalah sayur hijau, serealia tumbuk,  biji-bijian dn kacang-kacangan. Daging, susu dan hasilnya serta cokelat merupakan sumber magnesium yang baik.
Magnesium berperan penting dalam system enzim dalam tubuh. Magnesium berperan sebagai katalisator dalam reaksi biologic termasuk metabolisme energi, karbohidrat, lipid, protein dan asam nukleat, serta dalam sintesis, degradasi, dan stabilitas bahan gen DNA di dalam semua sel jaringan lunak. Di dalam sel ekstraselular, magnesium berperan dalam transmisi saraf, kontraksi otot dan pembekuan darah. Dalam hal ini magnesium berlawanan dengan kalsium. Magnesium mencegah kerusakan gigi dengan cara menahan kalsium dalam email gigi.

Mineral Mikro
Mineral mikro terdapat dalam jumlah sangat kecil di dalam tubuh, namun mempunyai peranan esensial untuk kehidupan, kesehatan, dan reproduksi. Kandungan mineral mikro bahan makanan sangat bergantung pada konsentrasi mineral mikro tanah asal bahan makanan tersebut.
Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi tahun 2004 telah menetapka angka kecukupan rata-rata sehari untuk mineral mikro besi (Fe), seng (Zn), iodium (I), selenium (Se), mangan (Mn), dan flour (F). Di Amerika Serikat, selain itu ditetapkan juga angka antar batas sementara yang dianggap aman dan cukup untuk dikonsumsi bagi mineral mikro tembaga (Cu), krom (Cr), dan molibden (Mo). Sedangkan kebutuhan manusia akan mineral mikro arsen (As), nikel (Ni), silikon (Si), dan boron (Bo) masih dalam penelitian.[8]

Beberapa Mineral Mikro Esensial dalam Tubuh
Besi (Fe) merupakan mineral makro dalam kerak bumi, tetapi dalam sistem biologi tubuh merupakan mineral mikro. Pada hewan, manusia, dan tanaman, Fe termasuk logam esensial, bersifat kurang stabil, dan secara perlahan berubah menjadi ferro (Fe II) atau ferri (Fe III). Kandungan Fe dalam tubuh hewan bervariasi, bergantung pada status kesehatan, nutrisi, umur, jenis kelamin, dan spesies. Besi dalam tubuh berasal dari tiga sumber, yaitu hasil perusakan sel-sel darah merah (hemolisis), dari penyimpanan di dalam tubuh, dan hasil penyerapan pada saluran pencernaan. Dari ketiga sumber tersebut, Fe hasil hemolisis merupakan sumber utama. Bentuk-bentuk senyawa yang ada ialah senyawa heme (hemoglobin, mioglobin, enzim  heme) dan poliporfirin (tranfirin, ferritin, dan hemosiderin). Sebagian besar Fe disimpan dalam hati, limpa, dan sumsum tulang.[9]
Seng (Zn) ditemukan hampir dalam seluruh jaringan hewan. Seng lebih banyak terakumulasi dalam tulang dibanding dalam hati yang merupakan organ utama penyimpan mineral mikro. Jumlah terbanyak terdapat dalam jaringan epidermal (kulit, rambut, dan bulu), dan sedikit dalam tulang, otot, darah, dan enzim. Seng merupakan komponen penting dalam enzim, seperti karbonik-anhidrase dalam sel darah merah serta karboksi peptidase dan dehidrogenase dalam hati. Sebagai kofaktor, seng dapat meningkatkan aktivitas enzim. Seng dalam protein nabati kurang tersedia dan lebih sulit digunakan tubuh daripada seng dalam protein hewani. Hal tersebut mungkin disebabkan adanya asam fitrat yang mampu mengikat ion-ion logam
Iodin (I) diperlukan tubuh untukmembentuk tiroksin, suatu hormon dalam kelenjar tiroid. Tiroksin merupakan hormon utama yang dikeluarkan oleh kelenjar tiroid. Setiap molekul tiroksin mengandung empat atom iodin.Sebagian besar iodin diserap melalui usus halus, dan sebagian kecil langsung masuk ke dalam saluran darah melalui dinding lambung. Sebagian iodin masuk ke dalam kelenjar tiroid, yang kadarnya 25 kali lebih tinggi dibanding yang ada dalam darah. Namun bila jumlah yang sedikit ini tidak terdapat dalam bahan pakan maka ternak akan kekurangan iodin. Lebih dari setengah iodin dalam tubuh terdapat pada kelenjar perisai (tiroid). Meskipun sebagian besar iodin tubuh terdapat dalam kelenjar tiroid, iodin juga ditemukan dalam kelenjar ludah, lambung, usus halus, kulit, rambut, kelenjar susu, plasenta, dan ovarium.
Tembaga (Cu) merupakan mineral mikrokarena keberadaannya dalam tubuh sangat sedikit namun diperlukan dalam proses fisiologis. Di alam, Cu ditemukan dalam bentuk senyawa sulfida (CuS). Walaupun dibutuhkan tubuh dalam jumlah sedikit, bila kelebihan dapat mengganggu kesehatan atau mengakibatkan keracunan. Namun bila terjadi kekurangan Cu dalam darah dapat menyebabkan anemia yang merupakan gejala umum, pertumbuhan terhambat, kerusakan tulang, depigmentasi rambut dan bulu, pertumbuhan bulu abnormal, dan gangguan gastrointestinal.

B.       Ketersediaan Biologik Mineral
Walaupun bahan makanan mengandung berbagai mineral untuk keperluan tubuh, namun tidak semuanya dapat dimanfaatkan. Hal ini bergantung pada ketersediaan biologiknya (ketersediaan biologik adalah tingkatan zat gizi yang dimakan yang dapat diabsorpsi oleh tubuh). Sebagian zat gizi mungkin tidak mudah dilepaskan saat makanan dicerna atau tidak diabsorpsi dengan baik. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan biologik mineral dijelaskan dibawah ini:
1.      Interaksi mineral dengan mineral
Mineral yang mempunyai berat molekul dan jumlah muatan (valensi) yang sama bersaing satu sama lain untuk diabsorpsi, dengan demikian dalam ketersediaan biologiknya. Contohnya magnesium, kalsium, besi, dan tembaga yang mempunyai valensi +2. Kalsium yang dimakan terlalu banyak akan menghambat absorpsi besi demikian pula kebanyakan makan seng akan menghambat absorpsi tembaga. Oleh karena itu kita harus berhati-hati dalam menggunakan suplemen mineral tanpa berkonsultasi dengan dokter.
2.      Interaksi vitamin drngan mineral
Vitamin C meningkatkan absorpsi besi bila dimakan pada waktu bersamaan. Vitamin D kalsiterol meningkatkan absorpsi kalsium. Banyak vitamin membutuhkan mineral untuk melakukan peranannya dalam metabolisme. Misalnya koenzim tiamin membutuhkan magnesium untuk berfungsi secara efisien.
3.      Interaksi serat dengan mineral
Ketersediaan biologik mineral banyak dipengaruhi oleh bahan-bahan nonmineral di dalam makanan. Asam fitat dalam serat kacang-kacangan dan serealia serta asam oksalat dalam bayam mengikat mineral-mineral tertentu sehingga tidak dapat diabsorpsi. Makanan tinggi serat menghambat absorpsi kalsium, zat besi, seng dan magnesium.[10]

C.    Sumber-sumber Mineral Dalam Makanan
Sumber paling baik mineral adalah makanan hewani, kecuali magnesium yang lebih banyak terdapat di dalam makanan nabati. Hewan memperoleh mineral dari tumbuh-tumbuhan dan menumpuknya di dalam jaringan tubuhnya. Di samping itu, mineral berasal dari makanan hewani mempunyai ketersediaan biologik lebih tinggi dari pada yang berasal dari makanan nabati. Makanan hewani mengandung lebih sedikit bahan pengikat mineral daripada makanan nabati.

D.    Fungsi Mineral
Mineral digunakan dalam pembentukan jaringan tubuh, proses metabolisme, serta untuk mempertahankan keseimbangan osmotis. Secara garis besar fungsi mineral dapat dibagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut :[11]
1.    Sebagai komponen utama tubuh (struktural elemen) atau penyusun kerangka tulang, gigi dan otot-otot. Ca, P, Mg, F dan Si untuk pembentukan dan pertumbuhan gigi sedang P untuk penyusunan protein jaringan.
2.    Merupakan unsur dalam cairan tubuh atau jaringan, sebagai elektrolit yang mengatur tekanan osmose (fluid balance), mengatur keseimbangan basa asam dan permeabilitas membran. Contohnya Na, K, Cl, Ca dan Mg.
3.    Sebagai aktifator atau terkait dalam peranan enzim dan hormon.
4.    Mineral mikro besi berfungsi dalam memproduksi hemoglobin dan sebagai bagian dari enzim oksidatif, dalam transportasi dan pendayagunaan oksigen. Mineral seng terlibat dalam aktifitas lebih dari 90 enzim yang ada hubungannya dengan metabolisme karbohidrat dan energi, perombakan dan pembentukan protein, asam nukleat dan pengangkutan CO2
5.    Adapun selenium berperan dalam kerja glutation peroksidase untuk penetralan peroksida dan radikal bebas. Sedangkan tembaga berperan dalam kerja dismutase superoksidase. Iodium berfungsi sebagai bagian tiroksin dan berperan dalam pengawasan transduksi energi seluler.[12]

E.     Kekurangan dan Kelebihan Mineral Esensial
Kekurangan mineral akan menyebabkan penyakit degeneratif, seperti: stroke, epilepsi, parkinson, asam urat, pusing, stress, susah tidur, kanker, artheriosklerosis, diabetes, leukimia, asma, hepatitis, alergi, katarak, tekanan darah tinggi atau rendah, jantung, anemia, tenggorokan, gondok, kegemukan, ginjal, impoten, ambeien, gigi, caries, sembelit, mag, sariawan, tulang retak, sakit pinggang, kelelahan, kram, arthritis sendi, pengapuran, penyakit kulit, batuk, jerawat, kerontokan.[13]
Mineral dalam jumlah berlebihan dapat menyebabkan keracunan (toksik). Pekerja tambang bila tidak berhati-hati dapat mengalami keracunan mineral, terutama mangan. Sifat toksik ini perlu mendapat perhatian dalam penggunaan suplemen mineral.

IV.          Kesimpulan
1.      Berdasarkan kegunaannya dalam aktivitas kehidupan, mineral (logam) dibagi menjadi dua golongan, yaitu mineral logam esensial dan nonesensial.
2.      Berdasarkan kebuthannya di dalam tubuh, mineral dapat digolongkan menjadi 2 kelompok utama yaitu mineral makro dan mineral mikro.
3.      Yang termasuk mineral makro antara lain Kalsium, Fosfor, kalium, natrium, klor, sulfur, dan magnesium.
4.       Yang termasuk mineral mikro diantaranya adalah besi (Fe), seng (Zn), iodium (I), selenium (Se), mangan (Mn), dan flour (F) tembaga (Cu), krom (Cr), dan molibden (Mo).
5.      Sumber paling baik mineral adalah makanan hewani, kecuali magnesium yang lebih banyak terdapat di dalam makanan nabati.
6.      Mineral digunakan dalam pembentukan jaringan tubuh, proses metabolisme, serta untuk mempertahankan keseimbangan osmotis.
7.      Kekurangan mineral akan menyebabkan penyakit degenerative.
8.      Mineral dalam jumlah berlebihan dapat menyebabkan keracunan (toksik).
  
V.          Penutup
Demikian makalah ini kami buat. Kami menyadari makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat kami harapkan. Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin

VI.          Daftar Pustaka
Almatsier, Sunita, 2001, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta: Gramedia
Arifin, Zainal, Beberapa Unsur Mineral Esensial Mikro Dalam Sistem Biologi dan Metode Analisisnya, Jurnal Litbang Pertanian, (No. 3) :27, 2008
Kuncoro, Eko Budi, 2004, Akuarium Laut, Jakarta: Kanisius
Tamsuri, Anas, 2004, Klien Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit, Jakarta: EGC
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17839/4/Chapter%20II.pdf
http://reninutrisionist.wordpress.com/2009/05/21/makromineral/
http://www.scribd.com/doc/56510169/Paper-Ilmu-Gizi-Dasar-Mineral


[1] Zainal Arifin, Beberapa Unsur Mineral Esensial Mikro Dalam Sistem Biologi dan Metode Analisisnya, Jurnal Litbang Pertanian, (No. 3) :27, 2008
[2] http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16428/4/Chapter%20II.pdf
[3] Sunita Almatsier, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, (Jakarta: Gramedia, 2001), hlm. 233-234
[4] http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17839/4/Chapter%20II.pdf
[5] Anas Tamsuri, Klien Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit, (Jakarta:EGC, 2004), hlm. 24
[6] http://reninutrisionist.wordpress.com/2009/05/21/makromineral/
[7] Ibid,. http://reninutrisionist.wordpress.com/2009/05/21/makromineral/
[8] Sunita Almatsier, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, (Jakarta: Gramedia, 2001), hlm. 250
[9] Zainal Arifin, Beberapa Unsur Mineral Esensial Mikro Dalam Sistem Biologi dan Metode Analisisnya, Jurnal Litbang Pertanian, (No. 3) :27, 2008, hlm. 101

[10] Sunita Almatsier, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, (Jakarta: Gramedia, 2001), hlm. 228-229
[11] Eko Budi Kuncoro, Akuarium Laut, (Jakarta: Kanisius, 2004), hlm. 94
[12] Tejasari, Nilai Gizi Pangan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005), hlm. 49-50
[13] http://www.scribd.com/doc/56510169/Paper-Ilmu-Gizi-Dasar-Mineral

0 komentar:

Posting Komentar